Semua Bab It's Okay That's Love (INDONESIA): Bab 31 - Bab 40
57 Bab
31. Namun Terlambat
Nova sedikit marah dengan perkataan Evan. "Brengsek !!!"Liana sudah merasa pasrah dan tidak tahu harus berbuat apa. Menghentikan Direktur? Kedua direktur keras kepala, tidak mendengar perkataan Liana. Liana semakin pusing dengan percakapan Evan dan Nova, berkali-kali Liana mendengar namanya disebut oleh mereka.Sekretaris Andra, sekretaris Yuni dan Bu Erlin akhirnya datang di restoran, Sekretaris Andra membantu Liana meleraikan kedua Direktur, sedangkan sekretaris Yuni dan Bu Erlin mengurus pengunjung restoran agar tidak keluar terlebih dahulu-mereka meminta pengunjung untuk menghapus foto dan Vidio kejadian memalukan ini.****Masalah telah selesai. Di perjalanan kembali ke kantor, Sekretaris Andra menginterogasi Liana tentang kelakukan Nova dan Evan yang baru pertama kalinya melakukan perkelahian fisik, biasanya mereka hanya perang kata-kata. "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa sampai sepa
Baca selengkapnya
32. Ada Apa Ini?
Karena Presdir Dhika kebetulan berjalan keluar kantor dan melihat wajah mereka babak belur. Dia berteriak marah kepada Sekretaris Andra yang berani membohonginya dan menyuruh mereka mengikutinya."ADA APA INI? APA YANG TERJADI SEBENARNYA?! SEKRETARIS HARIS, BERANI-BERANINYA KAMU MEMBOHONGI SAYA! NOVA, LIANA, EVAN DAN ANDRA. KALIAN MASUK KE DALAM RUANG KERJA SAYA, SEKARANG!"Di dalam lift, Nova, Evan, Liana, Sekretaris Andra dan juga Presdir satu lift. Presdir memasukan tangan ke dalam kantong celana, memperhatikan tengkuk Evan dan Nova secara diam-diam dari arah bekakang.Karena sudah tidak tahan lagi, Satya menendang pantat Evan, hal itu sontak membuat Nova tertawa puas. Namun tawa Nova berhenti ketika dia juga mendapatkan tendangan lebih keras. Sekarang Evan yang tertawa.Nova menjerit kesakitan. "Ayah! Kau sudah berjanji tidak akan menggunakan kekerasan!" kesal Nova menolehkan kepala ke Presdir Dhika.
Baca selengkapnya
33. Kekhawatiran
Presdir Dhika maju dua langkah, menghadap mereka bertiga, Liana, Evan dan Nova. "Jangan bilang kepada Ibumu kalau aku menendang pantat kamu, paham?" kata Presdir Dhika meminta Evan tidak mengadukan pada ibu Evan kalau dia menendangnya.LOL. Evan mengangguk. Dan interogasi masih berlanjut. Nova dan Evan memang berkelahi memperebutkan Liana, tetapi mereka tetap melindungi Liana. Jadi mereka berbohong, perkelahian itu karena pekerjaan."Apa kalian berdua berkelahi?" tanya Presdir Dhika menyelidiki. Nova dan Evan mengangguk saja. "Ya! Kalau benar kalian berkelahi sangat memalukan. Jelaskan apa yang terjadi, cepat katakan!""Hanya karena masalah pekerjaan, ayah." Nova menjawab.Tapi Presdir Dhika tidak percaya. Tatapan tajam kemba
Baca selengkapnya
34. Penyebab Pertengkaran
"Tidak hanya aku, sebagai orang tua pasti mengkhawatirkan anaknya setelah bertengkar, memukul dan menjambak rambut." Presdir Dhika berkilah kalau memang seperti itulah perasaan orang tua pada anaknya. "Anak nakal sekarang kamu boleh keluar dari ruang kerja ayah dan Sekretaris Li tetap di sini untuk beberapa saat."
Baca selengkapnya
35. Mengobati Luka
"Apa kamu tidak ingin mengoleskan obat luka untukku?" tanya Nova polos saat Liana meletakan kotak obat di meja. "Tanganku sakit, tidak bisa banyak bergerak." Nova mengadu dan berpura-pura tangannya sakit.Sebenarnya Nova menggunakan kesempatan ini supaya Liana mau mengoleskan obat ke lukanya dengan dalih tangannya sekarang sakit karena perkelahian tadi. Berbohong.Liana tersenyum sinis, walaupun tidak mau mengoleskan obat ke kulit Nova yang terluka, akhirnya Liana melakukannya juga. Dengan telaten mengoles obat luka ke wajah Nova, mulai dari sudut bibir yang berdarah.Suasana mendadak hening, hanya ada suara napas beradu.Nova kemudian melancarkan provokasinya dengan mengatakan. "Mungkin kamu tidak menyadari kalau mungkin kamu sudah menentukan perasaannya," kata Nova.Tapi Liana tidak jatuh dalam provokasinya. Dia bertanya balik, "Perasaannya kepada siapa? Kepada Direktur yang ada di depanku atau Di
Baca selengkapnya
36. Sebuah Pilihan
Sepulang dari kantor, Liana curhat pada Sally's tentang pengakuan Evan yang menyukainya. "Dia menyukaiku, walaupun aku suka kepada Direktur Evan, tetapi aku rasa hanya rasa kagum dan terpesona bukan cinta."Sally mengambil bantal untuk dilekatan di atas kaki yang bersila. Dia memandang Liana tidak berkedip, dalam pikiran berkecamuk-seharusnya Liana bersyukur-dua Direktur tampan dan kaya raya, menyukai Liana."Kamu beruntung sekali, Vita. Aku ingin menjadi diri kamu." Sally's menjadi heboh karena curhatan dari Liana. Dia merasa iri dengan kehidupan cinta Liana. Dua direktur kaya menyukai Liana? Hell! Itu bagaimana mimpi!Liana mencibir dan memajukan bibirnya mendengar respon dari Sally's.Melihat wajah Liana yang masam. Sally bertanya, "Lalu, siapa yang akan kamu pilih menjadi kesalahanmu? Direktur Evan atau Direktur Nova?" Serly merespon serius dengan curhatan Liana.Namun saat Liana ditanya siapa y
Baca selengkapnya
37. Mungkin Ini Cinta
Liana tidak tahu, hari ini merasa sangat lelah sekali. Satu hari penuh bersama Nova rasanya puas sekali. Hidupnya tidak pernah seperti ini sebelumnya, dulu saking sibuknya sampai tidak ada waktu luang dan sekarang bisa sedikit untuk mengistirahatkan otaknya, walaupun bersama Nova. Itu lebih dari kata cukup, bisa tertawa bersama dan melakukan hal yang tidak pernah mereka lakukan.Di sinilah Liana, berdiri manatap mobil Nova yang mulai menjauh dari penglihatannya. Wanita mengembangkan senyuman tipis dari bibir cantiknya yang lipstick sudah agak hilang, ada secercah perasaan lega karena sedikit demi sedikit akan membuat Nova sembuh dari phobianya. Bagi Liana terpenting pertama melakukan hal agar Nova bisa berpidato ketika rapat, karena menurut Liana itu yang paling utama, menyangkut masalah pekerjaan. Ya kali, seorang Direktur tidak bisa membawakan hasil kerjanya untuk presentasi.Saat mobil itu benar-benar tidak terlihat, Liana
Baca selengkapnya
38. Ketakutan
“Di?! Di-di-direktur?!?!” gagap Liana, dia sempat memekik kaget ketika otak meyakinkan bahwa dia tidak salah meliat. Astaga, sosok itu benar-benar seperti pangeran yang turun dari langit ke bumi hanya menemui Liana. Ah, rasanya tidak yakin, dia berdiri di tempat rumah kos yang kampungan.“Di-direktur k-kenapa di sini?A-a-apa yang Direktur lakukan di sini?” Liana bertanya sembari memajukan tubuhnya, nadanya masih gagap, ekspesi wajah berusaha menyembunyikan keterkejutan. “Astaga. Kenapa aku sampai terkejut seperti ini!” batin Liana.Ya, di sana lelaki berwajah Korea menyunggingkan senyuman ke arah Liana sebagai bentuk sapaan yang sopan. Senyuman itu lho bikin Liana kesemsem.Di tengah keterkejutan, otak Liana berpikir. Ada apa dengan Direktur? Bukankah ini hari minggu dan libur kerja? Lantas kenapa menemui Liana tanpa janji terlebih dahulu. Sejak kapan dia di sana? Ya ampun, Liana tidak enak hati bila Direktur itu lama menunggu.
Baca selengkapnya
39. Kekhawatiran
Sejak tadi Evan menompangkan dahu dengan tangan kini tatapan beralih ke depannya. “Memangnya harus begitu?” Pertanyaan itu terlontar polos. Sebenarnya Evan tidak berani menghubungi Liana dahulu.Liana menegakkan badan lalu menjawab, “Ya harus dong, biar aku dandan dulu. Direktur nggak liat baju aku sama celana aku gimana? Satu harian full dan aku sama sekali belum mandi.” Liana jadi mengungkapkan tentang dirinya yang satu hari ini bersama Nova kini malahan bersama sosok pangeran tampan bak artis Korea.Mendengar itu Evan pun melirik penampilan Liana, menggunakan sweater putih dan celana traning serta sepatu olahraga serta tidak lupa tas slempang berukuran sedikit besar. Memangnya apa yang salah? Seperti menyadari sesuatu, Evan malah tertawa kecil.Ya ampun. Ketawa saja manis.“Direktur, kenapa ketawa?” tanya Liana dengan suara manjanya.Evan menggeleng setelah tawa mereda, dia tidak mau melanjutkan
Baca selengkapnya
40. Ungkapan Hati
Evan tampan, kaya, mapan, tajir dan di idamankan kaum hawa. Sebab pesonanya bisa memikat para wanita, termasuk Liana.Evan berdehem sebentar, kalau dipikir-pikir dia merasa Ini pertama kalinya ada seseorang bilang dirinya lucu. Tampan, ganteng itu selalu Evan dengar hingga jengah, tapi Liana menyebut kata lucu? “Mungkin ini pertama kalinya saya dibilang lucu biasanya saya dengar, kamu sangat tampan,” pungkas Evan.Evan menjadi narsis abiz. Haha.Kemudian Liana memperhatikan muka Evan yang begitu putih tanpa noda apapun. That's The Magic of BB Cream ... Hahaha. Lelaki itu bisa menjaga dan merawat kulit wajahnya.Cukup kagum. Liana menyiapkan kata-kata. “Ahh Direktur, mukamu sedikit agak gimana gitu atau perasaanku saja,” ucap Liana pelan.Evan mengerutkan kening dan menyentuh bagian bawah pipi. “Benarkah? Saya hanya menggunakan BB cream saat acara di luar atau event besar. Itu saja,” balas Evan santa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status