Ekspresi wajah Nova masam dan depresi, Nova mengisyaratkan agar mereka berganti posisi. Nova di dalam dan Liana keluar dari restourant. "Keluar kamu sekarang!" perintah Nova.Di dalam restourant, Liana gelagapan dan gugup.Buru-buru Liana berkata kepada Evan bahwa dia tidak bisa menjawab sekarang karena pertanyaannya tidak sesederhana itu, dan dia akan segera diseret keluar dari restourant oleh Nova.“Maaf, Direktur. Aku tidak bisa menjawab sekarang. Akan aku jawab lain waktu,” kata Liana dengan suara lemah. Matanya kembali ke arah jendela kaca, melihat Nova sedang menunggu dengan kesal."Keluar sekarang!" Nova memberi isyarat lagi, tatapan mata Nova tajam.Liana menelan ludah. Nova pasti akan marah kepada Liana.Evan mengikuti pandangan Liana, dia tersenyum sinis melihat Nova di jendela kaca lalu tersenyum manis ke arah Liana. “Saya mengerti. Lain kali kita akan bertemu lagi dan ma
Evan tidak setuju dengan perkataan Nova. Menjadi lelaki tampan, kaya dan pintar, kehidupan tidak mudah untuk mendapatkan kekasih. Evan sudah bosan dan muak, semua mantan Evan bukan wanita yang baik, mereka memanfaatkan Evan karena mencintai uang.“Saya juga membutuhkan Liana.” Evan tidak akan membiarkan Nova memilik Liana, tidak mudah untuk selalu menjadi keren seperti dirinya, dan karena itulah dia membutuhkan Liana.LOL. Percayakan pada Evan untuk selalu narsis walaupun sedang memperjuangkan cintanya."Aku yang lebih membutuhkan dia!""Aku!""Aku!"Tidak ada yang mau mengalah dalam perang kata-kata, mereka memulai perang dengan saling pandangan mata, tatapan mata tajam. Dan kejadian itu tidak luput dari intaian Liana yang kembali lagi ke restourant karena khawatir kepada Nova dan Evan.“Apa kamu tidak mau melepaskan Liana?” Nova menanyakan sekali lagi,
Liana yang sejak tadi mengawasi mereka melolotkan mata melihat dua Direktur itu bertengkar. Nova menubruk tubuh Evan membuat Evan terjatuh. Astaga! Liana langsung masuk ke dalam restourant. Dia berlari dengan cepat dan mencoba menengahi pertikaian mereka."Hentikan, Direktur!" Liana berteriak. Liana mencoba mencari celah di tengah keduanya agar mereka memisahkan diri, hasilnya nihil. Mereka tidak mendengar perkataan Liana. "HENTIKAN!" Liana berteriak lagi.Nova mengatakan secara provokatif kalau Evan yang tidak mau mempermalukan dirinya. "Kau tidak ingin mempunyai malu, bukan? Sejak dulu. Sekarang aku akan mengajarkan kamu rasa malu," ucap Nova dengan panjang.Nova memukul Evan di depan umum, tidak peduli Liana berteriak dan menyuruh mereka berhenti berkelahi. Penghuni restaurant mulai terganggu adanya kegiatan perkelahian bertengkar fisik. Orang-orang mulai menonton gratis.Maka Evan tidak mau kalah, dia mena
Di restourant, Nova dan Evan masih tetap saling menjambak rambut bahkan sampai berguling-guling di lantai tidak mempedulikan mereka menjadi pusat perhatian."Ya! HENTIKAN DIREKTUR!" Liana yang berteriak memohon agar mereka menghentikan perkelahian ini, tapi diabaikan dan tidak di dengar.Liana langsung berkata kepada pengunjung restourant untuk tidak mengambil gambar dan mengambil vidio perkelahian. Ucapan Liana tidak di dengarkan oleh pengunjung, mereka mengambil foto dan vidio."Tolong jangan mengambil gambar dan jangan merekam menjadi vidio! Aku mohon, jadikan ini rahasia!" kata Liana meninggikan suara.Tidak ada yang menuruti perkataan Liana.Liana pasrah. Akhirnya Liana mengambil kain penutup meja dan menutup kain meja itu ke kepala Nova dan Evan, mereka tidak mau mengalah dan terus berkelahi. Setidaknya menutup kepala mereka membuat pengunjung restoran tidak bisa melihat dan mendengar apa yang
Nova sedikit marah dengan perkataan Evan. "Brengsek !!!"Liana sudah merasa pasrah dan tidak tahu harus berbuat apa. Menghentikan Direktur? Kedua direktur keras kepala, tidak mendengar perkataan Liana. Liana semakin pusing dengan percakapan Evan dan Nova, berkali-kali Liana mendengar namanya disebut oleh mereka.Sekretaris Andra, sekretaris Yuni dan Bu Erlin akhirnya datang di restoran, Sekretaris Andra membantu Liana meleraikan kedua Direktur, sedangkan sekretaris Yuni dan Bu Erlin mengurus pengunjung restoran agar tidak keluar terlebih dahulu-mereka meminta pengunjung untuk menghapus foto dan Vidio kejadian memalukan ini.****Masalah telah selesai. Di perjalanan kembali ke kantor, Sekretaris Andra menginterogasi Liana tentang kelakukan Nova dan Evan yang baru pertama kalinya melakukan perkelahian fisik, biasanya mereka hanya perang kata-kata."Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa sampai sepa
Karena Presdir Dhika kebetulan berjalan keluar kantor dan melihat wajah mereka babak belur. Dia berteriak marah kepada Sekretaris Andra yang berani membohonginya dan menyuruh mereka mengikutinya."ADA APA INI? APA YANG TERJADI SEBENARNYA?! SEKRETARIS HARIS, BERANI-BERANINYA KAMU MEMBOHONGI SAYA! NOVA, LIANA, EVAN DAN ANDRA. KALIAN MASUK KE DALAM RUANG KERJA SAYA, SEKARANG!"Di dalam lift, Nova, Evan, Liana, Sekretaris Andra dan juga Presdir satu lift. Presdir memasukan tangan ke dalam kantong celana, memperhatikan tengkuk Evan dan Nova secara diam-diam dari arah bekakang.Karena sudah tidak tahan lagi, Satya menendang pantat Evan, hal itu sontak membuat Nova tertawa puas. Namun tawa Nova berhenti ketika dia juga mendapatkan tendangan lebih keras. Sekarang Evan yang tertawa.Nova menjerit kesakitan. "Ayah! Kau sudah berjanji tidak akan menggunakan kekerasan!" kesal Nova menolehkan kepala ke Presdir Dhika.
Presdir Dhika maju dua langkah, menghadap mereka bertiga, Liana, Evan dan Nova. "Jangan bilang kepada Ibumu kalau aku menendang pantat kamu, paham?" kata Presdir Dhika meminta Evan tidak mengadukan pada ibu Evan kalau dia menendangnya.LOL.Evan mengangguk.Dan interogasi masih berlanjut. Nova dan Evan memang berkelahi memperebutkan Liana, tetapi mereka tetap melindungi Liana. Jadi mereka berbohong, perkelahian itu karena pekerjaan."Apa kalian berdua berkelahi?" tanya Presdir Dhika menyelidiki. Nova dan Evan mengangguk saja. "Ya! Kalau benar kalian berkelahi sangat memalukan. Jelaskan apa yang terjadi, cepat katakan!""Hanya karena masalah pekerjaan, ayah." Nova menjawab.Tapi Presdir Dhika tidak percaya. Tatapan tajam kemba
"Tidak hanya aku, sebagai orang tua pasti mengkhawatirkan anaknya setelah bertengkar, memukul dan menjambak rambut." Presdir Dhika berkilah kalau memang seperti itulah perasaan orang tua pada anaknya. "Anak nakal sekarang kamu boleh keluar dari ruang kerja ayah dan Sekretaris Li tetap di sini untuk beberapa saat."