Banyak sekali hal yang membuat Ailee lebih banyak diam selama menemani adiknya makan malam.
Kepalanya mulai di penuhi satu nama, yaitu Zuco. Ia bahkan kehilangan nafsu makan malamnya hanya karena pria itu. Pria yang bari saja menelponnya dan bercerita mengenai kejadian apa saja yang dirinya alami di sekolah, sedangkan Ailee hanya menjawab seperlunya saja.Fyuuuh....
Kiran, adik kecilnya langsung menatap Ailee dengan kening berkerut.
"Kak, ada apa?" Tanyanya dan Ailee tidak menyadari hal itu. Ia hanya diam menatap ponselnya.
Karena tak kunjung mendapatkan respon, Kiran pun mengangkat bahu acuh dan melanjutkan makan malamnya.Sampai akhirnya Kiran selesai dengan makan malamnya dengan ditemani Kakaknya yang melamun di sepanjang dirinya makan.
Bahkan saat ini pun, saat mereka membereskan piring, Ailee masih diam dan sibuk dengan pikirannya. Hal itu membuat Kiran kesal, ia lebih menyukai Kakaknya yang bawel di bandingkan pendiam."Kakak kenapa sih?" Tanya Kira seraya menepuk bahu Ailee yang tengah bersandar pada dinding dapur.
Ailee melirik adiknya dan menggelengkan kepalanya perlahan. "Gak pa-pa. Udah, masuk kamar dan belajar. Tinggal 3 bulan lagi kamu ujian,"
Kiran menyipitkan kedua matanya. "Kakak beneran gak pa-pa? Aku udah 12 tahun loh Kak, aku bisa kok dengerin cerita Kakak."
Ailee terkekeh pelan dan mengusap kepala Kiran dengan penuh kasih sayang. "Iya Kakak tahu, tapi emang gak kenapa-napa. Udah ah, sana belajar..." Ailee mendorong pelan tubuh Kiran agar pergi ke kamarnya dan lanjut menyimpan piring yang sudah dirinya cuci.
Selesai dengan pekerjaan dapur, Ailee berjalan menuju ruang tamu dan memainkan ponselnya dengan posisi berbaring di atas sofa.
"Gimana caranya supaya Zuco ngerti dan gak maksain diri buat jadi pacar gue, ya?" Gumamnya dengan menatap langit-langit.
"Aish... Nambah-nambah pikiran aja tuh orang." Kesalnya seraya memejamkan mata dengan erat.
Ailee melirik jam di dinding sebelah kirinya. "Baru jam setengah sembilan, masih satu setengah jam lagi Mamah pulang." Ucapnya.
Semenjak kepergian Ayahnya dua tahun yang lalu, keuangan mereka mulai kacau. Dari biaya Ailee masuk SMA, dan lain sebagainya membuat Ibunya harus bekerja banting tulang untuk menghidupi Ailee dan juga Kiran. Dan sejak saat itu pula, Ailee harus kehilangan kenyamanan. Rumah sampai mobil harus di jual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka karena saat itu Ibunya belum mendapatkan pekerjaan. Sampai 3 bulan yang lalu ibunya bekerja di sebuah pabrik tekstil dan Ailee yang membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
Tok... Tok... Tok...
"Loh, Mamah kok--"
"Sayang, ini aku!" Ailee memutar bola mata sebal.
"Si menyebalkan datang. Mau apa sih dia!" Kesalnya seraya berjalan ke arah pintu. Dan,
Ceklek.
Sebuah senyuman manis di wajah tampan sama sekali tidak membuat Ailee senang. Ia hanya mengangguk dan mengangkat sebelah alisnya.
"Ada apa?" Tanyanya.
Zuco mengangkat kedua tangannya untuk memperlihatkan dua buah kantung plastik.
"Temenin aku makan malam, mau yah?"
Ailee kembali melirik jam di dindingnya. "Aku udah selesai makan. Kenapa gak makan di rumah sendiri aja sih?"
Zuco memberengut kesal. "Kamutuh..." Rengeknya.
Ailee menatapnya jijik. "Apaan sih, aneh. Udah ah, sana pulang! Ganggu banget sih,"
Zuco terdiam dan menatap Ailee dengan datar. "Ya udah, aku gak akan makan malam sampe kamu mau nemenin aku."
"Ya terserah." Sahut Ailee. "Sana pulang..." Ia mendorong tubuh Zuco agar menjauh dari pintu.
"Jangan nyesel." Ucap Zuco seraya berjalan menjauh dari depan pintu.
Ailee terdiam. Ia menghembuskan nafas kesal saat bayangan-bayangan yang mengerikan membayangi pikirannya.
"Zuco!" Panggilnya.
Zuco menghentikan langkahnya dan tersenyum dalam diam. Ia membalikan tubuhnya dan mengangkat alis sebelah kanannya.
"Apa?" Tanyanya pura-pura tak mengerti.
"Ya udah," ucap Ailee.
"Apa yang udah?"
"Aku temenin." Dan dengan cepat, Zuco kembali menghampiri Ailee. Ia tersenyum semanis mungkin dengan harapan bahwa Ailee akan jatuh hati dengan senyuman itu.
Ailee memundurkan langkahnya dan mempersilahkan Zuco untuk masuk.
"Bawa apa aja?" Tanya Ailee saat Zuco memberikan dua bungkusan tersebut kepadanya.
"4 bungkus nasi goreng, satu martabak. Dan yang itu makanan ringan dari minimarket depan." Jawab Zuco seraya mendudukkan tubuhnya di sofa.
Ailee menepuk bahu Zuco dan menunjuk ke arah meja makan yang hanya terhalang oleh sebuah lemari TV.
"Di sana aja, biar bisa langsung makan."
Zuco mengangguk dan menunggu Ailee di meja makan.
"Kenapa beli banyak?" Tanya Ailee seraya mengalihkan nasi goreng dari dalam kertas nasi ke atas piring.
"Aku kira, kamu sama adek kamu belum makan malam, ternyata udah. Tadinya biar bisa makan rame-rame." Jawab Zuco.
Ailee menggeser nasi goreng tersebut ke hadapan Zuco dan dirinya duduk tepat di samping Zuco yang duduk di ujung tengah.
"Eh iya, tadi aku beli es krim."
"Selesai makan nasi, kamu makan es krimnya." Ucap Ailee tak bersemangat.
Zuco menggelengkan kepalanya. "Aku udah makan es krim tadi siang."
"Ya terus?"
"Aku gak bisa makan lagi, gak boleh keseringan." Jawab Zuco yang membuat Ailee tersenyum hambar.
"Kata siapa?" Tanya Ailee.
Zuco terdiam dengan kunyahan yang mulai melambat. Hal itu membuat Ailee mengernyit heran.
Ia pun meraih gelas dan mengisinya dengan air mineral, kemudian ia simpan di dekat Zuco karena ia kira Zuco tersedak."Minum dulu, biar gak seret." Ucapnya.
Zuco menatap Ailee dan tersenyum. "Makasih." Ucapnya yang kembali teringat pada perhatian sang Ibunda. "Mamah aku yang bilang." Sambungnya menjawab pertanyaan Ailee.
Ailee mulai merasa bersalah. "Maaf, aku gak bermaksud ngingetin kamu sama mendiang Mamah kamu..." Sesalnya.
Zuco mengernyit heran. "Kamu tahu dari mana, Mamah aku udah meninggal?"
"Temen." Jawab Ailee. "Terus es krimnya siapa yang makan?"
"Kamu simpen aja di kulkas, nanti kalau mau, tinggal makan." Ucap Zuco yang kembali menguyah nasi goreng, makanan kesukaannya karena itu satu-satunya makanan yang Ibunya bisa buatkan. Dulu.
Ailee menyandarkan tubuhnya. "Di sini gak ada kulkas, aku kasih adek aku aja gimana?"
"Ya udah, boleh." Jawab Zuco.
Ailee berdiri dari duduknya dan berjalan sedikit ke arah belakang.
Beberapa saat kemudian ia kembali bersama Kiran yang terlihat senang mendapatkan es krim yang berukuran cukup besar."Halo, Kak Zuco..." Sapanya.
Zuco tersenyum dan mengusap rambut Kiran. "Hai... Cantik, nama kamu siapa?"
"Kiran, Kak. Makasih es krimnya dan snacknya juga..."
Zuco menganggukkan kepalanya. "Kapan-kapan Kakak beliin lagi deh buat kamu,"
Kiran langsung tersenyum senang seraya melirik Ailee yang tengah berdiri dengan sekilas. Dan Ailee hanya diam menatap Zuco dan Kiran bergantian.
"Ya udah, masuk kamar lagi dan lanjut belajar." Ucap Ailee. Kiran langsung mengangguk dan berlalu meninggalkan Ailee dan Zuco berdua.
Ailee kembali duduk.
"Lain kali gak usah bawa makanan sebanyak ini lagi,"
Zuco menyelesaikan makan malamnya dan meneguk air mineral yang Ailee berikan kepadanya hingga tandas.
"Kenapa?" Tanyanya setelah itu.
"Gak enak aja,"
"Kamu kan pacar aku, kenapa harus gak enak sih..."
Ailee mengusap wajahnya dengan pelan dan membalas kalimat itu dengan senyumannya yang terlihat sangat di buat-buat.
"Terserah deh, pusing aku."
Zuco meraih lengan kiri Ailee kemudian di genggamnya. Untuk beberapa saat Ailee terdiam merasakan lengan lembut menyapu telapak tangannya.
"Besok aku jemput kamu jam berapa?" Tanya Zuco.
Ailee tersadar dari terpakunya dan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Gak usah. Aku biasa naik angkot."
"Sekarang biasain bareng aku. Besok jam setengah 7 aku jemput." Ucap Zuco dan mau tidak mau Ailee pun mengangguk setuju agar semuanya cepat selesai dan Zuco pulang.
Zuco melepaskan genggamannya dan menopang dagu seraya menatap Ailee yang tengah memainkan jarinya di atas meja dengan intens.
Merasa ada yang menatapnya, Ailee mengangkat pandangannya dan terdiam saat matanya beradu pandang dengan tatapan dalam yang Zuco tunjukan kepadanya.
Zuco meraih lengan kanan Ailee dan memajukan tubuhnya.Deg. Deg. Deg. Deg.
Deg. Deg. Deg. Deg.
Detak jantung Ailee semakin tidak karuan ketika wajah tampan Zuco dengan perlahan mendekati wajahnya yang sudah pasti mulai memerah.
PUK!
Ailee menepuk pipi kanan Zuco hingga membuat Zuco mengaduh dan kembali memundurkan wajahnya.
"Sakit yaang..."
"Lagian, ngapain maju-maju!" Sahut Ailee yang kembali menormalkan detak jantungnya.
Drrt... Drrt...
Ponsel milik Ailee bergetar dari dalam saku celananya. Ailee meraihnya dan mengernyit heran saat nama sahabatnya tertera di layar. 3 missed call dan dua pesan.
"Siapa?" Tanya Zuco.
Ailee mulai membuka pesannya. "Ini dari Angga." Jawab Ailee.
Raut wajah Zuco berubah dengan seketika. Dan dengan tiba-tiba saja, ia meraih ponsel Ailee dari genggaman si pemiliknya. Hal itu membuat Ailee cukup terkejut.
"Apa sih?" Heran Ailee yang masih kaget saat ponselnya di ambil dengan tiba-tiba. Itu ponsel satu-satunya, bagaimana jika terjatuh, pikirnya.
Zuco membuka pesan yang Angga kirimkan.
From: Angga🤪
Nyokap gue bawa oleh-oleh baju buat lo.
Besok gue jemput deh, sekalian mau ngasih kue buat Tante Mika.
Zuco melirik Ailee. "Tante Mika itu siapa?"
"Mamah aku," jawab Ailee. "Kenapa?"
Zuco menegakkan tubuhnya dan menatap Ailee dengan serius. "Dia mau jemput kamu besok,"
"Berarti kamu gak usah jem--"
"Kamu lebih pilih berangkat bareng dia di banding aku, pacar kamu?"
Ailee menggelengkan kepalanya tak setuju dengan apa yang Zuco katakan. "Logika aja dong, aku sama Angga satu sekolah."
"Tapi rumah dia sama kamu, jauhan rumah kamu kan? Tadi di sekolah kamu bilang gitu ke dia. Kenapa dia bela-belain--"
"Karena dia mau ngasih kue ke Mamah aku, sekalian ngasih baju ke aku."
Zuco menatap Ailee dengan tatapan datarnya. "Dia suka sama kamu."
"Ngaco."
"Buat apa dia ngasih baju, kue dan bela-belain jemput kamu padahal jarak rumah dia ke sekolah lebih deket, buat apa?"
Ailee memutar bola mata sebal. "Ya mana aku tahu, mana Angga tahu. Kan di pesannya juga di tulis kalau dia di suruh Mamahnya. Gimanasih!"
Zuco mendengus kesal dan memandang ke arah lain.
"Jadi kamu mau berangkat bareng dia?"
"Ya gimana, kasian kan dia udah bela-belain ke sini." Jawab Ailee.
"Karena Mamahnya ngasih oleh-oleh baju sama kue. Sedangkan aku udah gak punya Mamah." Ucap Zuco pelan namun masih terdengar dengan jelas oleh Ailee.
Ailee menatap Zuco dengan tatapan tak percaya, sedangkan yang di tatapnya masih memandang ke arah lain.
"Ngomong apa sih, jangan kemana-mana deh!" Ujar Ailee.
Zuco menyimpan ponsel Ailee di atas meja. Kemudian is berdiri dari duduknya.
"Kamu mau ke mana?" Tanya Ailee seraya menahan lengan Zuco. Entahlah, itu sama sekali bukan keinginannya. Akan lebih baik jika Zuco marah dan tidak menemuinya lagi. Tapi ada sesuatu yang membuatnya untuk tidak membiarkan Zuco salah paham.
"Kenapa ngomong kayak tadi? Aku bahkan gak minta Mamahnya Angga buat beliin aku sesuatu."
"Ya udah, kamu lebih suka sama temen kamu itu di banding aku,"
"Gak gitu,"
Zuco melirik menatap Ailee sekilas dan kembali memandang ke arah lain.
"Nanti aku kasih tahu dia buat gak jemput aku," putus Ailee yang entah datang dari mana.
Zuco menatap Ailee dengan tersenyum. "Jauhin temen kamu itu."
Ailee menatapnya tak percaya.
"Apa? Gak bisa gitu dong."
"Aku gak suka kamu terlalu deket sama cowok lain."
"Dia sahabat aku."
"Aku gak nyuruh kamu buat musuhin dia, kan?"
Ailee memutar bola matanya sebal. "Zuco, aku gak bisa. Harusnya kamu ikut berteman sama temen aku, bukannya malah jadi ngekang-ngekang kayak gini. Belum apa-apa, tapi hubungan kita udah gak sehat."
"Aku gak mau tahu." Sahut Zuco.
TBC________________
Vomment ya gaaaaes.........
Ailee menggeliat pelan. Seluruh tubuhnya terasa berat, dan saat mencoba sedikit bergerak, rasa ngilu-ngilu samar di bagian bawahnya membuatnya mengerutkan dahi. Ia menghela napas, mengumpulkan nyawa dan tenaga untuk menghadapi hari setelah digempur semalaman. Semalam… Pipinya langsung memanas saat ingatan itu muncul di kepalanya. Perlahan, Ailee membuka mata dan mendapati tempat di sebelahnya kosong. "Oh? Jam berapa sekarang?" Gumamnya pelan. Matanya kemudian bergerak, memindai sekitar untuk mencari keberadaan pelaku yang membuatnya tak berdaya. Lalu di sofa dekat jendela, di sana, Zuco terluhat duduk dengan santai, mengenakan kaos polo berwarna midnight blue yang membuat warna kulitnya semakin cerah saja. Rambutnya masih sedikit basah, sepertinya baru selesai mandi. Namun, wajahnya terlihat serius, fokus menatap layar iPad yang ia pegang. "Sejak kapan dia jadi makin ganteng dan manly gini?" Pikir Ailee, "Whatever, yang penting adalah dia suami aku. He's mine. That handsome face
Pesta pernikahan dari putra bungsu keluarga Corner diselenggarakan dengan sangat mewah. Dekorasi bunga putih dari berbagai jenis bunga asli menghiasi setiap sudut ballroom Crystal Palace, memberikan suasana romantis, elegan dan mewah sesuai tema yang memang Ailee putuskan bersama Zuco.Para tamu terlihat menikmati semua rentetan acara yang meriah dan khidmat dengan alunan musik lembut yang mengisi latar. Suara gelak tawa, dentingan gelas dan ucapan selamat yang terus Ailee dan Zuco terima diseiring perayaan pernikahan."Pah, Bu, kami ke meja yang lain dulu. Temen-temen duduk di meja sana," ucap Zuco, izin memisahkan diri.Jhonatan mengangguk, "Sure, ini pesta kalian, do as you wish, nak."Ailee menggenggam tangan suaminya, lalu berjalan beriringan. Ia masih sedikit tak percaya bahwa hari bahagia mereka akhirnya tiba. Gaun putih yang anggun berkilau, dan cincin di jarinya terasa seperti mimpi. Tapi genggaman hangat dan senyuman yang Zuco berikan membuatnya sadar bahwa ini semua adalah
"Zuco gak jadi dateng? What is that mean?" Suara itu mengalihkan bunda Mika, Ibunya Ailee dan Tuan besar Jhonatan, calon Ayah mertua Ailee yang tampak sedang kebingungan. Mereka berdua langsung menghadap ke arah Ailee yang sedang memeluk toga juga ijazah tanda bahwa dia sudah menjadi sarjana untuk Sastra inggris, S.S., Ing. "Bunda, ada apa? Kalian ngobrolin apa? Pah, ini beneran Zuco gak bakalan dateng? Acara wisudanya udah selesai, aku kira dia telat tapi... Dia gak dateng?" Tanya Ailee memastikan dengan suara yang bergetar, ia merasa kecewa. Ailee menunduk, menatap cincin yang tersemat dijari manisnya. Rasa bahagia yang memenuhi hatinya perlahan memudar, tergulung rasa rindu yang tidak jadi tersalurkan. Dengan gontai dia berjalan ke bangku taman, lalu duduk dengan tatapan sendu. "Lee, jangan cemberut gitu dong, ini kan hari wisuda kamu. Kamu harusnya bahagia, lihat yang lain. Semuanya foto-foto, ayo kita ambil foto bareng!" Ajak Bunda Mika berusaha menghibur sang putri. Jhonat
Zuco's BorderlineDeskripsi:S E Q U E L dari Zuco's Obsession💫_________________________________________Zuco menatap Ailee dengan tersenyum manis."Kuliah, pulang. Dan... Jauhin cowok tadi. Okay?""Zuco, aku gak--""Jangan aneh-aneh. Nurut aja."Ailee terlalu bahagia, sampai dirinya lupa bahwa pernikahan adalah awal. Dengan ekspektasi yang tinggi tentang kebahagiaan, mereka berdua harus berjuang untuk saling melengkapi dan menyatukan perbedaan serta meminimalisir perdebatan.*****Di Wattpad yah... Sudah update sejak kemarin. Malam ini update lagi yeaay!!Jangan lupa tinggalkan jejak di sana. Share ke temen-temen. Dan jangan lupa juga mampir ke cerita Didit.Judul: Ice CreamKisah si manja nan keras kepala Aruna bersama kekasihnya yang cold.Seru kok, gak perc
Ekspresi wajah Zuco terlihat sangat jelas menunjukkan kesedihan. Bahkan bukan hanya itu, ada rasa takut serta khawatir yang sedang dirinya rasakan. Dari posisi duduk, berdiri hingga mondar mandir sudah dirinya lakukan untuk mengurangi rasa cemas.Bagaimana tidak, setengah jam lagi pesawatnya akan berangkat dan sampai saat ini Ailee belum juga menunjukkan keberadaannya."Dek, sabar dong. Duduk dulu, mungkin jalanan macet." Ucap Jhonatan.Zuco melirik jam di tangannya. "Ailee bilang dia bakalan nyusul, tapi kok gak dateng.""Belum, Zuco. Bukan gak dateng." Sebagai seorang Ayah, Jhonatan terus berusaha menenangkannya sedari tadi.Zuco menggigit bibir bawahnya. "Is she okay? Gak terjadi apa-apa kan sama Ailee?" Tanyanya pada Jhonatan."Enggak, nak.""Tapi aku telpon gak di angkat, chat juga gak dibaca Pah. Aku khawatir," ucapnya gelisah.Zuco kembali me
Zuco terlihat merebahkan diri di sofa ruang keluarga dengan TV yang hanya dinyalakan untuk menemani dirinya saja. Rumahnya terlalu besar untuk ditinggali 2 orang dan beberapa asisten rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.Hari ini Zuco menyelesaikan Ujian Nasional pertamanya, dengan Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran pembuka.Zuco tampak menatap langit-langit rumahnya yang tinggi dengan memeluk bantal sofa."Zuco..."Mata Zuco membulat sempurna. "Ailee..." Gumamnya seraya bangun dari posisi rebahannya.Zuco tersenyum senang ketika melihat Ailee tersenyum ke arahnya. Kemudian duduk di dekatnya."Dih nyengir," ucap Ailee.Zuco menggigit bibir bawahnya. Kemudian tertunduk."Kenapa? Gak seneng yah aku ke sini? Ganggu yah?"Zuco menggelengkan kepalanya. "I miss you..."&
Malam ini, Ailee memutuskan untuk menginap, menemani Zuco. Dengan sedikit paksaan dan rayuan, akhirnya Ailee mau menemani Zuco yang sendirian. Karena Jhonatan masih berada di luar negeri untuk satu minggu ke depan.Mereka berdua terlihat sibuk sendiri, Ailee yang mengerjakan tugas di atas karpet karena mejanya lebih rendah dari sofa dan Zuco tampak bermain game di sofa belakang Ailee.Lalu, Dhara? Ailee sudah mengeceknya. Gadis itu pergi. Entah kemana. Karena rasa malu telah berkata dengan keras, mengingatkan Zuco bahwa pria itu terlahir dari rahim istri kedua. Ailee berharap, Dhara tidak akan pernah menunjukkan wajahnya lagi."Aarghh, anjing kalah." Umpat Zuco.Ailee yang duduk di dekatnya terkejut. "Eoh? Kasar banget." Kagetnya.Zuco memukul mulutnya sendiri pelan. "Sorry sorry.""Sorry mulutmu. Udahlah, jangan main game dulu, berisik tahu. Aku lagi ngerjain tugas." Ujar
Jangan lupa untuk komentar😘 dan review yah sayaangnya Zuco sekalian. BTW, kayaknya Didit bakalan bikin sequel Zuco kalau tamat. Bodo amat Didit bakalan tetep bikin:v Gak bakalan di posting di sini yah.Find me on: Ig @ditanyxoul.*****Saat ini, Ailee dan Zuco sedang duduk berdua, menonton TV dikediaman corner dengan ditemani oleh ramyeon instan yang sebelumnya mereka beli di perjalanan. Awalnya Zuco akan menemani Ailee di dirumahnya, namun ternyata ia berubah pikiran dan memutuskan untuk mengajak Ailee ke rumahnya saja."Punya kamu pedes gak sih?" Tanya Zuco.Ailee menatapnya dan langsung memasang ekspresi tak percaya, tangannya terulur untuk mengusap rambut Zuco ke arah belakang."Keringetan banget, kalau pedes gak usah dilanjutin. Bibir kamu udah merah gitu," ucap Ailee.Zuco menyimpan cup mie di atas meja. Kemudian meraih susu kedelai miliknya.
Sesuai dengan apa yang Ailee inginkan, dua hari setelah kemarin, ia memutuskan untuk pulang dan menjalani perawat di rumah saja. Ailee sudah mempertimbangkan segalanya, ia tidak ingin membuat Ibunya, Zuco dan Sara juga Nayma kerepotan karena dengan baik hatinya mereka bergantian menemani Ailee. Walau Ailee telah mengatakan, bahwa suster dan Dokter ada disekitarnya.Pagi ini Ailee sudah bersiap untuk berangkat sekolah dengan bantuan tongkat. Akan sangat merepotkan jika ia menggunakan kursi roda.Apa Zuco mengetahuinya? Tentu saja, tidak. Zuco masih belum setuju jika Ailee berangkat sekolah. Tapi hari ini Ailee akan keras kepala, ia sudah terlalu banyak ketinggalan materi. Sepintar apapun dia, tetap akan kesulitan jika harus mengejar banyak pelajaran.Ibunya sudah pergi 15 menit yang lalu, bersama dengan Kiran. Kini Ailee terlihat sedang mengunci pintu, kemudian berlalu untuk mencari Angkot. Akan sangat boros jika ia menggunakan taksi