All Chapters of UNSPOKEN PAIN: Chapter 31 - Chapter 40
52 Chapters
Bagian 30 : Tuan Aneh!
Sambungan dari bab 9! _____________________Adora menggigit bibirnya, melihat ke arah Harry yang tengah menikmati puding yang dia buat. Tinggal membuat pudding lain yang membuat Harry kembali berbaik hati padanya. Harry mengabaikan dirinya terasa seperti Adora sedang stimulasi masuk neraka, dia tidak sanggup! Bahkan dia sudah berjanji untuk mengabdikan hidupnya untuk Harry, jadi istri Harry mungkin. Kedengarannya gila, Harry menghancurkan hidupnya, Syden hadir sebagai seorang malaikat, menawarkan kesempurnaan, tapi Adora tidak bisa melihat semua itu, yang dia mau hanya Harry. Gadis itu menarik napas panjang, rasa benci dan dendam membuat rasa lain muncul, rasa bergantung hidup pada laki-laki ini. Sebenarnya Adora tahu, satu-satunya cara membuat Harry melunak adalah mengajak ke ranjang, dia akan berlaku seperti wanita murahan, tapi hanya itu yang bisa dia lakukan agar Harry tetap berada di sisinya. "Bang." Adora berkata l
Read more
Bagian 31 : Merasa Dikhianati!
Ilana melihat ke luar jendela pesawat, awan-awan putih seolah ikut bergerak dan menyapa dirinya, mereka mengatakan untuk menghadapi apapun masalah yang terjadi dalam hidupnya, Ilana tersenyum mengetuk kaca tersebut dan seolah menjawab sapaan tersebut, dan Ilana berkata pada awan tersebut. "Kalian tidak perlu takut, aku tidak pernah lari dari masalah. Lagian, sudah ada seseorang yang menawarkan semuanya untukku. Awalnya dia mesum, pemaksa, tapi makin ke sini aku sadar, aku tak bisa tanpanya."  Ilana terkikik dengan pemikiran konyol tersebut, melihat ke samping orang yang dia maksud. Dia tertidur begitu pulas, Ilana kembali tersenyum. Selain suka makan dan laut, Ilana jadi menyadari jika hamil membuatnya suka tersenyum. Padahal dia jarang tersenyum, sifatnya yang dulu keras berubah lembut. Mungkin benar adanya, saat kamu menemukan orang yang tepat kamu tak punya alasan berubah demi mereka. Bukan! Maksudnya, Ilana tetap Ilana yang biasanya, hanya saja dia bisa
Read more
Bagian 32 : Ini Adalah Awal Bukan Akhir Dari Segalanya!
Saling terdiam, mungkin menatap penuh permusuhan.  Ilana meletakan tangan di depan dada, dengan gaya pongah seperti Ilana yang biasanya. Hell, anggap saja di depannya adalah musuh bebuyutan.  Setelah satu bulan lebih pencarian, akhirnya Ilana tahu di mana Melati berada dan siapa dalang di baliknya. Tentu saja rasa iri dan dendam yang menguasai hingga membuat Alena memanfaatkan Melati yang polos untuk melakukan hal itu.  Ilana tidak memarahi Melati atau juga Alena, walau mereka masih menatap dengan penuh permusuhan, baiklah, Alena yang melakukan hal itu.  Alena memperhatikan perut buncit Ilana. Cih, Pengkhianat!  "Udah berapa bulan?"  "Hah?"  "Hamil berapa bulan?"  "Lima bulan mau jalan enam."  "Cewek atau cowok."  "Belum tahu.
Read more
Bagian 33 : Berdamai Dengan Keadaan!
Adora tahu, hidupnya akan berakhir bersama laki-laki ini, Adora tahu hanya Harry orang terpenting yang dia punya.    Bahkan, dia sudah menyiapkan kata-kata yang tepat agar Syden tidak sakit hati, tahu fakta sebenarnya, walau mungkin Syden tahu apa yang terjadi antara dirinya dan Abang laknat, Harry.    Adora tahu dia masih terlalu muda dan naif, tapi dia ingin menikmati hidupnya tanpa ada lagi intrupsi dari luar. Biarkanlah orang mengatai dirinya gila, asal dia terus bersama Harry.    Hari ini, kosong mata kuliah, dia berencana untuk menemui Syden dan  menjelaskan semuanya dengan baik-baik, Syden adalah laki-laki dewasa yang begitu pengertian, laki-laki sebaik dirinya tidak pantas bersanding dengan dia yang kotor. Adora merasa dirinya kotor dan terus berada dalam kubangan dosa setiap saat, biarkan dia hancur bersama Harry.    Gadis itu sedang makan ice cream pagi buta seperti
Read more
Bagian 34 : Masa Lalu Disebut Kenangan!
Dalam hidupnya, Ilana tak menyangka dia telah melewati banyak hal. Wanita itu berkaca dan melihat perutnya yang membuncit bulat mengemaskan, padahal kemarin, baru saja dia menendang tytyd Barry hingga bengkak. Rambutnya dia gerai sempurna, dengan dress putih selutut dan cardigan dongker untuk menutupi dirinya. Ilana berbalik dan melihat calon suaminya. Calon suami? Kedengarannya begitu aneh, dan asing, tapi begitulah adanya. Wanita itu berbalik melihat Barry yang serius bermain ponsel. Hari ini, mereka akan bertemu Alena, membicarakan apa yang terjadi di antara mereka secara dewasa. Dia tersenyum, ketika Barry meletakan ponselnya dan menepuk di sampingnya, Ilana berbalik dan langsung menubrukan badannya. "Papa. Kamu geli nggak, dengarnya?" Barry menggeleng, Ilana memeluk leher laki-laki itu, dan tangannya menyusuri wajah Barry yang menutupi matanya. Barry membuka matanya, Ilana menunggu, laki-laki ini, aka
Read more
Bagian 35 : Beautiful Sin
Walau sudah tahu keadaan yang sebenarnya, sudah punya kehidupan sendiri, tapi, Ilana selalu menatap Adora penuh permusuhan. Selamanya, julukan Si Boots takkan hilang dan terus melekat. Adora bertemu dengan Ilana lagi? Si medusa ini? Huh, untung saja semua keinginannya terkabul. Keduanya sama-sama memalingkan wajah. Dasar ibu-ibu hamil keras kepala! Ilana pandangi Harry yang wajahnya tidak berubah, minimal jadi monster berupa seperti sifatnya, nyatanya dia tetap terlihat kalem menutupi apa yang pernah terjadi. Kembali, Ilana menatap iba pada si Boots. Betapa neraka selama ini yang dia jalani bersama Harry, dan laki-laki sial ini menjadikan dirinya tameng untuk menutupi semua kebejatan yang dia lakukan. Diam-diam, Ilana menggeleng. Sedikit mengerang, kalau diizinkan dia ingin menampar Harry. "Selamat atas kehamilan kamu." Harry mengulurkan tangannya. Ilana menatap laki-laki itu, awalnya ragu, tapi, tangannya terulur juga. Keduanya be
Read more
Bagian 36 : Miss Cold
"Ini Nana saat masih kecil. Ini, Nana pas masih lima tahun. Cerewet bangat, trus banyak permintaan. Kalau nggak diturutin, ngamuk." Ilana hanya memasang wajah cemberut, dia memang suka merajuk tapi apa segitu parahnya. Dia lupa-lupa ingat, tapi dia baru sadar, jika dirinya termasuk bossy. "Kan namanya anak-anak." Ilana membela diri. "Dih, lu juga masih kecil makan tai." "Mana ada! Ih, Bunda masak Ai makan tai." Ilona hanya menggeleng, percakapan itu cukup mengocok perutnya. Teringat masa kecil anak-anaknya yang sekarang sudah punya hidup masing-masing. How time flies. "Kalian makan tai semua." Ilana bergidik jijik, membayangkan masa kecil penuh tai. "Udahlah, Bunda. Tai terus pagi-pagi." Sebenarnya tidak bisa dibilang pagi, sekarang sekitar pukul sepuluh, seluruh anaknya berkumpul, kecuali Dennis yang sudah jarang berkumpul karena sibuk dengan keluarga kecilnya. Ilana
Read more
Bagian 37 : Silence
Dalam hidupnya Adora yakin tidak ada laki-laki yang akan menerima dan mencintainya dengan tulus. Tapi, semua anggapan itu dipatahkan saat dia bertemu dengan Syden. Syden. Nama yang menempati satu ruang khusus di hatinya. Syden, orang yang membuatnya sedikit percaya diri dan melihat dunia dari hal lain. Syden, laki-laki yang membuat dirinya merasa berharga dari semua rasa hancur, putus asa dan rasa sakit yang tidak akan pernah dia ucapkan. Adora menunduk, dia sudah membuka diri dengan Harry, karena pada akhirnya dia kembali pada laki-laki ini. Harry membuatnya bergantung penuh pada laki-laki ini dan tidak mempercayai apa pun yang ada di dunia luar. Tapi, Syden memberi sedikit cahaya dan Adora berhasil keluar dari kegelapan walau yang dia temui lagi-lagi Harry. Mungkin, setelah Hugo lahir dia bisa memberi nama anaknya Syden, bentuk penghargaan karena laki-laki itu berjasa dalam hidupnya. "Pikirin apa?" Adora mengangkat w
Read more
Bagian 38 : Setidaknya
Hidup adalah hal yang penuh misteri dan kejutan. Takdir memang tak selalu ramah pada semua orang sesuai dengan rencana.Dalam benak Alena, saat sudah dewasa, punya kerjaan yang mapan, punya kekasih yang sama-sama mengerti dan akhirnya berlanjut ke jenjang lebih serius.Wanita itu menopang dagunya, melihat keadaan kamarnya yang luas dengan chandelier yang berada tepat di kepalanya dan ornamen di kamar yang didominasi warna pink.Lagu Astrid Hurts So Good mengisi beat di sore hari dia melamun.Sedikit menyesali atau mungkin hanya ingin merenungi, bagaimana takdir hidupnya selucu ini.{Aku mengenalnya terlebih dahulu, dia terlihat sangat perhatian dan peduli padaku, bahkan rencana menikah dan seatap itu sudah jelas di depan mata. Tapi, tidak ada yang lebih menyakitkan ketika tahu bahwa dia mencintai sahabatku aku hanya dijadikan batu loncatan, dan sahabatku membalasnya, sekarang mereka sudah
Read more
Bagian 39 : Clueless
Pandangannya hanya tertuju pada langit-langit kamar, sambil memikirkan banyak hal, teori bumi bulat, teori bumi datar, hingga menembus galaxi. Bagaimana orang melahirkan, bagaimana mengurus anak, berbelanja, masak, mengatur keuangan. "Mikirin apa?" Ilana mendongak melihat Barry yang mengelus-elus rambutnya, wanita itu hanya terdiam walau dia nyaman berbaring di pangkuan Barry. "Mikirin teori bumi bulat." Barry tertawa yang membuat Ilana merenggut kesal. "Emang kenapa kalau bumi bulat?""Kan lewat doang." "Lewat mana?" "Lewat lubang hidung." "Mana?" Mata Ilana langsung melotot saat Barry memeriksa lubang hidungnya. Wanita itu bangun dan memukul Barry, si psikopat mesum ini ada saja hal yang dia buat agar dirinya terhibur. Dulu, berat dan sering menyumpahi laki-laki ini, kelamaan rasa nyaman itu menyusup tanpa permisi melewati relung hatinya paling dalam dan sekarang bersemayam dengan kokoh, dan tidak
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status