All Chapters of UNSPOKEN PAIN: Chapter 11 - Chapter 20
52 Chapters
Bagian 10 : Mempertahankan Kewarasan
Ilana memegang kepalanya yang terasa sangat berat, tapi di satu sisi kepalanya seperti kopong jadi saat ia menggerakkan ke kiri atau kanan rasanya seperti ada batu di dalamnya. Kepala masih berat, mata juga masih mengantuk, tapi ia berusaha membuka matanya, sekarang jam berapa. Ilana meraba-raba ponselnya, seperti yang biasa ia lakukan karena ia selalu meletakan ponsel di atas kepalanya atau di bawah bantal. Padahal menurut penelitian, saat kamu tertidur jauhi ponsel karena terkena radiasi ke otak. Bagi Ilana, selama otaknya masih bisa berpikir waras atau menjadi otak mendadak, ia akan terus melakukan kebiasaan tersebut. Ilana meraba-raba ponsel yang sudah menemani dirinya selama 2 tahun. Walau perkejaannya menuntut tentang penampilan, tapi Ilana tak pernah ganti ponsel sesuai trend sekarang, ganti ponsel tiap bulan. Bagi Ilana selama ponsel itu masih menyala dan berfungsi dengan baik, akan terus ia gunakan. Pemikiran dia memang sedikit beda dari
Read more
Bagian 11 : Apa Yang Salah Dengan Hati?
Walau sempat bersitegang, tapi akhirnya Barry mengantarkan juga semua aset-aset milik Ilana, walau wanita galak itu tak mau menyambutnya dan Melati yang menerima kedatangan Barry. Ilana sudah mandi dan merasa lebih ringan sekarang, ia akhirnya menyuruh melati memesan es buah, butuh yang segar-segar agar bisa mengusir setan-setan Barry dari otaknya. Ilana sedang duduk di barstool dengan nyaman hanya memakai bathrobe dan tak berniat untuk berganti baju. Ilana ingin beristirahat total hari ini, dan menghilangkan racun Barry dari hidupnya. Bisa gila! "Melati makan sini." ajak Ilana. Melati yang seorang pemalu, dengan ragu duduk di samping Ilana. Ilana yang menuangkan es itu dalam mangkok. "Melati berapa umurnya?" "21 Kak." Ilana mengangguk, berarti beda satu tahun dengan dua adik kembarnya. "Melati kuliah?" "Nggak Kak. Saya sudah lama keluar sekolah, SMP bahkan cuman sampai kelas 8." "Oh ya?
Read more
Bagian 12 : Keraguan Yang Mencekik
Dalam hidupnya Ilana tahu akan ada laki-laki yang datang menyunting dirinya dan meminta izin pada orang tuanya, jika sudah waktunya ada laki-laki yang mengambil alih tugas ayahnya, menjaganya, menyanyangi dirinya, dan menjadi tempat ia berkeluh kesah. Kalau boleh jujur Ilana merasa hatinya kosong. Ada apa? Wanita cantik itu duduk dan menarik napas panjang. Kamu akan jadi perawan tua jika terlalu banyak milih, lagian Harry sudah mengerti sifat burukmu. "Jadi, dengan itu maksud kedatangan saya di sini adalah untuk membicarakan keseriusan bersama Ilana. Usia kami sudah sama-sama dewasa, dan saya sedikit menempati posisi atas dalam kerjaan." "Papa apapun yang terbaik buat anak-anak pasti setuju.  Selama Nana merasa aman, Nana tidak akan mengeluh dan menceritakan keburukan yang lain. Sebisa mungkin saat menikah nanti selesaikan dulu masalahnya sebelum orang lain tahu. Sebelum naik ke ranjang masalah hari ini harus beres." Ilana mem
Read more
Bagian 13 : Semua Karena Terpaksa!
Ilana melirik Barry dengan kesal, dan memakan sarapan seolah ingin menelan laki-laki itu. Kesal tentu saja, dia benar-benar seorang penguntit yang meresahkan. "Sarapan gini memang nikmat, di tengah hutan, ada wanita cantik dari masa depan." goda Barry, membuat Ilana membanting sendoknya dengan kuat, mulut Barry perlu diberi cabe agar berhenti berbicara tak jelas. "Diam deh Bar. Aku jadi hilang selera makan!" sungut Ilana. Barry terkekeh, laki-laki ini seperti orang yang benar-benar kurang kerjaan.  Kerjanya hanya membuat dirinya kesal dan Barry layak dapat penghargaan piala Citra sebagai manusia paling menyebalkan versi Ilana. "Eits! Jangan kabur. Sarapan cepat!" cegat Barry saat Ilana berdiri dan menarik tangan wanita itu agar duduk kembali. Ilana semakin bersungut dengan wajah yang siap menyemburkan api naga. Andai dia naga wajah Barry sudah hangus sekarang. Ilana menarik lagi sarapannya dan makan. Jadi teringat semalam ada
Read more
Bagian 14 : Adora si Boots dan Ilana si Medusa
Adora tahu, cepat atau lambat dirinya akan diabaikan dan Harry akan berfokus pada keluarga kecilnya. Dulu sekali, Adora ingin agar Harry menikah secepatnya agar tidak menganggu hubungannya bersama Syden, tapi kali ini rasanya begitu berat. Adora ingin Harry tetap jadi Abang yang peduli padanya, seorang abang yang juga berperan sebagai orang tua. Adora akan selalu membutuhkan Harry di sampingnya. Chocolate roll cake dengan hiasan krim dan buah ceri di atasnya memberi kesan menggoda pada kue kukus tersebut. Adora sengaja memasak khusus untuk Harry hari ini, semenjak laki-laki itu mengizinkan dirinya untuk memasak. Semua menu sudah Adora coba dan tak pernah gagal untuk memanjakan lidah Harry. "Semoga istri Abang, pandai masak." ujar Adora, separuh berharap penuh doa separuhnya adalah sindiran karena Harry takkan menemukan seseorang yang pandai memasak seperti dirinya, sosok Adora takkan tergantikan walau oleh istri Harry sekalipun. "A
Read more
Bagian 15 : Berbuat Curang!
Adora menyeruput minumannya dan menatap jalanan yang ramai. Gadis itu melihat kekasihnya yang duduk do hadapannya. Entah ini disebut etis atau tidak, Adora hanya ingin berbagi pada Syden. Kekasihnya adalah seorang pendengar yang baik dan kekasih yang sangat bisa diandalkan dalam segala hal. "Kamu makin cantik." puji Syden membuat Adora tersenyum sekilas. Dia sudah terbiasa mendengar Syden memujinya dan Adora suka. Karena pujian itu tulus dan Adora yakin dia cantik di mata orang yang tepat. Laki-laki ini melihat dirinya sebagai seorang wanita, wanita cantik yang harus dilindungi. "Bang Harry, bentar lagi mau nikah." Adora berkata dengan lesu sambil mencampurkan smooth strawberry yang tinggal setengah. "Iya, dia sempat bilang. Ini bagus, dengan begitu hubungan kita bisa berjalan mengikuti jejak mereka.". Adora diam. Andai Harry mendapatkan pasangan yang seperti dirinya, bukan seorang wanita ular gadis itu pasti mendukung pertama karena dia juga i
Read more
Bagian 16 : Dua Cincin
"Yang kecil ini aja." Ilana menunjuk pada cincin kecil. Eternity ring yang simple ini juga cocok buat tunangan, bentuknya berupa berlian kecil yang melingkar dan bermakna cincin yang tak terbatas. Dengan berlian yang melingkar dan tak ada berlian utama terlihat begitu sederhana dan simple tapi Ilana lebih suka yang itu. Ilana ingin sekali seperti pasangan lain yang romantis dan terlihat saling mencintai satu sama lain. Alih-alih romantis, Harry malah fokus ke ponselnya. Laki-laki itu membiarkan wanita cantik itu menentukan pilihannya. Bahkan kalau boleh memilih pilihan Ilana bukan Harry, tapi sayang sekali ia tidak menjumpai pasangan yang cocok dan harus terus meyakinkan dirinya karena sebentar lagi mereka akan melangsungkan pertunangan dan berlanjut ke pernikahan, dan ini bukan main-main."Aku suka yang ini." Ilana menunjuk pada Harry, laki-laki itu melihat sebentar
Read more
Bagian 17 : Kaku Kayak Kaktus!
Adora semakin membenci keadaan karena pernikahan itu semakin di depan mata, sedangkan dia melihat Ilana seperti tidak mengambil sikap untuk berbaik hati dengan orang lain, terutama menghargai pasangannya sendiri. Dia tak bisa membayangkan bagaimana hancurnya keluarga itu karena si laki-laki tidak tegas dan wanita tidak menghargai pasangannya. Adora memasak mie pedas Korea untuk menghilangkan kekesalannya dia makan pedas, semoga rasa itu hilang dengan rasa pedas yang ia rasakan. "Makan apa?" Adora melihat ke bawah mie berwarna hitam dengan saos khas yang pedasnya bisa mematikan nyawa seseorang. Kenapa orang-orang suka menyiksa diri sendiri? Padahal bisa makan yang puas.c"Makan mie. Abang mau?" Harry membuka mulutnya, Adora menyuapi abanganya, terkadang hal-hal kecil seperti ini tidak akan bisa mereka rasakan karena Harry punya istri dan ada tembok besar yang menghalangi mereka. "Dora! Kamu makan apa ini? Pedas sekali!" Harry langsung ter
Read more
Bagian 18 : 34+35
Ilana tahu ini salah, sangat salah! Tapi dia akan melanggar aturan-aturan itu. Break the rules, walau tidak ada aturan tertulis di sana. Dia tidur, tidur bersama Barry. Hanya tidur, tidak ada hal lain walau ini sudah terlalu jauh. Ilana menerawang kosong melihat langit-langit kamar dan terdiam cukup lama. Wanita itu diam, saat merasakan tangan Barry menggengam tangannya, Ilana tidak mabuk, dia masih bisa berpikir, berpikir dengan sehat. Dia berbalik saat melihat muka Barry yang mengesalkan tersenyum ke arahnya. Ilana memutar bola matanya malas, Barry meremas tangannya, Ilana membalas dengan cubitan. Barry terkikik, Ilana langsung bangun dan meloncat di tubuh laki-laki itu. "Kamu sialan!" ujar Ilana tanpa dosa, Barry tidak marah. Laki-laki itu menyampir rambut wanita itu dan memainkan pipi putih mulus milik Ilana dan sesekali menciumnya. "Aku benci kamu!" "I love you." jawab Barry. Ilana menggeleng, dia mem
Read more
Bagian 19 : Insiden Bioskop
Ilana makan mie ayam dengan sangat lahap dan merasa seperti tak pernah terjadi apa-apa dalam hidupnya. Tidak ada yang berubah. Wanita itu melirik pada Melati yang sepertinya takut pada Ilana tapi Ilana bersikap biasa saja. Sepertinya melati masih sawan dan dia selalu terkejut melihat Ilana seolah wanita itu hantu. Padahal mereka adalah orang dewasa yang harusnya sama-sama mengerti kebutuhan. "Dingin nanti mie ayam kamu, Melati. Nanti nggak enak." Melati yang pura-pura menonton TV menjadi serba salah. Dia merasa seperti dia yang jadi korban tangkap basah, Ilana malah begitu santai. Bahkan Barry belum pulang laki-laki itu masih ada di kamar Ilana. Melati menjadi semakin serba salah, sepertinya dia akan melihat Ilana dan Barry dalam pandangan berbeda. "Cepat makan." Melati menunduk dan mendekat ke arah meja. Ilana hanya menatap gadis pemalu itu dan terus makan. "Ambilkan air." perintah Ilana. Dengan gugup Melati mengambil
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status