Share

8. ZANNA KIRANIA FITRI

POV Zanna Kirania Fitri

Aku begitu bangga, saat kerja kerasku akhirnya membuahkan hasil.

Setelah kini, aku menjadi pacarnya Ronal, salah seorang mahasiswa terpopuler di kampusku. Walau banyak yang mengatakan jika ia adalah seorang playboy, tapi masa bodohlah!

Dengan menjadi pacarnya, paling tidak orang-orang tidak akan lagi menganggapku sebagai seorang Mahasiswi miskin yang tidak laku.

Walau, kadang ada juga gosip-gosip tidak enak yang mengatakan kalau aku adalah seorang gadis matre. What ever, lah! Yang penting, Aku yang sekarang bisa menjadi pacarnya salah seorang cowok terpopuler di kampusku.

Awalnya, Aku sudah sangat senang dan berbunga-bunga begitu diantar oleh Ronal pulang ke rumahku. Ia yang baru seminggu ini jadi pacarku, bahkan sampai mengantarku langsung ke depan rumahku.

Sebenarnya, aku sempat malu sih, kalau sampai Ronal tahu keadaan rumahku seperti apa? Namun, karena melihat kesungguhan dan ketulusannya menerimaku apa adanya. Akhirnya aku mau juga ketika diantar olehnya.

Ketika turun dari motor sport nya, kami sempat berciuman sejenak untuk meluapkan perasaan cinta yang sedang berbunga indah. Entah ini ciuman kami yang keberapa, tapi kami sudah terbiasa untuk melakukannya, tapi hanya sebatas itu. Aku masih tau batas yang harus ku jaga.

Walau sebenarnya, Ronal pernah mengajak untuk melakukan lebih. Namun untuk satu itu, aku masih menjaganya, karena aku ingin memberikannya pada suamiku kelak.

Perasaan yang berbunga-bunga itu harus berubah jadi rasa kesal yang mendalam. Entah kenapa, setiap pulang kerumah perasaanku berubah dengan kesal begitu saja.

Kadang aku berharap tidak terlahir dari keluarga ini dan seandainya bisa memilih, aku lebih memilih terlahir dari keluarga yang berada. Satu-satunya yang mungkin ku syukuri dari keluarga ini adalah wajah cantik yang diturunkan dari ibuku.

Beda halnya dengan adikku, Zaha. Tampangnya biasa-biasa saja kalau tidak mau dibilang jelek! Kami berasal dari satu ibu, namun beda Ayah.

Ayahku meninggal saat Aku berusia 2 bulan.

Beberapa tahun kemudian, ibu menikah kembali. Namun, suami keduanya itu merupakan seorang laki-laki bejat.

Usianya lebih muda dari ibuku. Namun sifatnya yang kasar dan suka berjudi, masih saja membuat ibu mau bertahan dengannya.

Untung saja beberapa tahun yang lalu, ayah tiriku pergi entah kemana. Sampai saat ini, tidak tahu kemana rimbanya, meninggalkan kami bertiga. Ibu jadi semakin luntang-lantung menghidupi keluarga ini, ia sampai berjualan di pasar dari pagi hingga sore hari.

Aku kecewa dengan keadaan kami yang miskin, jika aku tidak mulai bekerja, mungkin aku tidak akan bisa kuliah sekarang. So, bagiku, aku sudah tidak peduli lagi dengan keluarga ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status