Share

8

Ibunya, memperlakukan Xue Ling seperti seorang putri. Apapun yang Xue Ling inginkan, ibunya selalu berusaha memenuhinya. Seolah-olah ibunya berusaha menebus tahun-tahun yang terlewat. Seperti yang ibunya lakukan saat itu, begitu melihat kedatangan Xue Ling, ibunya langsung memerintah para pelayan untuk memasak makanan kesukaannya, merapikan kamar Xue Ling agar saat Xue Ling lelah ia dapat beristirahat dengan nyaman.

Xue Ling kembali ke rumah menjelang malam. Saat membuka pintu lagi-lagi mendapati rumah kosong. Xue Ling mendesah sedih.

Setelah selesai makan dan membersihkan rumah, Xue Ling sengaja tidak tidur. Ia duduk di kursi menunggu Tuan Mudanya pulang. Sudah bermalam-malam sejak Tuan Mudanya pulang, ia tidak melayaninya dengan baik. Lewat tengah malam saat Tuan Mudanya pulang.

Xue Ling berdiri saat Tuan Mudanya masuk ke dalam rumah. Tuan Muda menatapnya dengan heran sambil mengernyitkan alis. “Kau belum tidur?”

Xue Ling mengangguk. “Iya,” jawab Xue Ling. Xue Ling bergegas ke dapur, mengambil air hangat untuk mencuci kaki Tuan Mudanya. Kemudia Xue Ling bergegas masuk kamar dan mendapati Tuan Mudanya sedang membuka baju luar dan bersiap-siap untuk tidur.

“Cuci kaki dulu, Tuan Muda.” Xue Ling menghampiri Xue Yao, duduk dan meraih kakinya. Kemudian dengan perlahan, ia membasuh kaki Xue Yao satu persatu dan mengeringkannya.

Xue Yao membaringkan tubuhnya, Xue Ling menyelimutinya.

“Sudah malam, tidurlah.” Xue Yao berkata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status