Semua Bab BLIND HEART [INDONESIA]: Bab 11 - Bab 20
48 Bab
Bab XI - Penawaran Gila
              Aku langsung saja memukul dan melibas tangannya dengan handuk yang kupegang. Dasar bayi besar mesum! Berani-beraninya dia melakukan hal tak senonoh itu padaku.              "Apa yang Tuan lakukan?" hardikku marah.              Pria itu mengedikkan bahu santai, tak merasa bersalah sedikitpun. "Hanya berkenalan dengan tubuhmu," sahutnya terlampau tenang.
Baca selengkapnya
Bab XII - Pergi Ke Rusia
              Aku masih kesal setengah mati dengan pria bertubuh penuh tato itu. Dia sama sekali tak merasa bersalah setelah melontarkan kalimat tak masuk akal itu. Dengan santai ia tetap melakukan aktivitasnya bergoyang kaki dengan gaya angkuh.              "Ambilkan ponselku!" titahnya saat aku selesai merapikan piring bekas makan malamnya.              Aku mendengus pelan seraya berjalan ke arah ranjang dan menemukan ponsel Tuan Max terge
Baca selengkapnya
Bab XIII - Rumah Besar Tuan Max
              Aku memandang kamar yang luasnya lebih besar dari rumahku itu dengan pandangan takjub. Lagi-lagi aku yang notabenenya adalah rakyat jelata dibuat terkagum-kagum dengan kemewahan yang ada di ruangan ini.              Di tengah-tengah ruangan ada sebuah ranjang besar yang dilapisi bed cover berbahan sutra lengkap dengan side table-nya. Ada pula walk in closet super luas untuk menyimpan barang-barang yang kutahu nilainya bisa untuk menghidupiku berpuluh-puluh tahun ke depan. Belum lagi karpet bulu yang lebih halus dari kulitku ini, rasanya sangat tidak pantas kaki kumalku menginjak benda ini, seolah ia berkata untuk
Baca selengkapnya
Bab XIV - Keanehan Tuan Max
              Di sore hari, aku terbangun karena bunyi alaram di ponsel yang selalu ku atur sejak bekerja dengan Tuan Max. Keterlambatan satu menit saja yang tak dimaafkannya membuatku menjadi lebih hati-hati, karena aku tahu berurusan dengan pria tua itu tidaklah mudah.              Aku menggeliatkan tubuh dengan mata mengerjap perlahan untuk memindai seisi ruangan, seketika aku melompat saat menyadari di mana aku berada saat ini.             
Baca selengkapnya
Bab XV - Sedikit Kebenaran
              Tanganku spontan saja melayang dengan sendirinya untuk menampar pipi pria di hadapanku ini. Bercinta katanya? Brengsek!              Tuan Max tampak tak kaget, wajahnya tetap datar, membuat keberanianku yang tadinya melambung di udara mulai turun perlahan.              "Kau bisa menolak jika tak ingin, aku memang cacat, tapi bukan tak punya otak hingga akan memperkosamu."
Baca selengkapnya
Bab XVI - Kerapuhan Tuan Max
               "Wah ... wah ... wah, Gadis manis, ternyata kamu sudah terlalu jauh masuk ke dalam keluarga Elgort." Pria tua yang ternyata masih terlihat gagah itu tertawa sambil menatap ke arahku dengan senyum culas.              Jadi, aku benar-benar sudah ketahuan?              "Apa maksud anda?" tanyaku berani.
Baca selengkapnya
Bab XVII - Menyerahkan Semuanya
               Aku melangkah pelan memasuki ruangan yang terasa dingin dan minim cahaya itu. Kuamati sekeliling ruangan yang penuh dengan berbagai macam kenangan dari perempuan yang mungkin adalah calon istri Tuan Max.              Wanita itu tampak cantik dengan senyum merekah yang ia pamerkan di setiap poto kebersamaan mereka. Hatiku lagi-lagi merasa tersentil saat pikiran kembali membanding-bandingkan diri.  Oh, Silvana, tentu saja kamu bukan tandingan putrid perdana menteri itu.
Baca selengkapnya
Bab XVIII - Seperti Tawanan
              Aku mengerjabkan mata perlahan, merasa sedikit pusing di kepala, mungkin akibat terlalu lama menangis, atau karena melewatkan sarapan dan juga makan siang.              Kusibak selimut yang menutupi tubuh dan berusaha bangkit seraya melirik jam di atas nakas yang menunjukkan pukul dua siang. Aku tak tahu sudah berapa lama tertidur di kamar besar milik Tuan Max dan mengabaikan panggilannya. Terserah jika kali ini ia akan murka dan memecatku. Aku benar-benar butuh menyendiri untuk menenangkan hatiku.
Baca selengkapnya
XIX - Insiden
 Aku mematut diri di cermin, malam ini sesuai perintah Tuan Max, aku harus ikut menemaninya ke sebuah pesta yang menurut Naima adalah undangan dari rekan bisnis yang sangat istimewa.Selama ini aku memang mengetahui Tuan Max adalah seorang pengusaha, tapi tak kusangka dia memiliki perusahaan kelas internasional yang memiliki cabang di berbagai negara.Dia mengendalikan semua itu dengan keadaan
Baca selengkapnya
Bab XX - Pulang
 Aku meringis perih saat lagi-lagi seorang dokter datang dan memeriksa lukaku. Ini sudah yang ke sekian kalinya, dan Tuan Max selalu ikut serta, hadir dalam pemeriksaan yang dilakukan di kamar besarnya ini. "Sudah cukup membaik, hanya saja harus lebih banyak istirahat, jangan melakukan aktifitas terlalu berat."Sang dokter menyusun kembali peralatannya, lalu menatap Tuan Max yang berdiri dalam diam.Aku mendengar pembicaraan mereka, menggunakan bahasa yang tak kumengerti.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status