Home / Romansa / Young Mom / KECEWA UNTUK KESEKIAN KALINYA

Share

KECEWA UNTUK KESEKIAN KALINYA

Author: Rita Hawa
last update Last Updated: 2021-05-22 15:52:52

“Jen, aku tidak pernah melihat kamu sebahagia ini meskipun bersama Louis, orang yang katamu sempurna dan begitu kamu cintai selama ini, ada apa?” Tanya Tania angkat bicara karena heran.

Jeni hanya tersenyum dan ikut masuk ke mobil Tamara tanpa jawaban, membuat Tania dan Tamara semakin penasaran hingga saling berpandangan satu sama lain, heran dengan sikap Jeni yang tidak seperti biasanya.

“Tolong jelaskan pada kami Jen,” desak Tamara.

“Aku memiliki teman baru, dia sangat baik padaku. Aku sedang berusaha membuat janji padanya hari ini, akan kukenalkan dia pada kalian,”

“Apa maksudmu memiliki teman baru? Apa kami berdua kurang bagimu?” protes Tania kesal.

“Tidak Tania, dia seorang laki-laki yang telah menyelamatkanku saat aku berusaha bunuh diri kemarin,” jelas Jeni.

Tamara dan Tania justru mengomel tidak karuan saat mendengar pengakuan Jeni bahwa ia sampai hendak bunuh diri hanya gara-gara seorang Louis, padahal mereka berdua tidak mengerti bahwa Jeni seperti itu karena begitu frustasi mengandung anak Louis sementara Louis justru terang-terangan menyatakan perasaannya pada Renata di depannya.

“Maafkan aku, tapi aku benar-benar frustasi. Aku dan Louis sudah bersama selama 7 tahun dan dia mengaku mencintai Renata di depanku,” aku Jeni sedih.

“Aku tahu perasaanmu Jen, tapi sayangilah dirimu. Jangan sampai menyakiti diri kamu sendiri hanya karena si brengsek Louis,” balas Tamara yang ikut-ikutan emosi.

Jeni hanya menganguk sambil berderai air mata mendapat omelan dari kedua sahabatnya, Jeni jadi semakin takut untuk jujur bahwa dirinya sekarang sedang hamil anak Louis, Jeni tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya mereka berdua padanya jika sampai tahu hal itu.

“Maafkan kami,” ucap Tania dan Tamara hampir bersamaan.

Jeni yang duduk sendirian di kursi tengah hanya mengangguk dan mengusap air matanya.

“Kami sangat menyayangimu Jen, kami senang kalau kamu sudah menemukan teman baru yang membuat kamu sebahagia itu,” hibur Tania.

“Iya Tan, terimakasih.”

“Jangan menangis lagi, dua menit lagi kita akan sampai kampus,” ingatnya.

Jeni hanya mengangguk sambil berusaha tersenyum.

***

Sekeluarnya Jeni dari ruang dosen, ia justru melihat Louis sedang duduk berdua bersama Renata. Hal itu membuat Jeni ingin sekali menghampiri Louis dan menamparnya keras-keras. Ia sangat sakit hati, Louis sudah tahu bahwa ia mengandung anaknya, tapi ia justru tidak berusaha menghubungi menanyakan kabar dirinya atau sekedar mengirim pesan WA seperti biasa, Louis justru seperti berusaha melupakan Jeni dari kehidupannya.

Melihat Louis dan Renata yang sama sekali seperti tidak melihat keberadaan dirinya. Jeni justru sengaja menghampiri mereka karena benar-benar geram, ia ingin tahu bagaimana reaksi mereka berdua saat dirinya ikut nimbrung dalam obrolan mereka yang begitu asik dan tak tahu malu itu.

“Ehem,” Jeni berdehem dan langsung duduk begitu saja di tempat duduk sebelah Louis.

Hal itu sontak membuat Renata dan Louis begitu canggung dihampiri oleh Jeni yang begitu tiba-tiba.

“Aku tahu kamu memang perempuan yang sangat cantik, semua laki-laki bahkan aku rasa mencintaimu, tapi sayang sekali kenapa kelakuanmu sangat minus Re, apa kamu tidak malu berbuat seperti itu dengan kekasih orang?” sindir Jeni begitu emosi.

Renata hanya diam dan menahan emosi, sebenarnya ia ingin sekali membalas perkataan Jeni, tapi di kampus ini ia dikenal sebagai perempuan yang terhormat, ia justru akan lebih malu jika sampai bertengkar di kampus dengan Jeni hanya gara-gara memperebutkan Louis.

“Jeni, apa-apaan kamu,” protes Louis dengan nada setengah berbisik takut terdengar mahasiswa lain yang juga duduk tak jauh dari mereka.

Jeni tersenyum sinis.

“Apa perlu aku berteriak dan memberitahukan pada seluruh mahasiswa bahwa dia ternyata bukan perempuan yang baik Louis? Aku rasa itu setara dengan sakit hatiku,” ancam Jeni.

“Jangan gila kamu Jen,” protes Louis kesal.

“Louis, andai aku tidak hamil anak kamu. Aku pasti sudah meninggalkanmu, tapi kenyataannya sekarang...” Jeni tidak sanggup meneruskan kalimatnya, hatinya kembali hancur dengan kenyataan pahit yang sekarang ia alami.

“Apa? Dia hamil anak kamu Louis?” ujar Renata begitu syok namun dengan suara yang terdengar sangat pelan, lagi-lagi ia takut segala pembicaraannya terdengar yang lain.

“Iya, kenapa? Dia bukan laki- laki yang baik Renata. Aku saja menyesal telah mengenalnya. Suatu hari nanti kamu juga akan merasakan hal yang serupa denganku. Dihamili lalu ditinggalkan olehnya,” seloroh Jeni sambil melirik tajam ke arah Louis dan kemudian pergi dari hadapan mereka berdua.

Jeni sudah tidak bisa membendung air matanya lagi, ia kembali menangis terisak saat pergi dari hadapan Louis dan Renata. Namun tiba-tiba handphonenya berdering, sebuah panggilan dari Tania,  hal itu membuat Jeni kemudian mengusap air matanya begitu kasar dan berlari menuju parkiran karena Tania dan Tamara sudah menunggunya di mobil.

“Kamu habis menangis lagi?” selidik Tamara yang kali ini ikut duduk di kursi tengah bersama Jeni.

Jeni hanya menggeleng.

“Sudahlah Jen, lebih baik kamu lupakan Louis. Aku tahu kamu pasti menangis gara-gara melihat Louis dan Renata duduk berdua di depan ruang dosen kan?” tebak Tania.

Jeni tampak menghela nafas, dadanya masih bergemuruh dipenuhi kekecewaan dan sakit hati yang begitu menusuk, hingga ia tidak mampu menjawab apapun pertanyaan Tania atau Tamara.

“Kita bertemu teman kamu itu dimana?” tanya Tania lagi mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Di Panorama Resto n Cafe, dekat kantornya dia,” jawab Jeni kemudian.

“Dia sudah bekerja?” timpal Tamara.

Jeni hanya mengangguk membenarkannya.

“Umurnya berapa Jen? Jangan-jangan sudah om-om,” tanya Tamara lagi berusaha mencairkan suasana.

Tania yang sedang menyetir langsung tertawa mendengar pertanyaan Tamara yang begitu disengaja.

“Udah kakek-kakek,” jawab Jeni kesal.

Tania dan Tamara justru semakin tertawa mendengar jawaban Jeni.

“Ayolah Jen, dibawa enjoy aja. Gara-gara kelamaan sama Louis, hidup kamu sekarang jadi serius banget,” protes Tania.

“Biasa aja.”

“Okey, Panorama Resto n Cafe itu dimana? Aku benar-benar gatau. Coba deh kamu suruh si kakek-kakek itu buat share lok aja, hahaha,” goda Tania.

“Taniaaa...” teriak Jeni yang semakin kesal.

Tania dan Tamara kembali tertawa terbahak-bahak melihat Jeni yang semakin kesal, padahal Tania sudah tahu dimana tempat resto yang dimaksud oleh Jeni, ia sering diajak kesana oleh kekasihnya untuk sekedar lunch atau dinner di Panorama Resto n Cafe yang terletak di atas mall bertema rooftop dengan view pemandangan yang begitu indah.  

“Kok kita malah ke mall?” protes Jeni dengan gaya polosnya.

“Restonya ada di atas mall, Jeni,” jawab Tamara

Jeni hanya manggut-manggut dan menurut saja dengan kedua sahabatnya. Maklum, ia tidak pernah main ke tempat mewah seperti ini. Kalaupun diajak Tania atau Tamara, Jeni juga selalu menolak dengan alasan uang yang sangat terbatas. Padahal mereka selalu berjanji untuk menraktirnya, Jeni bukan orang yang suka memanfaatkan kekayaan kedua sahabatnya atau Louis. Ia benar-benar perempuan baik yang sangat sederhana.

“Teman kamu itu dimana Jen?” tanya Tamara saat mereka sudah sampai di Panorama.

“Itu dia,” jawab Jeni sambil menunjuk ke arah Steven yang sedang duduk dengan posisi  membelakangi.

Jeni, Tania dan Tamara kemudian berjalan menghampiri tempat duduk Steven, dan betapa kagetnya Tania dan Tamara saat teman baru yang Jeni maksud adalah orang yang sudah sangat dikenalnya.

“Ya ampun, Steven?” seru Tania dan Tamara hampir bersamaan karena terkejut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Young Mom   PERNIKAHAN IMPIAN

    Jeni dan Louis tidak bisa menahan tawa dan mereka berdua mengangguk setuju demi menyenangkan putri kecilnya.“Berhentilah tertawa Ma, Pa. Ayo kita sarapan!” Louis mengerutkan keningnya dan dia menoleh ke arah Jeni. Maksudnya Jeni saja baru bangun tidur, siapa yang menyiapkan sarapannya? Tidak mungkin Aluna sendirian.Seolah mengerti pemikiran Louis, Jeni menjelaskannya, “Aku menyewa Bibi untuk memasak setiap pagi di sini.” “Kenapa tidak kamu sendiri yang memasak?” “Karena aku harus menulis setiap pagi, aku merasa itu waktu yang paling tepat untukku.” Louis tampak tidak setuju.“Lalu bagaimana kalau kita sudah menikah lagi? Apa kamu tidak akan memasak untukku?” tanyanya cemberut.Jeni tersenyum lembut dan ia mengelus wajah Louis dengan gemas, “Itu lain lagi.” Louis berubah senang sehingga ia ingin sekali menarik Jeni dalam pelukannya dan memagut bibirnya seperti semalam.Namun pemikiran itu segera diusir cepat oleh Aluna ya

  • Young Mom   KESEMPATAN KEDUA

    Jeni dengan cepat menepis tangan Louis, lalu merubah posisinya lagi dan kali ini memunggunginya.Louis tak menyerah, ia justru semakin berulah. Aluna di gendongnya pelan-pelan dan dipindah ke tempatnya dengan guling besar di sisinya agar tidak terjatuh, sementara Louis saat ini menempati posisi Aluna hingga berada sangat dekat dengan Jeni. “L... Louis, tolong jangan macam-macam!” Cegah Jeni dengan suara pelan namun sebenarnya ia sangat ketakutan.Padahal Louis hanya memeluknya dari belakang dan membenamkan kepalanya ke punggung Jeni sambil mencuri aroma khas lily of the valley pada tubuh Jeni yang membuat Louis sangat nyaman.“Louis, lepas!” desis Jeni dengan suara setengah berbisik karena takut membangunkan putrinya.Namun, pelukan Louis semakin erat hingga bokong Jeni bisa merasakan sesuatu yang tegang di tengah Louis. Ia bergidik ketakutan dengan degup jantung tak karuan, ia sudah lama sekali tidak mengalami sentuhan seperti ini karena Steven

  • Young Mom   LAGI-LAGI KARENA ALUNA

    “Aluna, apa kamu tidak menyayangi uncle?” Tanya Jeni waktu itu sebelum akhirnya ia benar-benar menyetujui permintaan Steven untuk bercerai.Jeni masih ingin mempertahankannya, meski godaan dari Louis luar biasa. Jeni yang masih sangat mencintai Louis selalu saja hampir goyah dengan perhatian yang Louis berikan selama di Singapura. Tapi ia benar-benar masih meneguhkan hatinya untuk Steven, ia pantang menjanda kedua kalinya, juga karena Steven sudah berbaik hati padanya selama ini saat ia berada di posisi terburuk. Tapi jawaban Aluna membuat seolah dirinya tertampar keras oleh sebuah kenyataan.“Sayang Ma, tapi Aluna lebih sayang sama Papa.”“Kenapa? Uncle juga sangat baik sama Mama dan Aluna.” Aluna mengangguk-angguk membenarkannya, tapi gadis cilik itu memutar otaknya untuk menemukan jawaban yang tepat.“Tapi Aluna ingin Mama dan Papa,” lirihnya.Meski hanya pernyataan singkat dengan menekankan kata ‘ingin’ itu sudah sangat jelas di mata Je

  • Young Mom   DARAH LEBIH KENTAL DARIPADA AIR

    “Ehem...” Deheman Steven sukses membuat keduanya melepas dengan gugup. Terutama Jeni, ia menoleh ke arah Steven dengan pandangan horor, sangat takut sehingga ia mengigit bibir bawahnya, tidak berani mengatakan apapun meski hanya sedikit penjelasan.“Itu tidak seburuk yang kamu lihat Stev.” Perkataan Louis setidaknya sedikit membantunya untuk menjelaskan pada Steven yang saat ini menahan ribuan emosi dengan tatapan tajamnya. Steven mengangkat sudut bibirnya membentuk seringai sinis. Setelahnya ia mengangkat satu tangannya di udara dan berbalik, ia terlihat sangat kecewa.“Jaga Aluna sebentar.” Seru Jeni sambil buru-buru mengejar Steven.Louis hanya diam dan merasa iba dengan Jeni. Jika saja ia tidak meninggalkan Jeni waktu itu, Jeni pasti masih menjadi miliknya sampai sekarang dan tidak perlu mengalami posisi yang sangat sulit seperti ini. Louis menghela nafas sebelum akhirnya menjatuhkan dirinya di sofa dan memijat pelipisnya.Di koridor r

  • Young Mom   TERABAIKAN

    Jeni dan Louis kembali saat Aluna sedang menangis keras. Melihat hal itu Jeni Louis sangat panik dan ia setengah berlari untuk menghampiri Aluna. “Steven, Aluna kenapa?” Jeni bertanya heran sambil memeluk Aluna yang terisak. Steven hanya diam dan menatap Aluna dengan rasa bersalah. “Apakah kamu mencoba bertengkar dengan putri kecilku Stev?” Tuduhan Louis sontak membuat Steven berubah emosi dengan cepat, ia menatap Louis geram. “Una, mau Papa.” Teriak Aluna sebelum Steven bisa menjelaskannya. Louis tersenyum ke arah Steven penuh kemenangan dan langsung menghampiri putrinya. “Ya Sayang, apa uncle menyakitimu?”Steven memelototi Louis tajam dan nafasnya terengah-engah karena terlalu banyak emosi yang ia tahan hanya demi janjinya terhadap Jeni. Menyadari tatapan tajam di balik punggungnya, bibir Louis berkedut membentuk senyum samar, ia sangat senang dengan posisinya saat ini karena Aluna lebih menginginkannya. “Papa, una mau de

  • Young Mom   SAY NO TO DADDY

    Louis datang dengan sekantung belanjaan di kedua tanganny, Jeni yang sangat kelaparan langsung antusias begitu melihatnya. “Beli apa aja?” “Semua kesukaan kamu.” Bibir Jeni berkedut dan membentuk senyuman tipis. Entah kenapa hatinya berbunga-bunga padahal jelas dia istri Steven sekarang. Baru sadar kalau dia istri Steven, Jeni cepat-cepat menepis pemikiran tentang Louis, ia membuka kantung makanan itu dan lagi-lagi hatinya goyah, rasanya ingin melonjak seperti anak kecil yang diperbolehkan makan es krim favorit oleh ibunya. Jeni jadi berubah sangat plin-plan, hatinya terlalu lemah untuk Louis. Louis tersenyum senang mendapati kebahagiaan Jeni. “Lengkap kan? Itu bukti aku tidak sepenuhnya melupakanmu Jen, hanya saja kemarin... Mungkin Renata menyihirku.” Jeni hampir tersedak salivanya sendiri dan ia tidak tahu harus tertawa atau menangis sekarang.“Dan sekarang menurutmu sihir itu sudah hilang?” sahut Jeni menggoda. Louis men

  • Young Mom   DIABAIKAN OLEH STEVEN

    Louis tersenyum tipis dan tidak mengatakan apapun lagi, ia mengikuti Jeni untuk menyandarkan punggungnya ke sofa lebih nyaman sambil menoleh ke samping memperhatikan Jeni yang saat ini tengah tertidur.“Kenapa dia sangat cantik sekarang? Apa karena dulu aku tidak pandai merawatnya?” batinnya.“Aku janji Jen, begitu Tuhan mengijinkanku untuk kembali padamu suatu saat nanti, aku akan menjadikanmu perempuanku selama sisa hidupku.” Lanjutnya.Jeni yang sebenarnya tidak berniat tidur, bisa merasakan tatapan Louis yang begitu intim padanya jadi dia sengaja membuka mata.“Kenapa kamu melihatku seperti itu? Aku sepupu iparmu sekarang.” Jeni mencoba mengingatkan Louis dengan kesal.Louis menarik sudut bibirnya membentuk senyuman jahat yang membuat Jeni bergidik, jadi ia langsung bangkit dan pindah duduk di samping tempat tidur Aluna. Ia membuka ponselnya dan mengecek pesan yang ia kirimkan pada Steven kemarin, masih tidak

  • Young Mom   KARMA IS REAL

    Hari ini adalah hari ulang tahun Aluna, meski tanpa perayaan mewah dan resmi seperti ulang tahun sebelumnya, namun Jeni masih berusaha menyenangkan putri kecilnya yang saat ini masih terbaring lemah di rumah sakit.Ia beserta mamanya dan Louis datang dengan membawa kue ulang tahun berlapis dan beberapa kado kecil. Aluna sangat senang dan wajahnya berubah kembali ceria meski masih terlihat pucat.“Selamat ulang tahun Aluna kesayangan Mama, cepat sembuh ya.” Jeni mencium kening Aluna begitu lama dengan air mata yang tiba-tiba mengalir pelan di pipinya.“Una duga cayang Mama. Yup yu.”Jeni terkekeh pelan sambil menyeka air matanya, “Love u too.”“Selamat ulang tahun anak Papa yang cantik, cepat sembuh ya.”Louis yang berada di sebelah lainnya langsung menciumi pipi Aluna. Aluna sangat senang dan wajah anak itu benar-benar berbinar bahagia.“Una cayang Papa,” balasnya.Lou

  • Young Mom   PERMINTAAN ALUNA

    Steven tidak berani membantah apapun dan langsung menuruti keinginan Jeni untuk membawa ke rumah sakit tempat Aluna dirawat. Meski dalam hatinya ada sedikit kekecewaan mengingat hari ini adalah hari pertamanya dan Jeni sebagai pasangan suami istri.Tentu ia sama dengan laki-laki pada umumnya yang masih menginginkan kebahagiaan sebagai pengantin baru. Untuk itu dia diam-diam mendengus getir saat dalam perjalanan ke rumah sakit.“Stev, cepatlah! Apa kamu sengaja melakukannya?” Jeni berteriak kesal menyadari Steven mengosongkan pikirannya dan melajukan mobilnya dengan malas-malasan.“Aku minta maaf.” Lirih Steven.Setelah itu Lamborghini tiba-tiba melaju seperti mobil pembalap dunia, alhasil mereka tiba di rumah sakit dengan sangat cepat.Begitu Lamborghini baru saja terparkir, Jeni langsung berlari tanpa mempedulikan Steven, di pikirannya hanya ada Aluna dan Aluna.“Bagaimana keadaan Aluna, Ma?” Jeni bertany

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status