All Chapters of YOUR STUPID WIFE: Chapter 31 - Chapter 40
51 Chapters
THE SPOILED CECILIA
Dua pasang ibu dan anak itu sedang duduk melingkar di meja makan. Ibu Arina akhirnya mengundang sahabatnya, Ramona, dan putrinya, Cecilia, untuk makan malam di rumahnya karena Devon akhirnya menyetuui untuk mencoba hubungan yang lebih serius dengan putri dari sahabatnya itu."Kalian tidak perlu buru-buru, jalani saja kebersamaan kalian sampai nanti kalian berdua siap untuk ke jenjang pernikahan. Bukan begitu, Mon?" tanya Bu Arina pada sahabatnya. Bu Ramona mengangguk setuju. "Benar itu. Yang paling penting kalian harus sering ketemu, biar lebih cepat saling mengenal satu sama lain. Cecilia boleh kan sesekali berkunjung ke kantor kamu, Dev?" tanya Bu Ramona tiba-tiba yang membuat lamunan Devon buyar. Sebenarnya lelaki itu dari tadi tidak fokus dengan obrolan meja makan yang membosankan itu. Pikirannya justru melayang ke apartemen Rea. Belum genap sehari dia berpisah dari wanita mungilnya itu, tapi rasa rindu rasanya sudah
Read more
TRUE FRIENDSHIP
Devon sangat bersemangat minggu pagi itu. Dini hari tadi dia baru membaca pesan terakhir Rea sesaat sebelum dia  memejamkan mata. Dia sangat terganggu dengan keberadaan Cecilia dan ibunya yang bertamu sampai larut malam di rumah orang tuanya.Membaca pesan Rea itu Devon jadi tersadar bahwa Rea sepertinya belum mengenal Devon dengan baik. Dia bahkan belum tahu bagaimana rajinnya lelaki itu bangun pagi. Kebiasaan bangun paginya bahkan sudah dia jalani sejak kecil. Dulu ayahnya selalu mengajarkannya seperti itu. Bangun pagi, berolahraga, mandi, sarapan, lalu bekerja. Dan itu seakan telah menjadi doktrin hidup  sampai Devon dewasa.Dalam hidupnya, tidak banyak hari yang dia lewatkan tanpa bangun pagi. Misalnya seperti saat dia sedang sakit, atau saat dia sedang ingin bermalas-malasan dengan para wanitanya. Salah satunya adalah malam dimana dia tidur satu ranjang dengan Rea. Pagi ini pun tak jauh beda dengan hari biasa. M
Read more
CAUGHT IN THE ACT
"Ibu siapa?" tanya Rea saat membuka pintu apartemen dan melihat seorang wanita paruh baya dengan tampilan sangat elegan berdiri dengan anggun di depan pintu. "Seharusnya saya yang tanya, kamu siapa? Kenapa ada di apartemen anak saya?" Sepersekian detik wajah Rea mendadak pucat. Dari kalimat wanita itu Rea langsung tahu siapa yang dimaksudnya dengan sebutan 'anak saya'. Tanpa sadar Rea refleks mundur, memberi jalan pada wanita itu untuk masuk.Sekitar setengah jam yang lalu dia dan Devon baru saja sampai di apartemen, dan saat ini lelaki itu sedang membersihkan diri di kamar mandi. "Kenapa? Kamu terkejut? Kamu tidak tau siapa saya?" tanya wanita itu dengan raut muka angkuh."Anda ... ibunya Devon?" tanya Rea gugup. Rasanya Rea ingin sekali menghilang saja dari muka bumi ini secepatnya. Apa yang dia takutkan selama ini benar-benar terjadi. Ketakutannya dengan keberadaanya di sini ber
Read more
BREAK UP
Setelah memastikan bahwa lelaki itu sudah benar-benar pergi, Rea segera mengeluarkan kopernya dari dalam lemari.Tak banyak barang yang akan dibawanya. Hanya beberapa stel pakaiannya dan map berisi berkas-berkas penting, juga laptopnya. Walaupun lemari besar memanjang sepanjang dinding kamar itu penuh dengan barang-barang wanita yang memang disediakan oleh sang boss diktator itu untuknya, namun Rea sama sekali tak ingin membawa satu pun yang ada disana.Menurut Rea, lelaki itu begitu boros membelikan benda-benda yang bahkan tidak pernah disentuhnya sama sekali, mulai dari baju, tas, sepatu. Dan semuanya itu dengan merk yang bagi Rea harus berpikir puluhan kali untuk membelinya.Barang-barang Rea sendiri yang hanya sebanyak koper kecilnya justru hanya menyempil di sudut lemari. Sementara di bagian lain lemari, berderet barang-barang Devon yang juga tak kalah banyak. Entah untuk apa dia menempatkan barang-barang
Read more
HE'S LOST
"Rea! Rea! Rea!!!" Devon mengitari seisi ruangan apartemen. Lelaki itu sudah menyadari bahwa Rea pergi karena dilihatnya tak ada lagi barang-barang wanita itu yang tersisa di apartemen. Tapi entah kenapa rasa kalutnya memaksanya untuk tetap memanggil-manggil nama Rea seolah dia akan menemukan Rea di salah satu sudut ruang apartemennya. Saat sudah lelah berkeliling dan berteriak, lelaki itu berhenti dan memukul dinding apartemen dengan sangat keras. Kemarahan karena telah dibohongi Rea dilampiaskannya pada benda mati yang justru membuat tangannya terluka itu."Dia pergi." Teddy tak pernah melihat sahabatnya sekacau ini sebelumnya. Berteriak-teriak seperti kesetanan di dalam apartemen dan melukai dirinya sendiri.Devon yang mendengar suara sahabatnya di belakangnya, memejamkan mata, geram."Aku sudah bilang, awasi dia!!" bentaknya pada lelaki itu saat dia membalikkan badan."Sudah. Orangku mengi
Read more
IT'S TOO MUCH
"D ... Devon??" Rea memekik kaget saat mendongakkan kepalanya, hingga membuat beberapa orang yang sedang makan di tempat itu menoleh ke arahnya.Uda Andi, pemilik warung, yang kebetulan sedang melayani pelanggan tak jauh dari kursi Rea langsung menghampirinya."Ada apa, Rea?" tanyanya khawatir. Lelaki itu menatap Devon dengan pandangan curiga."E, enggak, Uda, nggak papa. Cuma ... kaget aja," jelas Rea terbata."Oh, ya udah kalo gitu." Lelaki itu segera berlalu meninggalkan Rea sambil tetap menatap Devon dengan was was."Kenapa kamu kesini?""Lanjutkan makanmu! Aku takkan menganggumu," kata lelaki itu dengan tenang. Devon sudah memperhatikan Rea dari tadi dan dia merasa senang Rea makan dengan sangat lahap. Sesuatu yang tak pernah dilihatnya saat wanita itu bersamanya. Lagi-lagi rasa bersalah menggelayutinya.Dengan susah payah Rea menelan sisa makanannya yang ti
Read more
ARE YOU ASHAMED?
Devon dan Teddy sedang duduk di ruang kerjanya saat seorang sekretaris mengetuk pintu."Masuk!" perintah Devon dari dalam. Gadis berpostur tinggi langsing dengan setelan blouse dan rok super pendek berwarna soft pink itu membuka pintu dengan anggun, lalu menganggukkan kepala ke arah kedua lelaki di dalam ruangan itu. Teddy yang melihat wanita itu masuk, refleks menyenggol kaki sahabatnya."Selamat siang, Pak. Pak Hilman Widjaya ingin  bertemu dengan Anda," kata sang sekretaris dengan suara seksinya."Ooo ya, persilahkan masuk," kata Devon cuek. Si sekretaris langsung berbalik dengan langkah menggodanya meninggalkan ruangan setelah berpamitan. Teddy menyenggol lengan Devon. "Apa?" Devon menatap sahabatnya keheranan. "Nggak tertarik? Kurang seksi gimana?" goda Teddy. "Memang dia siapa? Kapan masuknya?" Devon mengernyitkan dahi. "Aku yang r
Read more
SANDRA'S SECRET
Kebersamaan Rea dengan Devon kali ini terasa agak berbeda dari biasanya. Entah kenapa lelaki itu tidak semenakutkan seperti sebelum-sebelumnya bagi Rea. Mungkin saja karena saat ini Rea tak merasa terikat dengan lelaki itu, namun kenyataannya Devon pun juga tak begitu mengintimidasi seperti biasanya. Lelaki itu terlihat lebih santai dan banyak tersenyum. "Baju kamu ada di lemari," tunjuk Devon ke arah wardrobe-nya saat Rea berpamitan ingin mandi. "Disini?" tanya Rea keheranan melangkah mendekati tempat yang ditunjuk Devon. Lelaki itu mengangguk. Dan saat wanita itu memutuskan untuk membuka lemari, segera saja mulutnya terbuka lebar melihat baju-baju pemberian Devon yang dulu ada di apartemennya telah berpindah ke tempat itu. Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala sambil berkacak pinggang melihat ke arah sang diktator."Kamu selalu bawa baju perempuan kemana-mana ya?" tanyanya sambil mencibir."Baju perem
Read more
THE PERSONNEL MANAGER
Wanita cantik berpostur tinggi ramping dengan pakaian seksi berwarna merah menyala itu turun dari mobilnya dengan sangat percaya diri. Berjalan ke dalam gedung perkantoran berarsitektur modern dengan nuansa silver itu dengan langkah anggunnya."Cecilia, ingin bertemu dengan Bapak Devon Junior Widjaya," katanya tanpa basa basi saat resepsionis menanyakan maksud kedatangannya. "Tunggu sebentar, Ibu. Kami sambungkan," kata si resepsionis. Devon yang sedang berada di ruang kerjanya dan mendapat laporan kedatangan Cecilia menghela napas panjang. Dia bisa menebak apa maksud dari kedatangan wanita itu ke kantor kebanggaannya ini"Suruh masuk!" katanya pada resepsionis di saluran internal.Tak berapa lama kemudian, Cecilia sudah melenggang memasuki ruangan. "Hi, Dev ... how're you?" Si cantik itu langsung saja memeluk Devon dengan cipika cipikinya."I'm go
Read more
DEVON'S MISTAKE
"Rea, ada paket buat kamu nih." Chika nyelonong masuk ke kamar Rea membawa sekotak kardus berwarna coklat berukuran tanggung."Apa itu?" Rea yang sedang berkutat dengan laptopnya yang sedang ngambek nggak mau nyala, memicingkan mata ke arah sahabatnya."Nggak tau, anak-anak di depan yang nerima." Chika meletakkan box itu di atas meja. Rea meraih dan membukanya pelan-pelan. "Bukanya gitu amat?" Chika tertawa geli."Siapa tau bom," sahut Rea asal. Sahabatnya segera memukul lengannya dengan bantal. Dan setelah beberapa detik rasa berdebarnya, Rea berhasil membukanya. Sepasang sahabat itu sontak membelalakkan mata mereka."Gila! Kamu beli laptop? Ciaaah ... tajir sekarang Rea mah. Laptop ngambek dikit aja dah order yang baru," goda Chika."Parah!" Rea mendelik ke arah Chika. Dia tau betul kelakuan siapa ini. Siapa lagi yang rela menghamburkan uang hanya untuk benda-benda yang sebe
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status