Semua Bab It's Okay That's Love (INDONESIA): Bab 21 - Bab 30
57 Bab
21. Kenapa?
“Selamat pagi, Presdir Dika,” sapa Liana sopan ketika bertemu dengan Dika di halaman kantor. “Semoga hari Presdir menyenangkan.” Liana tersenyum manis.Presdir Dika juga menyapa Liana dengan mengangguk sopan lalu melanjutkan langkah kaki di ikuti sekretaris Andra dari belakang. Langkah kaki Presdir Dika berhenti, dia baru saja mengingat sesuatu. Lelaki tua itu berbalik badan memanggil Liana. Liana segera berlari kecil menghampiri Presdir.“Ya? Presdir? Ada yang bisa Liana bantu?"“Sekretaris Liana, kenapa kamu berada di sini?” tanya Presdir Dika ke Liana lalu beralih ke sekretaris Andra. “Tolong bilang ke supir saya supaya mengantarkan sekretaris Liana.”Liana bingung, dahi berkerut. “Apa? Maksud dari Presdir apa?” tanya Liana.“Pergilah ke rumah saya, menjemput Nova. Jangan membuat dia bermalasan. Menggunakan kekuatan fisik tidak apa, saya sudah mencoba menggunakan kekuatan kekerasan. Tidak bisa merubah sikap dan sifat Nova. Jadi, jika tidak bisa menggunakan kekuatan pendidikan, pukul
Baca selengkapnya
22. Sepatu Hak Tinggi
Nova bingung dengan reaksi Liana."Kenapa? Ada apa sekretaris Liana?" Nova mulai mencari sesuatu kesalahan dalam dirinya, sedetik kemudian dia baru sadar. Dia memakai celana dalam bergambar Naruto di pantat Nova. Nova langsung terlonjak dan berteriak heboh, tangan Nova mengambil alih selimut—selimut di tangan Liana dan terjatuh ke lantai—lelaki itu langsung menutupi tubuhnya.Nova terkejut dan malu, dia sadar di dalam kamarnya ada Liana. “Kamu gila?! Mengapa kamu masuk ke kamar aku?!” tanya Nova tidak terima. “Wah, sekretaris Liana. Berani sekali kamu masuk ke kamar bossmu tanpa mengetuk pintu.” Nova menggerutu kesal, kepalanya menggeleng tidak percaya."Tidak, Direktur. Aku sudah mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban. Aku datang ke rumahmu karena perintah dari Presdir Dika,” jawab Liana gugup. “Maaf, aku minta maaf Direktur,” kata Liana canggung. Dia mengintip Nova dari celah jari."Apa yang kamu lihat? Aku sudah menutupi dengan selimut," ujar Nova dengan nada lirih.Liana membuka
Baca selengkapnya
23. Termenung
Liana berusaha menahan cengkraman tangan yang semakin kuat di area leher. Liana menggeleng kepala, matanya tersorot memohon. Permohonan Liana acuhkan Revan. Hingga wajahnya beberapa kali menghindar tidak beraturan, walaupun dipaksa untuk diam dan menikmati. Liana tidak mau.Langkah kaki Liana perlahan memundur, menghindari dari lelaki yang sedang dikendalikan oleh napsu. Sial, punggung Liana mengenai dinding, itu artinya posisi sedang terkunci.Dia marah.Lelaki itu menatap Liana dengan sorot mata elang yang tajam. “Kenapa kamu tidak mau. Kenapa kamu selalu menghindari! Lyn Liana! Bukalah mulutmu, balaslah lumatan bibirku. Ayolah, sayang. Jangan membuatku marah!” gertak Revan tidak sabar.Menjijikkan.Lagi-lagi Liana menggeleng tidak.“Kenapa?! Liana! Kita sudah berpacaran lima tahun, salahkah aku meminta ciuman walaupun cuma kecupan di bibirmu?”Lelaki itu, pacar Liana. Seharusnya Liana yang marah padanya, kenapa jadi dia yang marah-marah. Memang, sejak mereka pacaran tidak pernah m
Baca selengkapnya
24. Guyuran Hujan
Sepanjang perjalanan pulang guyuran hujan. Liana terus menangis terisak, meraung-raung membuat orang-orang yang melihatnya tertawa atau sedikit merasa iba dan kasihan.Tanpa tahu malu, Liana manangis. Jujur, dalam hatinya masih mencintai Revan. Dia berharap hubungan langgeng sampai ke pelamian dan Revan bersedia menyembuhkan phobianya. Tetapi, tidak sesuai keinginan Liana. Liana mengutuk mantan kekasih yang akan meraih kebahagiaanya, tetapi lelaki itu mempunyai niat merusak masa depan dan kehidupan Liana.“Revan! Brengsek!” Liana memaki menyebut Revan dengan kata brengsek. Dada Liana semakin bergemuruh tidak karuan dan sesak.“Aku kutuk, Revan menderita selamanya. Tidak punya anak, mandul sekalian baru tahu rasa,” kutuk Liana. “Kalau tidak, menjadi bujang lapuk. Tidak ada yang mau sama dia untuk menjadi suami, mampus!”Semakin tidak jelas berkata, Liana semakin tidak waras.Liana tidak sadar, ada seorang lelaki berdiri di belakangnya dengan memegang sebuah payung kuning. Lelaki itu ter
Baca selengkapnya
25. Kebahagiaan
Di dalam ruang kerja, Direktur Nova berbicara panjang lebar, marah dan kesal kepada sekretaris. Karena Liana tidak menjawab panggilan ponselnya dan Nova berteriak tidak ada balasan dari Liana.Kemana Liana pergi?Nova berteriak di dalam ruang kerja. "Sekretaris Liana!" Untuk ke lima kali Nova berteriak keras memanggil nama sekretaris Liana. Di dalam hati Nova berkata kotor, hatinya sudah panas. Nova bertanya kepada diri sendiri, kemana perginya sekretaris Liana? Apakah Liana tidak membawa ponsel? Seharusnya, jika Liana pergi, harus meminta izin kepada boss atau menghubungi lewat ponsel, mengirim pesan. Jadi, Nova tidak kebingungan ketika membutuhkan dan mencari sekretaris.Boss pemalas itu harus berdiri dari duduk lalu keluar ruang kerja dan mencari Liana di meja kerja. Nova berdecak melihat meja kerja kosong, tidak ada Liana di sana. Tapi, tas dan ponsel tergeletak di atas meja. Itu artinya, Liana masih berada di kantor dan tidak pergi jauh. Huh. Nova menghembuskan nafas kasar. Nova
Baca selengkapnya
26. Merebut Wanita
“So, it's a date?” tanya Evan dengan manis.Kencan? Liana mengedipkan mata, bingung dengan perkataan Evan. Liana make sure pertanyaan yang dibuat oleh Direktur Evan adalah untuk wanita itu.Evan tertawa kecil, dia mengelak lalu menjelaskan jika Evan ingin mengajak Liana makan siang di restourant. Tentu saja bukan date. “Bukan ... bukan date,” kata Evan berusaha meluruskan perkataan tadi. “Kita hanya makan siang di restourant, mungkin membuat otak akan lebih fresh atau segar dan melepaskan stres.”Senyum Liana memudar, dia mengutuk dirinya sendiri. Kenapa dia mengharapkan kencan bersama Evan? "Aha..." Liana malu.Evan lebih malu, dia telah berani bertanya, apakah ini sebuah date atau bukan. Pertanyaan tadi secara spontan saat mereka duduk di restourant yang berada tidak jauh dari kantor.“Aku hanya bertanya karena aku tidak tahu,” ungkap Evan jujur."I know." Liana terkekeh melihat ekspresi malu dan wajah Evan berwarna merah, lelaki itu berusaha menjelaskan. "Aku pikir, kamu mengajakku
Baca selengkapnya
27. Debat!!
Ekspresi wajah Nova masam dan depresi, Nova mengisyaratkan agar mereka berganti posisi. Nova di dalam dan Liana keluar dari restourant. "Keluar kamu sekarang!" perintah Nova.Di dalam restourant, Liana gelagapan dan gugup.Buru-buru Liana berkata kepada Evan bahwa dia tidak bisa menjawab sekarang karena pertanyaannya tidak sesederhana itu, dan dia akan segera diseret keluar dari restourant oleh Nova.“Maaf, Direktur. Aku tidak bisa menjawab sekarang. Akan aku jawab lain waktu,” kata Liana dengan suara lemah. Matanya kembali ke arah jendela kaca, melihat Nova sedang menunggu dengan kesal."Keluar sekarang!" Nova memberi isyarat lagi, tatapan mata Nova tajam.Liana menelan ludah. Nova pasti akan marah kepada Liana.Evan mengikuti pandangan Liana, dia tersenyum sinis melihat Nova di jendela kaca lalu tersenyum manis ke arah Liana. “Saya mengerti. Lain kali kita akan bertemu lagi dan ma
Baca selengkapnya
28. Masalah Wanita
Evan tidak setuju dengan perkataan Nova. Menjadi lelaki tampan, kaya dan pintar, kehidupan tidak mudah untuk mendapatkan kekasih. Evan sudah bosan dan muak, semua mantan Evan bukan wanita yang baik, mereka memanfaatkan Evan karena mencintai uang.“Saya juga membutuhkan Liana.” Evan tidak akan membiarkan Nova memilik Liana, tidak mudah untuk selalu menjadi keren seperti dirinya, dan karena itulah dia membutuhkan Liana.LOL. Percayakan pada Evan untuk selalu narsis walaupun sedang memperjuangkan cintanya."Aku yang lebih membutuhkan dia!""Aku!""Aku!"Tidak ada yang mau mengalah dalam perang kata-kata, mereka memulai perang dengan saling pandangan mata, tatapan mata tajam. Dan kejadian itu tidak luput dari intaian Liana yang kembali lagi ke restourant karena khawatir kepada Nova dan Evan.“Apa kamu tidak mau melepaskan Liana?” Nova menanyakan sekali lagi,
Baca selengkapnya
29. Aksi Jambak Rambut
Liana yang sejak tadi mengawasi mereka melolotkan mata melihat dua Direktur itu bertengkar. Nova menubruk tubuh Evan membuat Evan terjatuh. Astaga! Liana langsung masuk ke dalam restourant. Dia berlari dengan cepat dan mencoba menengahi pertikaian mereka. "Hentikan, Direktur!" Liana berteriak. Liana mencoba mencari celah di tengah keduanya agar mereka memisahkan diri, hasilnya nihil. Mereka tidak mendengar perkataan Liana. "HENTIKAN!" Liana berteriak lagi.Nova mengatakan secara provokatif kalau Evan yang tidak mau mempermalukan dirinya. "Kau tidak ingin mempunyai malu, bukan? Sejak dulu. Sekarang aku akan mengajarkan kamu rasa malu," ucap Nova dengan panjang.Nova memukul Evan di depan umum, tidak peduli Liana berteriak dan menyuruh mereka berhenti berkelahi. Penghuni restaurant mulai terganggu adanya kegiatan perkelahian bertengkar fisik. Orang-orang mulai menonton gratis.Maka Evan tidak mau kalah, dia mena
Baca selengkapnya
30. Bersaing
Di restourant, Nova dan Evan masih tetap saling menjambak rambut bahkan sampai berguling-guling di lantai tidak mempedulikan mereka menjadi pusat perhatian."Ya! HENTIKAN DIREKTUR!" Liana yang berteriak memohon agar mereka menghentikan perkelahian ini, tapi diabaikan dan tidak di dengar.Liana langsung berkata kepada pengunjung restourant untuk tidak mengambil gambar dan mengambil vidio perkelahian. Ucapan Liana tidak di dengarkan oleh pengunjung, mereka mengambil foto dan vidio."Tolong jangan mengambil gambar dan jangan merekam menjadi vidio! Aku mohon, jadikan ini rahasia!" kata Liana meninggikan suara.Tidak ada yang menuruti perkataan Liana.Liana pasrah. Akhirnya Liana mengambil kain penutup meja dan menutup kain meja itu ke kepala Nova dan Evan, mereka tidak mau mengalah dan terus berkelahi. Setidaknya menutup kepala mereka membuat pengunjung restoran tidak bisa melihat dan mendengar apa yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status