Share

#5

"Assalammualaikum" ucap Lara sambil membuka pintu rumah. Dilihatnya di ruang tv terdapat Beno yang sedang menonton pertandingan sepak bola. 

"Mas, assalammualaikum" ucap Lara lagi sambil berjalan ke arah Beno

"Kalau salam tuh dijawab mas" ucap Lara lagi ketus

"Waalaikumussalam" akhirnya Beno menjawab

Lara balik tak hiraukan Beno dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Beno yang mengetahui itu, tidak bergeming sedikit pun dan seperti menganggap tidak ada yang terjadi. Tak lama Lara kembali keluar kamar sambil membawa baju tidur dan handuknya untuk mandi. Beno pun melirik ke arah pintu kamar mandi yang baru ditutup itu. Merasa ada keanehan yaitu kebiasaan Lara mandi malam dengan air dingin. Namun, Beno hanya menggidikan bahunya acuh. Mau sakit atau tidak bukan urusannya bukan? Setidaknya itu yang Lara katakan kemarin. 

ceklek

Keluarlah Lara dengan pakaian tidurnya dan juga rambutnya yang masih basah. Beno semakin merasa aneh, apakah tidak bahaya untuk mandi malam dan berkeramas dengan air dingin. Tapi tetap saja Beno acuh dan tidak bergerak barang sedikitpun untuk menegur Lara atas kebiasaan yang aneh menurutnya itu.

"Mas, udah makan belum?" tanya Lara dari arah dapur

"Saya masak dulu ya" teriak Lara dari dapur namun Beno tetap membisu

Harum masakan pun menyeruak mencapai ruang tv. Perut Beno meronta ronta dengan mengeluarkan suara karena tidak diisi dari jam makan siang di kantor tadi, sedangkan sekarang waktu menunjukkan hampir pukul 8 malam Beno belum memakan apapun. Menebak nebak makanan apa yang dimasak Lara malam ini, mungkin nasi goreng cabe ijo atau kari ayam atau sekedar telur dadar dengan banyak cabai rawit dan bawang daun kesukaan Beno itu?

"Mas Beno! Udah selesai nih, makan dulu" teriak Lara lagi dan tetap beno tidak menjawab sepatah kata pun. Kesal karena tidak mendapat jawaban, Lara pun menghampiri Beno ke ruang tv.

"Mau makan ga? Saya cuman masak nasi goreng cabe ijo sih" ucap Lara dan Beno masih terdiam seakan tidak mendengar ucapan Lara yang berada tepat di sampingnya itu.

"sama telur dadar juga sih. Lapar ga?" tanya Lara lagi

"Ah lama! Keburu dingin nanti" ucap Lara sambil menarik tangan Beno dan membawanya ke dapur

Beno malah duduk terdiam sambil memaikan jari tangannya.

"Mau makan ga? Malah diem" ucap Lara ketus

trakk

Lara menyimpan kembali sendok yang dipegangnya tadi dengan keras.

"Jujur deh, mas marah sama saya atau lagi sariawan? Dari tadi saya ajak ngomong, diem terus. Ini mau dimakan ga? Kalau ga mau saya buang aja, toh saya ga sanggup habisin. Kalau tahu ga akan dimakan saya ga akan masak buat mas juga, bikin cape aja" kesal Lara sambil hendak mengambil piring yang berisi nasi goreng dan telur dadar itu

"Jangan..." ucap Beno lirih sambil memegang perutnya yang dirasa perih

"Jangan apa?" tanya Lara ketus

"Dibuang" jawab Beno sambil menunduk

"Yaudah habisin" ucap Lara sambil menyimpan kembali piring itu di hadapan Beno

Hanya terdengar dentingan sendok dan garfu diantara mereka tidak ada yang membuka sepatah kata pun. Lara yang masih kesal karena kejadian hari ini dan Beno juga yang masih kesal karena ucapan Lara. Harus ada yang membuka suara, jika tidak masalah diantara keduanya akan semakin besar.

"Mas, saya mau ngomong sesuatu" ucap Lara sambil memegang salah satu tangan Beno, menahannya untuk beranjak dahulu.

"Ga jadi deh, Mas nya nyebelin hari ini" ucap Lara lalu beranjak ke wastafel

"Lho saya nyebelin gimana?" tanya Beno tak terima sambil menyimpan piring dan gelas kotor ke wastafel

"Berarti bener kan mas marah sama saya bukan karena sariawan" ucap Lara sambil menyabuni peralatan makan yang kotor

"Yang bilang saya sariawan siapa?" ucap Beno sambil mengelap piring bersih yang masih basah

"Ya gaada, saya cuman berspekulasi aja. Kalau ga sariawan berarti mas marah sama saya sampe gamau ngomong gitu"

"Ya memang betul, dan sekarang harusnya kamu minta maaf bukan balik marah"

"Lho ya wajar saya marah, mas nya nyebelin banget. Kalau marah tuh bilang, biar saya ngerti salah saya di mana" ketus Lara sambil menyipratkan tidak sengaja sabun kepada wajah Beno

"Harusnya kamu yang peka, omongan kamu bikin saya sakit hati" ucap Beno balas menyipratkan sabun

"Ya saya pantas marah dong, mas nya malah numpahin minuman di tugas aku"

"Itu karena saya khawatir sama kamu"

"Saya ga butuh perhatian mas"

"Iya maka nya saya ga ngomong sama kamu seharian"

"Itu bukan ga kasih perhatian, tapi mas gamau komunikasi sama saya. Itu beda hal mas"

"Lalu kamu mau saya bagaimana Ara?" ucap Beno penuh penekanan

"Saya ga butuh perhatian mas yang dibuat buat supaya saya jatuh cinta sama mas. Saya ga butuh perhatian kaya gitu"

"Perhatian saya tulus sama kamu Ra, bukan untuk buat kamu jatuh cinta saja"

Lara pun terdiam sambil menatap mata Beno yang sedari dulu melihat ke arahnya. Menepis pikirannya bahwa apa yang diucapkan Beno adalah benar adanya Lara pun meninggalkan Beno dan memasuki kamarnya.

"AAAARRRGGGGHHHHH" teriak Lara dari dalam kamar, sontak membuat Beno hampir meloncat karena kaget

Mungkin Beno dan Lara memang tidak bisa disandingkan. Mereka sama-sama keras kepala dan sifatnya yang saling bertolak belakang. Entah perdebatan apalagi yang akan terjadi diantara mereka dan entah kapan keduanya jatuh cinta atau tidak akan mungkin terjadi?

Keesokkan paginya, mereka kembali berangkat bersama tetapi mereka tidak saling berbicara. Padahal, komunikasi adalah hal penting untuk menjalin sebuah hubungan.

drrt drrt

Ponsel Lara berbunyi

"Ya.. halo?" ucap Lara

"Mau apa lagi Rey?" ucap Lara malas

"Rey? Pacarnya?" ucap Beno dalam hati sambil melirik singkat Lara

"Jangan ketemu aku dulu ya, please. Let me think about us later ya ---Tut!" ucap lara lalu menutup sambungan telpon itu

"Pacar?" tanya Beno sambil memberhentikan mobilnya yang sudah sampai di kampus Lara

"Kepo deh" ucap Lara sambil keluar dari mobil

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status