Di Presidential Residence, Louis yang masih terbatas geraknya karena luka lebam yang masih menunjukkan efek sakit, hanya bisa meraung marah melihat video yang dikirim Renata padanya.
“Jadi ini alasan dia memutus hubungan denganku?” ujar Louis dengan senyum dingin dan sorot mencibir di matanya.
“Baiklah Jeni, aku turuti kemauanmu, tapi aku tidak akan sudi melihatmu hamil anak Steven. Janin itu tidak seharusnya hidup,” lanjutnya dipenuhi kebencian dan kebengisan.
Ya, Louis bersumpah dalam hati akan membuat janin itu lenyap, entah bagaimanapun caranya. Hatinya sudah dirasuki oleh hawa amarah dan dendam, maka selepas ia sehat nanti apapun akan dilakukannya agar Jeni tidak lagi mengandung anak Steven.
Memikirkan rencana jahatnya, Louis tersenyum sinis, ia lalu mematikan lampu meja di sampingnya dan menarik selimut untuk bergegas tidur.
Di tempat yang berbeda, Grande Apartment, Jeni tidak bisa sedikitpun terlelap, meski ia sudah m
***Di ruang presiden Axel Corp, Steven sedang duduk dengan begitu serius bersama tumpukan dokumen yang harus ia periksa dan tanda tangani, ia selalu serius dalam bekerja, tak heran meski Axel Corp merupakan anak perusahaan Saloka Group, tapi belakangan ini sejak Steven yang memimpin semuanya, prestasi dan pencapaian Axel Corp bahkan melampaui ekspektasi Aditya Saloka, proyek-proyek besar dengan perusahaan dalam dan luar negeri selalu selesai dengan baik dan rapi di tangan Steven.Tepat pada saat Steven akan menandatangani surat kerja sama proyek perhotelan dengan Rena Group, Felix datang dan melaporkan bahwa ia sudah mengetahui latar belakang penculikan Jeni yang semuanya adalah murni rencana Renata dan pemilik kos terlibat membantu proses penculikan itu.Aura Steven berubah gelap saat mendengar semua itu, sudah ia duga bahwa sifat buruk Renata pada beberapa tahun lalu di London akan ia ulangi juga pada Jeni.“Tapi saya sudah memanggil polisi untuk
Lama tak membalas, membuat Steven langsung menelfon Jeni, entah kenapa Jeni jadi mendadak gugup, ia jadi menimbang-nimbang terlebih dulu sebelum menjawab.Pasalnya, semakin hari Steven semakin menunjukkan rasa peduli dan perasaannya padanya, Jeni jadi merasa tidak enak hati padanya, ia belum bisa membalas apapun itu terutama perasaannya.Ponselnya kemudian mati, namun detik berikutnya Steven kembali memanggilnya, Jeni meghela nafas lalu menerimanya.“Lama sekali Jeni, kamu sibuk?”“Emm, aku mengerjakan skripsiku,” kilah Jeni.“Aku hanya ingin tanya, kamu mau makan apa? Aku sedang istirahat makan siang sekarang.”“Tidak Stev, aku tidak ingin apapun, terimakasih, lagipula makanan yang kamu sediakan masih sangat banyak,” tolaknya lagi.“Jeni, aku memang belum lama mengenalmu, tapi aku bisa merasakan kalau kamu sedang mengidam sesuatu.”“Tidak Stev, lanjutkan saja pe
Felix mengangguk patuh, ia lalu membawa Renata keluar dari ruangan Steven, tapi Renata memberontak seraya berkata, “Lepaskan! Aku bisa keluar sendiri.”Felix menurut, Renata menghentakkan satu kakinya karena kesal dan ia pergi keluar dari ruangan Steven.Sekeluarnya ia dari kantor Axel Corp, Renata meminta sopirnya untuk menuju kediaman Louis, tentu ia akan mengadukan semua perlakukan Steven padanya, namun tidak tentang penculikan Jeni, ia tidak mungkin mengatakan itu juga pada Louis.Di dalam mobil yang full ac, wajah Renata masih terlihat merah padam, ia seakan baru saja kehilangan harga dirinya, maka ia tak berhenti mengumpat Steven tak terkecuali Jeni.“Steven, aku tidak akan pernah terima dengan perlakuanmu seperti itu tadi, aku tidak akan tinggal diam, dan kamu Jeni, akan kupastikan hidupmu akan selalu menderita setelah ini,” ucapnya dengan seringai jahat di wajah cantiknya.Setelah mengucap itu, Renata tiba-tiba terin
Ekpresi Jeni berubah takut, alih-alih membukakan pintu untuk Louis, ia justru menghubungi Steven.“Halo Stev, aku minta maaf telah mengganggumu.”“Ada apa Jeni? Kenapa kamu terdengar sangat panik?”“Louis berusaha menemuiku, dia ada di depan kamar sekarang, maafkan aku Stev tapi entah kenapa aku sangat takut.”“Kamu tidak usah panik atau apapun itu, aku akan meminta keamanan untuk menyuruh Louis keluar dari Grande.”“Baik, thank you Stev, i'm sory.”“It's okey.”Sambungan telepon berakhir, Jeni lalu menghela nafas lega sembari mengelus lembut perutnya yang sedikit sakit kalau ia panik sedikit saja, tak lama makhluk kecil di perutnya itu juga tenang.“Apa kamu tahu kalau yang datang itu papamu? Maafkan Mama ya nak, Mama hanya tidak mau dia menyakitimu. Dia tidak peduli dengan kita, untuk apa lagi kita menemuinya?” gumam Jeni begitu sedih.
“Lihat ini!” Renata menunjukkan foto Jeni yang ia curi dari ponsel Louis, kepada Selena.Selena mengernyitkan kening, ia tidak tahu maksud Renata.“Dia mantan kekasih Louis, dia menipu Louis dengan pura-pura hamil, tapi karena Louis tidak bodoh, perempuan itu menyerah akhirnya dia sekarang mencoba menggoda Steven.”Ekpresi Selena berubah, ia tampak tidak senang dengan cerita Renata.“Kamu tentu tidak mau kan kalau Steven jatuh cinta pada perempuan seperti dia?” lanjut Renata.Selena menggeleng, wajahnya merah padam karena menahan amarah.“Dimana dia sekarang? Aku ingin menemuinya,” ujar Selena bersungut-sungut.Renata diam-diam menarik sudut bibirnya membentuk senyum sarkastik.“Dia bahkan sekarang tinggal di apartemen Steven, dan apartemen itu dijaga ketat oleh seluruh anak buah Steven, tapi kamu tenang saja Selena, aku bisa mengatasi itu.”“Aku harus ber
“Kalau menurutku, harusnya kamu konfirmasi dulu terhadap Steven, takutnya nanti perempuan itu hanya suruhan seseorang.”“Maksud kamu?”Jeni menghentikan isak tangisnya, ia berusaha mendengarkan penuturan Tamara.“Ya bisa jadi kan itu suruhan Renata, setelah kejadian penculikanmu kemarin aku sebenarnya diam-diam menyuruh orang untuk menelusuri track record Renata ketika di London, dan dia ternyata perempuan yang sangat licik dan jahat.”“Steven sudah pernah mengingatkanku soal itu.”“Lalu kenapa kamu bisa percaya begitu saja?”Jeni diam, ia membenarkan perkataan Tamara, mungkin karena tadi terbawa emosi jadi ia dengan begitu cepat menyimpulkan keputusannya sendiri.“Sekarang lebih baik kamu temui Steven, aku percaya dia orang baik dan jujur meski aku hanya mengenalnya ketika dia masih kecil.”Jeni sedikit melunak hatinya, ia jadi malu terhadap Steven.
“Aku sangat lapar, bagaimana kalau kita makan di luar saja Re?” ajak Selena.Renata setuju dan ia mengajak Selena makan di restoran langganannya, tak menyangka mereka justru bertemu dengan Jeni yang baru saja keluar dari toilet dan masuk ke private dining room.Renata dan Selena menatapnya tak percaya, Jeni tidak mungkin sendirian di restoran semewah ini, dan saat Renata bertanya kepada pelayan, Jeni memang sedang bersama dengan Steven.“Selena, bukannya kamu tadi sudah?” Renata begitu syok, sehingga tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi.“Aku sama sekali tidak berbohong padamu Re, aku sudah melakukan apa yang kamu suruh,” ujar Selena akhirnya bersuara setelah terdiam sekian lama.Renata mengepalkan tinjunya, ia begitu murka, maka ia berpikir untuk ikut melibatkan Louis dalam hal ini, bagaimanapun gara-gara Jeni ia sampai kehilangan kerja sama dengan Steven.Renata kemudian membisikkan sesuatu kepada pe
“Jeni, aku minta maaf, ini semua salahku.”Jeni menggeleng pelan, entah kenapa ia begitu sedih dengan kejadian ini, ia merasa malu dengan Steven.“Steven, aku takut,” isaknya kemudian.Steven segera menarik tubuh Jeni dan didekapnya, Jeni justru semakin terisak ada banyak ketakutan yang mengganggu dirinya.“Jangan pikirkan apapun Jeni, kasihan janin kamu, dia baru saja sehat.”“Kamu tidak tahu apa yang terjadi tadi, mereka bukan hanya membuka pakaianmu tapi juga pakaianku Stev, aku bahkan lebih buruk daripada kamu, bagaimana kalau foto itu disebarluaskan dan berimbas pada kuliahku?” tangis Jeni semakin pecah.Steven menggeleng, kemarahan kembali merasuki dirinya.“Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi, kamu tenang saja, aku janji padamu,” ujar Steven berusaha menenangkan Jeni.Meski begitu Jeni masih tidak bisa mengontrol dirinya untuk lebih tenang.&ldqu