Semua Bab The Twins: Bab 21 - Bab 30
48 Bab
21. Penangkal Jerat Wanita
Dimas buru-buru menghampiri Elang untuk memprotes lelaki itu. “Kau tidak perlu terlalu kasar begini pada Bela. Dia menjadi pingsan karenamu!” Lalu Dimas meremas kepalanya sendiri.Sejak awal Dimas memang sudah skeptis dengan rencana ini apalagi kala melihat Elang yang miskin tata krama. Dimas sangat tau bahwa meski seseorang memiliki amnesia tapi setidaknya pembawaan orang tersebut akan tetap sama.Aru adalah seseorang yang lembut dan juga santun. Tapi Elang? Dia bahkan bisa lebih kasar dari seorang pemalak yang tiba-tiba menghadang demi meminta uang. Itulah kenapa Dimas memang akan mendapat banyak tantangan dan usaha lebih keras di sini. Sementara Elang yang masih agak lemah terlihat sama sekali tidak acuh. Dia bahkan enggan menanggapi Dimas. Buang-buang tenaga, itu yang dirasakan oleh Elang untuk saat ini. Apalagi dia harus melawan rasa sakit yang merajam perutnya untuk saat ini. “Aru itu adalah seorang lelaki yang lemah le
Baca selengkapnya
22. Meluluhkan Lelaki Dingin
Untungnya cinta Bela pada Aru tak terbatas. Jadi saat dia mendapatkan penolakan demi penolakan dari Elang (yang dia kira adalah Aru) gadis itu masih sangat telaten untuk tetap memberikan perhatian. Misalnya saja saat Elang kesulitan untuk makan, maka gadis itu bergegas menawarkan bantuan. Dengan lembut dia menggenggam tangan Elang, melakukan kontak mata secara syahdu. “Biar aku yang suapi ya, Mas?” Kerasnya hati Elang menangkal semua cinta itu. Dia menyentak Bela dengan tegas. “Tidak! Aku bisa sendiri!” Akan tetapi ketika dia mencoba menggerakkan tangannya untuk makan, perutnya seperti tersengat oleh berjuta kesakitan. Dia merintih, meringis, dan mengumpat. Matanya berair, di tengah kesedihan yang tidak terungkap. Dia ingin menafsirkan takdir hidupnya sebagai sebuah kesialan tanpa batas.&n
Baca selengkapnya
23. Seseorang Yang Ingin Dihindari
“Lepaskan tanganku!” Elang menyentak Bela dengan sangat tegas, akan tetapi apa pun yang dia katakan justru memberikan dampak yang berlawanan. Gadis itu justru akan bergelayut seperti anak kucing manja di depannya. Cerahnya aura Bela seolah memberikan radiasi yang cantik dan beragam, menerpa siapa pun yang melihatnya. Akan tetapi Elang terlalu buta soal itu.“Aku ini istrimu, Mas. Aku berhak menyentuhmu, berhak memelukmu,” kata Bela, merapikan pakaian Elang dengan telaten. Matanya yang bulat dan cantik memandangi lelaki itu, menyalurkan getaran cinta yang tertangkal. “Aku akan tetap mencintaimu.”Bibir Bela dimanyunkan, hendak mencium Elang agak paksa. Peraturan nomor satu telah diberikan oleh Viny bahwa para lelaki dingin harus didekati secara agak agresif. Jika para wanita tidak bergerak secara teratur dan sering, mungkin tidak akan ada perbedaan perasaan di hati para lelaki berjiwa dingin.“Apa yang ingin
Baca selengkapnya
24. Ibu Kandung Yang Kejam dan Ayah Tiri
  Pura-pura tidur. Hanya itu satu-satunya yang bisa Elang lakukan saat ini. ‘Bukannya aku tidak berani menghadapi mereka,’ batinnya membela diri. ‘Akan tetapi aku tidak ingin penyamaran ini terbongkar,’ lanjutnya. Itu tidak benar. Elang terlalu lama memeluk cinta pada ibunya yang dia representasikan dalam bentuk kebencian. Ketika ibunya lebih memilih Aru di masa lalu, hatinya hancur lebur, bahkan hingga sekarang. Lalu ketika penolakan yang terjadi pada dirinya mencoreng rasa percaya diri di dalam hatinya, dia telah tumbuh dan bertahan hidup dengan caranya sendiri. Dia bersikeras menjadi seorang lelaki yang kuat dan tangguh. Dan salah satu caranya adalah memandang ibunya sendiri sebagai seorang penjahat. “Seorang penjahat harus dikalahkan! Maka dari itu aku akan menjadi lebih sukses dan lebih sehat dari Aru. Aku akan membuktikan bahwa keputusannya di masa lalu adalah sebuah kesalahan besar!” Dendam di hatinya berkembang layaknya rerimbunan
Baca selengkapnya
Jangan Menyentuhku!
 “Kau harus segera membawaku pulang. Aku tidak ingin bertemu dengan mereka berdua.” Elang memprotes pada Dimas, sesaat setelah Bu Yasmin dan Pak Anshori pergi dari ruangan itu. Perih karena tusukan di perutnya terkadang masih menyiksanya.Dimas mengurut keningnya sendiri. Dia tau hal seperti ini akan terjadi. “Apa yang kau takutkan? Apa kau takut akan merindukan ibu kandung yang kau benci?” Bukankah itu sebuah tantangan?Mata Elang melotot. Dari awal dia memang sudah tidak menyukai Dimas. Dokter muda itu terlalu berlebihan saat ingin melindungi Aru. Pertemanannya dengan Aru juga sangat dekat. Rasa cemburu yang membakar hati Elang direpresentasikan dalam bentuk kebencian.“Aku sama sekali tidak takut untuk merindukan seseorang,” dengus Elang. “Satu-satunya hal yang kutakutkan adalah jika temanmu yang sakit-sakitan itu harus kembali ke sini karena orang-orang di sekitarnya sadar bahwa aku bukanlah dia.”D
Baca selengkapnya
26. Gali, Terus Gali
Kaget, tentu saja. Bela hanyalah seorang gadis berusia delapan belas tahun yang sangat mencintai suaminya. Saat melihat perubahan suaminya begitu drastis, terkadang dia ingin mengangkat tangan dan menyerah. Tapi dia sudah berjanji akan menemani Aru di saat susah dan senang.  ‘Benar, Bela!’ ucapnya pada dirinya sendiri. Dia mengusap matanya, menyingkirkan air mata yang nyaris tumpah. ‘Kau harus bertahan. Saat ini Mas Aru tidak mengenal siapa dirimu. Dan mungkin dia merasa sangat sulit karena tidak bisa mengingat apa-apa. Kau harus bersabar. Kau sudah berjanji untuk menemaninya di kondisi apa pun.’ Keputusan itu akhirnya menguatkan Bela. Gadis itu mendongak sembari tersenyum riang. “Aku membawa makanan untukmu, Mas.” Giginya berderet rapi. Bibirnya yang penuh seperti berkila
Baca selengkapnya
27. Menyentuh Saat Tidur
“Mas Elang kasihan ya, Mas?” Bela mengomel sendirian, saat dia sedang berberes buku-buku miliknya. Dia akan membawa buku itu ke kamar yang lain, tempat di mana dia akan tidur jika para anggota keluarga tidak berkunjung ke rumah mereka.  Elang sudah memerintahkan Bela agar mereka tidur terpisah saja. Karena Bela maklum jadi gadis itu pun menurut. Kini Elang sedang berbaring di atas ranjangnya, sedang mendengarkan music sembari terlelap. Headset tersumpal di telinganya. Karena Bela mengira Elang benar-benar tidur dan mendengarkan music, maka dari itu gadis itu pun mengoceh sendirian. Dia tau Elang tidak suka Bela mengajaknya berbicara. Tapi sekarang toh Elang tidak akan mendengarkannya kan? Para anggota keluarga sudah pulang. Setelah mereka menikmati beberapa makanan yang dibuatkan Bela, dan setela
Baca selengkapnya
28. Orang Keempat
Bela menyiapkan sarapan. Meski dia khawatir dengan kondisi Elang akan tetapi dia menahan diri agar tidak bertanya apa pun. Berbagai masakan telah dia sediakan di atas meja. Ketika dia hampir duduk, dia ragu apakah itu pilihan yang tepat atau tidak.  “Tapi Mas Aru bilang aku hanya tidak boleh bicara dengannya kan? Itu berarti aku boleh duduk dan sarapan bersamanya kan?” gumamnya.  Elang sudah membaik. Dia sudah bisa berjalan dengan tegap walau jika gerakannya melebihi seharusnya maka dia akan merasakan nyeri pada luka di perutnya. Itu sudah cukup. Dia sudah mengalami perkembangan yang signifikan.  Diam membisu, Elang tidak berbicara saat melihat Bela atau saat gadis itu menyendokkan beberapa masakan di atas piringnya. Dia seperti berada di meja makan sendirian dengan seorang pelayan yang
Baca selengkapnya
29. Teman Masa Kecil
Namanya Randy. Usianya tidak jauh berbeda dengan Bela. Tapi rasa suka yang dia pendam untuk Bela sudah berlangsung cukup lama. Apalagi dia sempat menjadi teman masa kecil Bela, saat dia masih tinggal di desa yang sama dengan gadis itu. Kini Randy pindah rumah, masih di Malang tapi di wilayah kota. Hal itu sempat memisahkan hubungannya dengan Bela. Apalagi saat itu usianya masih sekitar delapan tahunan. Seorang gadis cantik dan lucu yang dulu mampu menggetarkan hatinya tidak bisa dia temui lagi. Sampai kemudian saat dia masuk di bangku SMA, pertemuannya dengan Bela mengantarkannya untuk memercikkan cinta masa kecil yang rapuh tapi berakar kuat. Tidak sulit baginya untuk terpesona lagi pada Bela. “Ran, setelah kamu pulang dari pertemuan di sekolah hari ini kau akan pergi ke mana? Kalau aku rencananya akan pul
Baca selengkapnya
30. Konvoi Yang Keren
Wandi akhirnya datang. Dia melambaikan tangan seperti orang tak berdosa. “Hoi!” katanya. Dia bahkan masih cengengesan seolah-olah dia tidak merugikan siapa pun. Kulitnya yang sawo matang terlihat lebih gelap meski baru beberapa hari libur sekolah.  “Kalian pasti sedang menungguku ya?” lanjutnya. Dia menyenggol Randy yang sedari tadi cemberut. Dia paham apa yang terjadi, akan tetapi dia memilih untuk tidak ikut campur. Dari awal dia tidak setuju mengenai penipuan kecil-kecilan ini. Sekarang jika saja dia diminta untuk melakukan sesuatu, maka mungkin dia tidak akan menurutinya. Aduh, tapi Susi terlalu cantik iya kan? Sekretaris itu sudah mampu memikat hatinya sejak pandangan pertama. Kini Susi memandangnya seperti memelas. Mata yang melebar seperti anak anjing yang lucu. “Wandi,&r
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status