Semua Bab My Husband My Darkness (Indonesia): Bab 31 - Bab 40
59 Bab
Part 31
"Jadi Sofia juga yang membuat Shanum seperti itu? Bukan karena Shanum dirampok beneran kan?" tanya Keanu begitu Haidar kembali dengan wajah pucat pasinya. Tapi ia tidak terlalu peduli. Seperti yang ia bilang sebelumnya, mungkin Haidar hanya shock. Apalagi selama ini image yang Sofia tunjukan pada mereka sangat bertolak belakang dengan keadaan wanita itu. Rasanya seperti ditipu kan? Abizar mengangguk tanpa keraguan sedikit pun, meski keyakinannya membuat Haidar shock setengah mati."Ya, begitu lah. Saya juga sudah mencari tahu semuanya. Tapi yang seperti kalian tahu, setelah itu Shanum malah amnesia dan tidak mengingat apapun. Saya harap kau tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan apalagi dalam keadaan Shanum yang tidak tau apa-apa," ucapnya yang mengarah pada Haidar. Haidar menatap Abizar yang menatapnya seperti sebuah ancaman. Mungkin dia sudah membaca apa yan
Baca selengkapnya
Part 32
Pagi-pagi sekali Abizar sudah kembali ke Jakarta. Karena sore harinya ia ada jadwal operasi yang tidak bisa ditinggal. Ia pun ke Bandung hanya untuk membicarakan rencana perjodohan yang kedua orangtuanya buat. Harusnya memang besok ia ke sana tapi ia tak tahan untuk tidak bertanya langsung pada mereka. Walau ia sendiri tetap tak menerimanya sampai sekarang. Setelah sampai di rumahnya, Abizar langsung membersihkan dirinya dan beristirahat sebentar sambil menunggu jadwal operasinya nanti sore. Setidaknya ia bisa meminimalisir bertemu dengan Denaya yang seakan ingin menempel terus padanya. Padahal wanita itu sedang KOAS. Abizar hanya tidak ingin jika Denaya menaruh harapan padanya dengan keadaan dirinya yang juga mengharapkan wanita lain. Abizar hanya tidak ingin menyakiti hati Denaya tapi tak bisa juga menerima perjodohan ini. Hatinya masih untuk Shanum dan akan selalu begitu. Setidaknya sampai saat ini wanita itu lah yang mem
Baca selengkapnya
Part 33
Setelah bersiap-siap akhirnya Haidar dan Shanum pergi ke salah satu mall yang lokasinya cukup jauh dari rumah tempat mereka tinggal saat ini. Haidar sengaja mengajaknya ke sana untuk makan siang di restoran Jepang yang baru buka. Tapi ternyata ketika mereka sampai di sana, mereka masuk ke daftar waiting list karena banyaknya pengunjung mall yang ingin makan di restoran itu. Jadilah mereka harus menunggu lagi. "Masih tiga jam lagi. Kita kesiangan sepertinya. Padahal aku pikir ini masih siang loh dan belum banyak antrian." "Memang kenapa rame sekali, mas? Seenak itu ya makanan di sana?" tanya Shanum yang penasaran. Karena di Solo ia memang jarang ke mall apalagi makan di restoran yang tempatnya sampai masuk daftar waiting list begitu. Baginya jika tidak bisa makan saat itu juga lebih baik cari restoran lain. Apalagi kalo sedang lapar-laparnya. Untung saja saat ini Shan
Baca selengkapnya
Part 34
Shanum masuk ke ruangannya setelah selesai makan siang. Ia masih harus melanjutkan prakteknya dua jam lagi dan pulang. Sepertinya hari ini ia tidak akan pulang bersama suaminya, karena Haidar punya jadwal operasi pasien nanti sore. Mereka berdua memang jarang berada dalam satu shift, hanya hari ini saja itu pun selalu tidak pulang bersama karena kepadatan jadwal praktek Haidar yang seorang dokter spesialis penyakit dalam. Shanum memakluminya.Tapi ketika Shanum baru duduk di kursinya, ia melihat sebatang cokelat yang diikat dengan pita kecil di atasnya juga ada sebuah note kecil di atas mejanya.Semangat-AShanum mengerutkan keningnya lalu melihat ke arah Astrid yang sedang mencuci tangan di wastafel." Ini punya kamu, As?"Astrid menoleh lalu menggeleng," bukan, dok. Saya juga baru datang.""Punya siapa ya?""Penggemar do
Baca selengkapnya
Part 35
Haidar memperhatikan ponselnya yang sejak tadi ia letakkan di atas meja. Pasien terakhirnya sudah keluar. Menyisakan dirinya yang kini duduk sendirian di dalam ruangannya. Ia sedari tadi berusaha menghubungi Shanum tapi istrinya itu tak juga membalas pesannya atau mengangkat teleponnya." Apa dia tidur? Tapi biasanya kalo pulang sore dia gak pernah tidur," ucapnya pada dirinya sendiri. "Kenapa lo? Pulang yuk. Udah selesai kan?" tanya Keanu yang tau-tau nongol di pintu ruangan Haidar yang terbuka. Tapi ia melihat sahabatnya malah sibuk memainkan ponselnya. "Ya ini juga mau pulang. Tumben lo ngajakin. Mau pulang kemana lo?" ledek Haidar yang segera membereskan meja kerjanya. "Mau main ke tempat lo lah. Bosen gue di rumah sendirian." "Ngapain ke rumah gue
Baca selengkapnya
Part 36
 Ingatan Shanum kembali ke beberapa jam yang lalu ketika wanita asing yang ternyata pernah ia temui di pesta pernikahan Haidar dan Sofia yang sebenarnya adalah sepupu dari istri kedua suaminya. Wanita itu tak kalah mengerikan dan menyerangnya tak kalah brutal. Tapi yang Kinara katakan adalah hal yang paling membekas pada dirinya selain semua luka dan rasa sakit di sekujur tubuhnya saat ini.Sofia ... meninggal?Kapan? Kenapa?Semua pertanyaan itu seakan memenuhi pikiran Shanum, membuat kepalanya mendadak sakit lagi. Ia mengerang, berusaha merubah posisinya ke posisi nyaman. Tapi genggaman tangan Haidar padanya membatasi pergerakannya, ia takut suaminya terganggu.Terlambat.Kedua kelopak mata Haidar bergerak hingga akhirnya terbuka sempurna. Ia pun tampak terkejut ketika pandangannya bertumpu pada tatapan mata Shanum padanya." Kamu udah bangun, Num?" tan
Baca selengkapnya
Part 37
Kinara mengusap air mata di ujung matanya mengingat bagaimana menderitanya Sofia selama masa hidupnya. Namun di saat dia bertemu dengan pria yang bisa menerima dirinya apa adanya, Haidar ... fakta lain dalam diri pria itu yang tidak mereka ketahui nyatanya jauh lebih menyakitkan untuk diterima Sofia. Bahkan mungkin sampai sekarang Sofia tidak pernah bisa menerimanya.Jika saja nyawa bisa dibayar dengan nyawa, ingin sekali Kinara melakukannya. Tapi ia tau ia hanya akan mengotori tangannya. Namun saat ia menyerang Shanum kemarin cukup membuat hatinya puas. Untungnya Sofia pernah menduplikat kunci rumahnya untuknya agar jika main ke sana tidak perlu menunggu Sofia membukakan pintu. Jadi ia bisa menyelinap masuk ke rumah Haidar itu dan menyerang Shanum. Fakta yang semakin membuatnya tak terima adalah ternyata Shanum mengalami amnesia setelah apa yang wanita itu lakukan dalam kehidupan Haidar dan Sofia.Benar-benar menjengkelkan. Bisa-bisanya d
Baca selengkapnya
Part 38
Walau ingin sekali menolak, nyatanya Shanum tak sanggup apalagi ketika wanita yang tingginya sedikit lebih tinggi dari Shanum ini menarik tangannya, mengajak ke café yang berada di sebelah rumah sakit. Café yang baru dibangun sepertinya. Terlihat dari perlengkapan di dalamnya yang sepertinya tampak baru juga bau cat jika dari luar café. Tapi sewaktu masuk ke dalam café, langsung tercium pewangi ruangan dengan aroma vanilla. Sesuai dengan nama café ini, Vanilla Café. "Kakak duduk di sini aja ya. Aku yang pesenin aja. Aku tau minuman yang enak. Ini tuh cabang ke sekian dari café favorit aku," ucap Denaya yang langsung menuju meja pemesanan dan meninggalkan Shanum yang duduk di dekat jendela. Seperti biasa, wanita itu lagi-lagi bertindak sesuai keinginannya, seakan tak menerima bantahan apalagi penolakan. Shanum tak bisa membayangkan jika Abizar bersamanya. Tapi yang pasti Abizar
Baca selengkapnya
39
"Kak. Aku nyariin kakak dari tadi. Katanya kakak makan siang di ruang meeting ya?" tanya Denaya yang tau-tau sudah duduk di samping Abizar saat pria itu sedang minum kopi di cafeteria. Abizar hanya mengangguk kecil. "Harusnya makan di luar aja sama aku. Atau pulangnya kita makan malam, gimana?" "Kamu bukannya dinas malam hari ini?" Denaya mengangguk lesu," iya sih. Gak bisa apa diubah jadwalnya? Kamu kan kepala rumah sakit di sini, kak," ucapnya dengan nada manja yang justru membuat Abizar muak. Abizar berdecak terang-terangan," kamu tuh mau jadi dokter. Masa baru KOAS aja udah negosiasi waktu sih. Pake segala memanfaatkan jabatan orang lain. Gak boleh gitu. Kamu harus professional. Karir kamu
Baca selengkapnya
40
Abizar pagi ini sudah berada di rumah Denaya demi menanyakan kemana wanita itu sampai meninggalkan dinas malamnya tanpa ijin sedikit pun. Namun ternyata Denaya tidak pulang ke rumah semalam. Amel pun tampak khawatir." Memang biasanya dia kemana, bu?" tanya Abizar berusaha sesopan mungkin. "Bi- biasanya sih ke tempat teman-temannya," jawab Amel yang terlihat gugup, entah apa yang membuatnya gugup. Masa ia dia gak tau kebiasaan anak kandungnya sendiri? "Tolong dinasehati lagi Denayanya, bu. Saya sudah menasehatinya dan kami memang sempat bertengkar. Tapi saya gak segan-segan untuk melarangnya KOAS di rumah sakit keluarga saya jika dia masih seenaknya. Saya sangat menghormati keluarga anda yang adalah teman baik keluarga saya. Tapi saya akan tetap professional dalam tugas saya. Ini saya beri surat peringatan pertama. Jika dia sampai terus-terusan mengulanginya dan tidak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status