“Mas Beno itu siapanya Lala sih Al?” Tanya Igoy
“Mas Beno?” Tanya Al lagi menyakinkan dan Igoy balas mengangguk, “ya kakak” jawab Al“Bukan kakak kandung kan?” Tanya Igoy lagi, “kenapa lo mikir gitu?” Tanya Al sambil menengok ke arah Igoy yang fokus dengen laptopnyaIgoy terdiam sambil menatap ke arah langit-langit ruangan himpunan “Ya.. gue rasa.. sayangnya dia ke Lala beda” Al pun ikut menatap ke arah yang sama, “iya sih, gue juga ngerasa gitu” ucap Al, “jadi gimana?” Tanya Igoy lagi, “gimana apanya?” Tanya Al heran“ada peluang buat gue dapetin Lala?” tanya Igoy, “nol besar, Goy” jawab Al dan terdengar hembusan napas Igoy kasar, “ya mencintai ga harus memiliki kan?” jawab Igoy pasrah dengen keadaanCeklek!Pintu ruangan himpunan dibuka kasar oleh Akew.“rusuh!” ketus Al kepada Akew yang ngos-ngosan“Gue.. dapet.. info” ucap Akew patah patah sambil menyodorkan sebuah flashdisk kepada Al“sini!” ucap Igoy sambil merebut flashdisk dari tangan Akew yang tid“La, ini sidang terakhir, semoga kita bisa menang. Terus lo bisa balik lagi ke kampus kaya biasa, gue kangen banget makan soto bareng lo di pujas” ucap Al saat mereka berjalan menuju ruangan sidang yang sudah tidak asing Lara hanya bisa tersenyum tipis dan tidak berani berharap bahwa kemenangan berada di tangannya karena semua jalan nihil dan buntu untuk membuat Lara keluar dari masalah ini. “La la la, senyum dong kangen nih” ucap Igoy, “sempet sempetnya anjir” ketus Al, “La sini duduk bareng gue aja” ajak Akew lalu Lara menurut. Tak lama setelah Lara duduk, pihak Arya datang dengan wajah yang berseri. Sidang terakhirpun dimulai. Pihak Arya semakin gencar memojokan Lara bahwa Lara yang mendatangi Arya atas dasar kemauan sendiri agar nilai mata kuliahnya aman. “saksinya jadi dateng ga kew?” tanya Al, “jadi jadi, dia bilangnya jadi” ucap Akew panik, “tapi ini udah mau beres belum muncul juga” ucap Al Ceklek Pintu
Setelah dari kediaman Iki, Beno memutuskan untuk kembali ke rumah saja karena ia merasakan badannya sangat lelah dan juga kepalanya terasa memutar. Ia mengendarai mobilnya dengan perlahan karena pusing yang ia rasakan semakin hebat dan tak jarang ia hampir menabrak orang di depannya. Namun untungnya ia selamat sampai rumah.Beno membuka pintu rumah yang dikunci, itu berarti dua kemungkinan yaitu Lara di rumah atau Lara pergi keluar. Ia menghembuskan napas lega, karena mendapati Lara tetap pada posisi terakhir ketika ia tinggalkan. Dengan berjalan sambil terhuyung huyung ia menghampiri Lara yang masih terlelap.Mengusap pelan kepala Lara serta merapihkan rambut yang menutupi wajah Lara agar ia jelas melihat wajah istrinya itu. Merasa terusik, Lara pun membuka matanya pelan lalu terbangun cepat dan berlari menjauhi Beno.“Ra, kenapa?” ucap Beno masih dengan posisinya melihat Lara menjauh“Diem disitu” ucap Lara sedikit
“I don’t deserve to love to anyone” ucap Lara setelah isak tangisnya sedikit mereda, “saya.. bodoh, saya lupa tujuan saya apa dan sekarang saya kehilangan kesempatan itu mas” jelas Lara tanpa konteks tentang apa yang dimaksudnya namun Beno merespon anggukan bahwa ia paham apa yang dikatakan Lara. Beno memilih untuk tidak berbicara apapun dan yang bisa ia berikan hanya sentuhan fisik untuk menenangkan Lara. Karena jika ia berbicara, itu seakan terasa salah. Beno tidak menutupi perasaannya bahwa ia senang jika Lara tidak berakhir dengan Rey namun ia juga tidak ingin jika caranya itu dengan menyakiti hati Lara. “do you really love me?” tanya Lara tiba-tiba, “ya, tentu” jawab Beno sambil menghapus sisa air mata di pipi Lara, “don’t give me hope” ucap Lara pesimis, “I don’t give you hope, this is real and I meant it, it’s about you to trust me or not but this is about me to love you truly, Ra” jawab Beno “jadi Ra, can you love me to? And I’m sorry, please fo
“asik makan gratis” ucap Angga dengan bersemangat memasuki kediaman Lara dan Beno“maafin temen saya ya mas, biasa anak kos suka kurang gizi” ucap Akew kepada Beno sedikit bercanda“eh! Bener pisan, saatnya perbaikan gizi da jauh harus pulang ke Garut mah” ucap Angga yang merindukan masakan ibunya itu“teman kalian ada satu lagi kan? Yang rambutnya ikal” tanya Beno, “oh Igoy, nanti nyusul katanya mas” jawab Al, “yaudah langsung aja makan duluan” ucap Beno sambil mengajak mereka ke arah meja makan yang sudah tersedia makanan khas sundaDing-dong“aku aja yang buka pintunya” ucap Lara kepada Beno yang akan beranjak dari kursinya itu“good night!” ucap seseorang yang baru ditanya oleh Beno, “maaf dateng telat, gue ngater dulu si mamah” ucap nya, “gapapa, masuk aja Goy” ucap Lara, &ldquo
Seseorang duduk di pojok cafe dengan menghadap ipad sambil menulis pada tumpukan kertas dengan banyak sticky notes. Tak lupa telinganya disumpal dengan airpods berwarna putih itu. Chocolate panas yang sudah tidak panas itu didiamkan setengahnya. Seseorang lainnya datang dan mencabut salah satu airpods itu kemudian memasangkannya di telinganya.“I miss your tan skin, your sweet smile” ujar orang yang mencabut airpods itu tadi“did I know you?” tanya orang yang terlihat kesal karena aktivitasnya diganggu“well I’m a friend of your friends or girlfriend, I don’t know what it’s true” jawabnya, “ada apa?” tanyanya sambil melepas aipods kepunyaanya, “sebenarnya gue tahu lo sukanya bukan Lala” ucapnya, “gausah sok kaget gitu Rey” lanjutnya lagi, “maksud kamu apa?” tanya Rey“lo paham, masa sih seorang mahasiswa kedokteran y
“Nonton yu La” ajak Rey setelah mereka selesai makan siang, “aku harus cepet pulang Rey, udah dijemput juga” tolak Lara“Mas Beno?” Tanya Rey memastikan siapa yang menjemput Lara dan Lara jawab mengangguk“Aku duluan ya Rey” ucap Lara sambil berdiri, “bentar Ra” ucap Rey sambil ikut berdiri menyamakan posisinyaCupLara seketika terkejut karena bibir Rey menempel singkat di pipinya.“Hati-hati ya, kabarin aku kalau sudah sampai” ucap Rey sambil mengusap puncak kepala Lara“Iya” jawab Lara karena bingung. Bingung harus merespon apa, bingung dengan perasaannya, bingung dengan sikap Rey terhadapnya.“Mas udah lama nunggu?” tanya Lara setelah memasuki mobil, “baru kok, ada kali 5 menit—eh” ucap Beno kaget karena Lara tiba-tiba memeluknya.“ada apa?” tanya Beno sambil balik memeluk istrinya itu.
Waktu menunjukkan pukul 2 pagi saat Beno terbangun karena memimpikan Ibunya yang telah meninggalkannya itu. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air seraya menenangkan dirinya dari duka yang masih terasa itu. PLAK Sebuah panci untuk memasak mie mendarat tepat di lengan kanan Beno dengan cukup keras saat Beno membuka lemari es untuk mengambil air yang dingin dan suara panci bertabrakan dengan lengan itu terdengar suara yang cukup bulat. “mas! Aku kira maling” ucap Lara sambil menurunkan pancinya dari lengan Beno itu. “sakit ga? Pasti sakit kan? Suaranya kenceng soalnya” ucap Lara sambil memeriksa lengan Beno yang terlihat merah dibawah lampu remang dari lemari es yang dibuka “mas? Maaf sakit banget ya” ucap Lara melihat Beno meneteskan air mata sebutir, tanpa menjawab Beno langsung memeluk Lara dengan erat dan terisak dibahu Lara. Tanpa berkata Lara menenangkan Beno dengan menepuk-nepuk punggungnya pelan “ad
“La gue mau tanya dong” ucap Al kepada Lara yang masih berkutat dengan laptopnya padahal mereka berada di tempat untuk mengenyangkan perut“biasanya juga langsung nanya, ada apa bestie” jawab Lara tanpa menoleh kea rah Al“lo masih hubungan sama Rey?” tanya Al yang membuat Lara mengerutkan dahi karena itu pertanyaan di luar ekspetasi Lara, “lah biasanya nanya gimana kader? Gimana perkembangan race mobil? Tugas perancangan udah? Gue udah solat belum yak? Tumben banget lo kepo sama hubungan gue, ini Al atau Akew?” sarkas Lara“lah napa dah si Akew?” kepo Al, “kapan hari gitu ya dia nanya hal yang mirip, tapi langsung pas ada Rey-nya juga sih” jawab Lara, “terus?” ucap Al menuntut penjelasan, “terus apaan?” ketus Lara, “ya terus si Rey jawab apa?” tanya Al“ya intinya dia bilang mau nunggu siap dan ya udah nyaman kaya gini” jawab Lara sekenanya, “kaya gini gimana?” tanya Al lagi, “tanpa status tapi bisa memiliki”“ya digantung kan itu, tanpa kepastian” ucap Al menyimpulkan, “mau sampai k