Share

7. KAKAK YANG SULIT DIATUR

Sore harinya, setelah pak Hadi dan Sherlin pulang dari rumah keluarga Zaha. Sebuah motor sport berhenti di depan pagar rumah, terlihat sepasang sejoli sedang berbincang dengan mesranya.

Entah apa yang mereka perbincangkan, tampak si wanita bersikap begitu mesra pada si pengendara motor sport tersebut. Tidak lama, wanita tersebut masuk ke dalam rumah. Dengan cueknya ia melangkah masuk begitu saja ke dalam kamarnya, tanpa mempedulikan sang ibu dan adik yang telah menunggunya sejak tadi.

"Kamu dari mana Nak?" Sapa bu Fitri menyapanya.

"Udah lah, gak usah tanya-tanya bisa gak, sih? Gue capek, mau istirahat." Jawab wanita tersebut dengan ketusnya.

Bu Fitri sampai tercekat mendengar jawaban kasar dari putrinya. Memang, sejak putri sulungnya itu sudah bisa mencari uang sendiri untuk membiayai kuliahnya yang seharusnya itu adalah tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Namun karena kesulitan ekonomi, apalagi bu Fitri hanyalah seorang pedagang kecil. Sehingga ia tidak bisa lagi membiayai sekolah anak-anaknya.

Suami Bu Fitri yang seorang pemabuk dan penjudi tidak lagi pulang ke rumah dan menafkahi mereka. Namun karena itu juga, membuat putri sulungnya tersebut jadi tidak lagi menghargainya sebagai seorang Ibu.

Bu Fitri hanya bisa terpaku menatap pintu kamar putrinya yang tertutup dengan keras. Bu Fitri hanya bisa mengelus dadanya untuk menyabarkan diri, ia tampak sedih dan tidak berdaya dengan kondisi putrinya.

"Bu?" Panggil Zaha pelan begitu melihat Ibunya yang bersedih hati karena perlakuan kasar kakaknya tersebut.

"Gak apa-apa, nak. Kamu istirahat, yah! Besok sudah mulai sekolah. Ibu juga mau tidur, besok pagi, ibu harus ke pasar soalnya." Jawab Bu Fitri memaksakan tersenyum dan menyembunyikan lara dihatinya. Lalu, ia melangkah pelan dengan hati yang sedih memasuki kamarnya.

Rumah itu sendiri hanya terdiri dari dua kamar, sehingga Zaha harus tidur di ruang tamu yang rangkap jadi kamar tidurnya. Pengalaman Zaha yang keras dan malang melintang dalam dunia agensi, membuat ia dengan cepat bisa memahami situasi yang menimpa keluarga tersebut.

Zaha menarik napas cukup dalam, tidak menyangka akan menemukan masalah seperti ini dalam keluarga barunya. Ia tidak tahu, apa alasan semesta membuatnya terlahir dalam keluarga kecil ini.

Zaha merasa terpanggil untuk membuat sedikit perubahan yang ia bisa untuk menyatukan keluarga ini. 

Perlahan Zaha melangkahkan kakinya menuju kamar kakak perempuannya tersebut. Ia langsung menarik handel pintu, karena ia yakin pintu kamar kakaknya tersebut tidak dikunci.

POV Zaha

"Ngapain lu masuk ke kamar Gua?" Teriak Nia tidak senang begitu melihatku masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi terlebih dahulu.

Aku yang terlanjur kesal dengan sikap kurang ajarnya pada ibu, menatap kak Nia dengan tajam. Matanya yang semula menatapku penuh amarah berubah jadi pucat dan ketakutan.

"Ma-mau apa lu?" Tanyanya ketakutan.

"Bisa gak, kakak berbicara lembut dengan ibu?" Tanyaku dingin.

"Bu-bukan urusan lu." Jawabnya gugup, karena aku berjalan semakin mendekat ke arahnya.

"Gue gak peduli! Jika kakak gak peduli melihat Gue yang masih hidup. Gue bisa lihat itu dari tatapan lu. Tapi, jangan pernah menyakiti perasaan ibu. Terlepas apapun yang telah lu miliki, paling tidak, hargai dia! Karena ibu yang telah ngelahirin lu ke dunia ini." Kataku kesal dan berusaha menahan amarah.

Aku yang telah lama tidak merasakan kasih sayang seorang Ibu, merasa sangat marah ketika melihat ibu dari ragaku saat ini diperlakukan dengan kasar, apalagi itu oleh anaknya sendiri. Aku tidak perlu bicara sopan dengan wanita yang bicara kasar dengan ibunya sendiri, seperti hal Nia.

Saat itu, aku tidak peduli dengan ketakutan di matanya. Mungkin ia tidak menduga jika adiknya yang biasanya polos, akan bicara dengan nada mengancam seperti sekarang.

Kak Nia tidak menjawab sama sekali ucapanku, hanya tubuhnya yang terlihat gemetar dengan tatapan tajamku. Sampai-sampai ia berkeringat dingin karena efek dari ketakutan yang dirasakannya.

".. sekali lagi Gue lihat Kakak berkata kasar seperti tadi pada Ibu, gue gak akan memaafkan kakak, paham?"

Aku tidak menunggu jawaban darinya, karena setelah ini, aku yakin ia tidak akan lagi berani berkata kasar pada ibu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
rustan talib
sangat bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status