Liana yang sejak tadi mengawasi mereka melolotkan mata melihat dua Direktur itu bertengkar. Nova menubruk tubuh Evan membuat Evan terjatuh. Astaga! Liana langsung masuk ke dalam restourant. Dia berlari dengan cepat dan mencoba menengahi pertikaian mereka.
"Hentikan, Direktur!" Liana berteriak. Liana mencoba mencari celah di tengah keduanya agar mereka memisahkan diri, hasilnya nihil. Mereka tidak mendengar perkataan Liana. "HENTIKAN!" Liana berteriak lagi.
Nova mengatakan secara provokatif kalau Evan yang tidak mau mempermalukan dirinya. "Kau tidak ingin mempunyai malu, bukan? Sejak dulu. Sekarang aku akan mengajarkan kamu rasa malu," ucap Nova dengan panjang.
Nova memukul Evan di depan umum, tidak peduli Liana berteriak dan menyuruh mereka berhenti berkelahi. Penghuni restaurant mulai terganggu adanya kegiatan perkelahian bertengkar fisik. Orang-orang mulai menonton gratis.
Maka Evan tidak mau kalah, dia mena
Di restourant, Nova dan Evan masih tetap saling menjambak rambut bahkan sampai berguling-guling di lantai tidak mempedulikan mereka menjadi pusat perhatian."Ya! HENTIKAN DIREKTUR!" Liana yang berteriak memohon agar mereka menghentikan perkelahian ini, tapi diabaikan dan tidak di dengar.Liana langsung berkata kepada pengunjung restourant untuk tidak mengambil gambar dan mengambil vidio perkelahian. Ucapan Liana tidak di dengarkan oleh pengunjung, mereka mengambil foto dan vidio."Tolong jangan mengambil gambar dan jangan merekam menjadi vidio! Aku mohon, jadikan ini rahasia!" kata Liana meninggikan suara.Tidak ada yang menuruti perkataan Liana.Liana pasrah. Akhirnya Liana mengambil kain penutup meja dan menutup kain meja itu ke kepala Nova dan Evan, mereka tidak mau mengalah dan terus berkelahi. Setidaknya menutup kepala mereka membuat pengunjung restoran tidak bisa melihat dan mendengar apa yang
Nova sedikit marah dengan perkataan Evan. "Brengsek !!!"Liana sudah merasa pasrah dan tidak tahu harus berbuat apa. Menghentikan Direktur? Kedua direktur keras kepala, tidak mendengar perkataan Liana. Liana semakin pusing dengan percakapan Evan dan Nova, berkali-kali Liana mendengar namanya disebut oleh mereka.Sekretaris Andra, sekretaris Yuni dan Bu Erlin akhirnya datang di restoran, Sekretaris Andra membantu Liana meleraikan kedua Direktur, sedangkan sekretaris Yuni dan Bu Erlin mengurus pengunjung restoran agar tidak keluar terlebih dahulu-mereka meminta pengunjung untuk menghapus foto dan Vidio kejadian memalukan ini.****Masalah telah selesai. Di perjalanan kembali ke kantor, Sekretaris Andra menginterogasi Liana tentang kelakukan Nova dan Evan yang baru pertama kalinya melakukan perkelahian fisik, biasanya mereka hanya perang kata-kata."Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa sampai sepa
Karena Presdir Dhika kebetulan berjalan keluar kantor dan melihat wajah mereka babak belur. Dia berteriak marah kepada Sekretaris Andra yang berani membohonginya dan menyuruh mereka mengikutinya."ADA APA INI? APA YANG TERJADI SEBENARNYA?! SEKRETARIS HARIS, BERANI-BERANINYA KAMU MEMBOHONGI SAYA! NOVA, LIANA, EVAN DAN ANDRA. KALIAN MASUK KE DALAM RUANG KERJA SAYA, SEKARANG!"Di dalam lift, Nova, Evan, Liana, Sekretaris Andra dan juga Presdir satu lift. Presdir memasukan tangan ke dalam kantong celana, memperhatikan tengkuk Evan dan Nova secara diam-diam dari arah bekakang.Karena sudah tidak tahan lagi, Satya menendang pantat Evan, hal itu sontak membuat Nova tertawa puas. Namun tawa Nova berhenti ketika dia juga mendapatkan tendangan lebih keras. Sekarang Evan yang tertawa.Nova menjerit kesakitan. "Ayah! Kau sudah berjanji tidak akan menggunakan kekerasan!" kesal Nova menolehkan kepala ke Presdir Dhika.
Presdir Dhika maju dua langkah, menghadap mereka bertiga, Liana, Evan dan Nova. "Jangan bilang kepada Ibumu kalau aku menendang pantat kamu, paham?" kata Presdir Dhika meminta Evan tidak mengadukan pada ibu Evan kalau dia menendangnya.LOL.Evan mengangguk.Dan interogasi masih berlanjut. Nova dan Evan memang berkelahi memperebutkan Liana, tetapi mereka tetap melindungi Liana. Jadi mereka berbohong, perkelahian itu karena pekerjaan."Apa kalian berdua berkelahi?" tanya Presdir Dhika menyelidiki. Nova dan Evan mengangguk saja. "Ya! Kalau benar kalian berkelahi sangat memalukan. Jelaskan apa yang terjadi, cepat katakan!""Hanya karena masalah pekerjaan, ayah." Nova menjawab.Tapi Presdir Dhika tidak percaya. Tatapan tajam kemba
"Tidak hanya aku, sebagai orang tua pasti mengkhawatirkan anaknya setelah bertengkar, memukul dan menjambak rambut." Presdir Dhika berkilah kalau memang seperti itulah perasaan orang tua pada anaknya. "Anak nakal sekarang kamu boleh keluar dari ruang kerja ayah dan Sekretaris Li tetap di sini untuk beberapa saat."
"Apa kamu tidak ingin mengoleskan obat luka untukku?" tanya Nova polos saat Liana meletakan kotak obat di meja. "Tanganku sakit, tidak bisa banyak bergerak." Nova mengadu dan berpura-pura tangannya sakit.Sebenarnya Nova menggunakan kesempatan ini supaya Liana mau mengoleskan obat ke lukanya dengan dalih tangannya sekarang sakit karena perkelahian tadi. Berbohong.Liana tersenyum sinis, walaupun tidak mau mengoleskan obat ke kulit Nova yang terluka, akhirnya Liana melakukannya juga. Dengan telaten mengoles obat luka ke wajah Nova, mulai dari sudut bibir yang berdarah.Suasana mendadak hening, hanya ada suara napas beradu.Nova kemudian melancarkan provokasinya dengan mengatakan. "Mungkin kamu tidak menyadari kalau mungkin kamu sudah menentukan perasaannya," kata Nova.Tapi Liana tidak jatuh dalam provokasinya. Dia bertanya balik, "Perasaannya kepada siapa? Kepada Direktur yang ada di depanku atau Di
Sepulang dari kantor, Liana curhat pada Sally's tentang pengakuan Evan yang menyukainya. "Dia menyukaiku, walaupun aku suka kepada Direktur Evan, tetapi aku rasa hanya rasa kagum dan terpesona bukan cinta."Sally mengambil bantal untuk dilekatan di atas kaki yang bersila. Dia memandang Liana tidak berkedip, dalam pikiran berkecamuk-seharusnya Liana bersyukur-dua Direktur tampan dan kaya raya, menyukai Liana."Kamu beruntung sekali, Vita. Aku ingin menjadi diri kamu." Sally's menjadi heboh karena curhatan dari Liana. Dia merasa iri dengan kehidupan cinta Liana. Dua direktur kaya menyukai Liana? Hell! Itu bagaimana mimpi!Liana mencibir dan memajukan bibirnya mendengar respon dari Sally's.Melihat wajah Liana yang masam. Sally bertanya, "Lalu, siapa yang akan kamu pilih menjadi kesalahanmu? Direktur Evan atau Direktur Nova?" Serly merespon serius dengan curhatan Liana.Namun saat Liana ditanya siapa y
Liana tidak tahu, hari ini merasa sangat lelah sekali. Satu hari penuh bersama Nova rasanya puas sekali. Hidupnya tidak pernah seperti ini sebelumnya, dulu saking sibuknya sampai tidak ada waktu luang dan sekarang bisa sedikit untuk mengistirahatkan otaknya, walaupun bersama Nova. Itu lebih dari kata cukup, bisa tertawa bersama dan melakukan hal yang tidak pernah mereka lakukan.Di sinilah Liana, berdiri manatap mobil Nova yang mulai menjauh dari penglihatannya. Wanita mengembangkan senyuman tipis dari bibir cantiknya yang lipstick sudah agak hilang, ada secercah perasaan lega karena sedikit demi sedikit akan membuat Nova sembuh dari phobianya.Bagi Liana terpenting pertama melakukan hal agar Nova bisa berpidato ketika rapat, karena menurut Liana itu yang paling utama, menyangkut masalah pekerjaan. Ya kali, seorang Direktur tidak bisa membawakan hasil kerjanya untuk presentasi.Saat mobil itu benar-benar tidak terlihat, Liana