Share

Kepulangan Fadlan

Waktu telah berganti. Sore yang kunanti telah tiba. Embusan angin menggoyang dedaunan yang pohonnya berdiri kokoh di tepi jalan.

Aku mengambil kunci mobil Fadlan dan bergegas pergi ke bandara.

Fadlan sempat meminta nomor telepon milikku yang aktif sebelum dia naik pesawat, katanya agar mudah untuk berkomunikasi ketika dia turun di bandara.

Sekarang sudah hampir jam lima, tapi dia belum juga memberiku kabar barang sekali.

“Apa-apaan manusia satu itu. Suruh jemput tapi tidak bilang jam berapa dengan jelas. Hanya bilang sore jemput.” Aku bergumam selama perjalanan.

Entah niat iseng atau apa, yang jelas ini membuatku sedikit jengkel.

Ponselku berbunyi, kupikir itu Fadlan, tetapi ternyata Vivi. Karena tanggung sedang nyetir dan lupa tak bawa headset, akhirnya panggilan itu hanya menganggur. Dan dringnya terdengar lebih panjang ketika sengaja aku menunggu panggilan mati.

Ada yang aku lupa. Vivi tak kuberitahu soal kepulangan si hidung ingusan. Enyak juga. Oh, ya. Semua juga tak kuberitahu.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status