Share

Y2

Azka tinggal seorang diri di apartemen yang tidak jauh dari tempatnya bekerja, kedua orang tua Azka terutama Via terkadang mengunjungi tempatnya hanya untuk memastikan keadaan dirinya baik-baik saja.

"Bunda pengen kamu nikah biar ada yang urus," ucap Via menatap Azka yang hanya diam.

"Azka berangkat kalau bunda udah selesai jangan lupa kunci pintu," sahut Azka dengan langsung beranjak dan berjalan mencium pipi Via.

Azka sudah bosan dengan permintaan Via untuk segera menikah, bukan Azka ingin sendiri tapi ada sesuatu dalam dirinya membuat Azka tidak tertarik pada wanita. Kadang Azka heran sendiri bagaimana bisa dirinya tidak tertarik pada wanita padahal seluruh keluarganya penikmat wanita dan menjadi budak cinta.

Ketika berada di ruangannya membuat Azka melupakan permintaan Via, banyak musik yang harus dirinya kerjakan karena beberapa penyanyi akan mengeluarkan album secara bersamaan. Keputusan managemen terkadang membuat Azka ingin memaki mereka semua, menambah penyanyi tapi tidak melihat kemampuan mereka dalam mengeluarkan karya.

"Apa ini?" Azka menatap kertas yang diberikan Brian.

"Departemen keuangan minta alasan beli sound baru."

Azka menghembuskan nafas panjang karena selalu berurusan dengan keuangan, bukan apa semua yang diminta adalah untuk kebutuhan perusahaan dan sound ini sangat dibutuhkan. Tidak mungkin dirinya turun langsung dalam menyelesaikan permasalahan sepele macam ini, banyak hal yang harus Azka lakukan untuk perusahaan ini.

"Bilangin kalau begini terus suruh langsung tanya sama CEO kita si Fabian itu."

Brian hanya menghembuskan nafas melihat Azka karena sudah sering dirinya sebagai perantara mereka untuk pembelian, Brian sendiri heran kenapa mereka tidak mau bertemu Azka malah memanfaatkan dirinya, padahal Azka sebenarnya bisa diajak diskusi jika waktunya memang pas bukan seperti saat ini.

"Sampai malam?" tanya Brian hanya dijawab anggukan oleh Azka.

Brian kembali sibuk dengan pekerjaannya begitu juga Azka, sore ini mereka akan kedatangan penyanyi wanita untuk melakukan pengambilan suara. Tidak terasa hari sudah menjelang waktu jam pulang kerja tapi tidak berlaku bagi Azka dan Brian yang masih harus menghaluskan suara penyanyi wanita yang baru saja rekaman.

"Hari ini ada makan malam perusahaan katanya pesta keberhasilan salah satu group itu," ucap Brian masih depan monitornya.

"Seharusnya kita sudah berangkat sekarang," Azka menatap jamnya yang diangguki Brian.

Setengah jam kemudian mereka telah selesai dan rasanya akan terlambat untuk datang, tapi mereka tetap datang untuk menghormati Fabian dan juga dukungan bagi group tersebut. Azka menandang malas pada acara yang ada dihadapannya saat ini, beberapa dari mereka pernah berinteraksi dengan Azka mengenai lagu tapi sisanya tidak sama sekali.

“Wajah lo jangan gitu nggak enak sama mereka karena bagaimana pun mereka yang buat kita menghasilkan uang,” bisik Fabian.

“Mereka cuman nyanyi dan gerak doang tapi otaknya di mereka-mereka yang ada di belakang layar,” ucap Azka yang membuat Fabian memutar bola matanya malas.

Ruangan tampak penuh dan sepertinya semua diundang oleh untuk merayakan pesta ini, Azka dan Brian menghampiri sang pemilik acara dan bersalaman namun Fabian yang tidak lain CEO kantor ini dengan suara kerasnya memperkenalkan mereka berdua.

Azka sesekali terlibat dalam pembicaraan dengan para group yang ada di depannya dan juga manajer mereka. Beberapa kali mereka bekerja sama bahkan album kali ini kolaborasi Azka dan mereka, kedekatan mereka sudah seperti keluarga.

Azka ijin pada mereka untuk ke kamar mandi, ketika selesai dirinya mendengar pembicaraan seseorang mengenai salah satu wanita yang hadir bernama Rena. Azka tidak tahu siapa wanita tersebut dan tidak peduli, hanya ada sesuatu yang membuat dirinya ingin tahu apa maksud dari perkataan mereka.

"Maaf," suara wanita mengagetkan Azka dan hampir menabraknya.

Azka menatap wajah wanita di depannya yang terlihat biasa tapi cukup manis mengingatkan Azka pada adik kecilnya Tere yang jauh dan sudah lama tidak bertemu. Azka memandang wajah wanita yang berlalu di hadapannya dan entah kenapa Azka merasa penasaran dengan wanita tersebut.

"Lama banget ke toilet," sindir pria di hadapan Azka bernama Irfan manajer dari group tersebut.

Azka tidak menghiraukan sindiran Irfan dengan kembali memakan makanan yang ada di hadapannya, pandangan Azka teralihkan pada wanita yang berada tidak jauh darinya. Wanita yang hampir menabraknya di toilet tadi, senyuman wanita tersebut membuat Azka tidak bisa berpaling dari hadapannya.

"Rena," bisikan Brian mengagetkan Azka.

Azka menatap Brian bingung tapi sayangnya Brian tidak menatapnya setelah berbisik pada Azka.

"Siapa dia?"

"Departemen keuangan yang selalu meminta alasan kenapa kita beli ini dan itu."

Azka mengalihkan pandangan ke arah Rena yang masih berbicara dengan teman-temannya, senyuman Rena tidak hilang sedikit pun bahkan Azka dapat melihat wajah cemberutnya dan sialnya mengingatkannya pada Tere yang tidak lain adalah adik sepupunya. Menatap lurus pada Rena yang saat ini sibuk dengan sekitarnya seketika membuat Azka tersenyum kecil, jantungnya entah bagaimana berdetak saat memandang wanita bernama Rena.

"Jangan naksir dia agak judes," bisik Brian lagi.

Azka menghentikan pandangannya dan kembali menyibukkan diri dengan menyantap hidangan yang ada di hadapannya. Cukup lama berada di restoran akhirnya Azka memutuskan pulang untuk istirahat karena besok dirinya harus menghabiskan malam di studio.

Azka menghentikan tubuhnya menatap Rena yang berdiri di depan pintu, Azka tidak tahu kenapa semenjak bertemu di toilet tidak bisa melepaskan tatapan pada Rena, seolah ada magnet agar dirinya tetap memperhatikan Rena.

"Tunggu dijemput?" Rena menatap Azka bingung.

"Pak Azka belum pulang?" tanya Rena sekedar b**a – basi.

"Mau aku antar?" Rena semakin diam tidak tahu harus menjawab apa.

Rena menggelengkan kepala "tunggu kendaraan online sebentar lagi sampai."

Azka tetap berdiri di samping Rena yang semakin membuatnya bertanya tapi tidak berani dan hanya bisa diam, ketika mobil yang Rena pesan datang dengan segera masuk ke dalam setelah melihat mobil yang dipesannya sudah berada dihadapannya.

“Pak Azka saya duluan,” pamit Rena dengan membuka kaca mobil bagian penumpang.

Azka hanya mengangguk dan tidak lama mobil berjalan meninggalkan dirinya seorang diri, memutuskan untuk  melangkahkan kaki menuju mobilnya agar segera pulang dan istirahat, malam ini semoga tidak ada yang mengganggu malam istirahat Azka karena tubuhnya benar-benar sangat lelah dan butuh istirahat.

"Lama sekali pulang."

Azka hanya menatap sekilas dan beranjak ke dalam kamar untuk membersihkan diri dan istirahat, ketika keluar seseorang tengah berada di ranjang Azka sambil membaca buku yang entah apa. Mencoba untuk bersikap sabar dengan menarik dan menghembuskan nafas panjang sebelum menjelaskan semuamya pada orang tersebut.

"Group yang lagi naik daun dan menerima beberapa penghargaan makanya bikin pesta yang harus kami hadiri, apa lagi aku terlibat di sana."

Azka menatap sekilas ranjangnya karena tidak ada balasan, seketika membuat Azka menghembuskan nafas panjang. Sikap orang ini terkadang membuat dirinya harus memupuk banyak kesabaran, tidak sesuai sedikit dengan keinginannya bisa membuatnya marah dalam waktu yang tidak bisa diprediksi dan Azka sangat bergantung padanya.

"Aku merindukanmu, Josh."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status