Wanita cantik berpostur tinggi ramping dengan pakaian seksi berwarna merah menyala itu turun dari mobilnya dengan sangat percaya diri. Berjalan ke dalam gedung perkantoran berarsitektur modern dengan nuansa silver itu dengan langkah anggunnya.
"Cecilia, ingin bertemu dengan Bapak Devon Junior Widjaya," katanya tanpa basa basi saat resepsionis menanyakan maksud kedatangannya.
"Tunggu sebentar, Ibu. Kami sambungkan," kata si resepsionis.
Devon yang sedang berada di ruang kerjanya dan mendapat laporan kedatangan Cecilia menghela napas panjang. Dia bisa menebak apa maksud dari kedatangan wanita itu ke kantor kebanggaannya ini
"Suruh masuk!" katanya pada resepsionis di saluran internal.
Tak berapa lama kemudian, Cecilia sudah melenggang memasuki ruangan.
"Hi, Dev ... how're you?" Si cantik itu langsung saja memeluk Devon dengan cipika cipikinya.
"I'm go
"Rea, ada paket buat kamu nih." Chika nyelonong masuk ke kamar Rea membawa sekotak kardus berwarna coklat berukuran tanggung."Apa itu?" Rea yang sedang berkutat dengan laptopnya yang sedang ngambek nggak mau nyala, memicingkan mata ke arah sahabatnya."Nggak tau, anak-anak di depan yang nerima." Chika meletakkan box itu di atas meja. Rea meraih dan membukanya pelan-pelan."Bukanya gitu amat?" Chika tertawa geli."Siapa tau bom," sahut Rea asal. Sahabatnya segera memukul lengannya dengan bantal. Dan setelah beberapa detik rasa berdebarnya, Rea berhasil membukanya. Sepasang sahabat itu sontak membelalakkan mata mereka."Gila! Kamu beli laptop? Ciaaah ... tajir sekarang Rea mah. Laptop ngambek dikit aja dah order yang baru," goda Chika."Parah!" Rea mendelik ke arah Chika. Dia tau betul kelakuan siapa ini. Siapa lagi yang rela menghamburkan uang hanya untuk benda-benda yang sebe
Devon dan Teddy saling berpandangan tak mengerti. Rea yang baru saja datang di apartemen Devon meletakkan sejumlah benda di atas meja tanpa berniat duduk.Box coklat berisi laptop yang semalam baru dikirimkan Devon ke kost nya, handphone, lalu atm dan buku tabungan atas nama Rea.Sepulang dari rumah Anggit, Rea memang sengaja mengirim pesan pada Devon. Wanita itu sudah berniat menemui lelaki itu untuk mengambalikan barang-barang yang pernah diberikannya. Maka tadi selepas menemui Anggit, wanita itu segera menuju mesin ATM, mengambil sebagian uang miliknya pribadi dan hanya menyisakan uang 100juta yang pernah ditransfer Devon padanya.Karena hari minggu, mustahil untuk Rea bisa mengambil uang tunai sebesar itu, karena itulah dia mengorbankan saja kartu ATM miliknya untuk mengembalikan uang lelaki itu. Tak lupa dia menuliskan di secarik kertas PIN ATM nya.[Lagi dimana?]Devon yang sedang
"Re, belum selesai?" Chika menyembul dari balik pintu ruang editor."Bentar lagi, Beb," Rea nyengir melihat sahabatnya membawakannya es teh manis kesukaannya. Segera dirapikannya tumpukam naskah di atas mejanya setelah mematikan laptop."Ni minum dulu. Ada yang nungguin tuh di bawah," kata Chika sambil menyodorkan segelas es teh manis ke tangan Rea. Rea mengernyit? Devon?"Siapa?""Anggit," sahut Chika.Rea sedikit heran kenapa Anggit sampai menemuinya di kantor. Kemarin dia memang sempat bilang ke Anggit bahwa dirinya kini kembali bekerja di penerbitan. Tapi dia tidak mengatakan dimana dia bekerja pada suaminya itu."Hei," sapanya saat menghampiri Anggit yang sedang bersandar santai di mobilnya di pelataran kantor. "Ada apa?" Rea menampakkan raut muka penasaran kenapa lelaki itu ada di kantornya.Penampilan Anggit terlihat jauh lebih rapi har
Teddy menatap sahabatnya dengan sedikit cemas. Dia sangat tahu apa yang akan terjadi saat Devon marah. Dan kejadian di hadapan mereka kali ini benar-benar sangat tidak bagus.Saat ini sepasang sahabat itu sedang berada di dalam mobil, tak jauh dari rumah kost Rea. Selepas makan malam tadi Devon langsung mengajak Teddy mengantarnya menemui Rea. Lelaki itu bermaksud meminta maaf pada Rea.Awalnya Teddy keheranan. Dia tidak menyangka sahabatnya itu akan menerima sarannya meminta maaf pada Rea. Dia sangat tahu karakter Devon. Tidak mungkin meminta maaf pada wanitanya. Yang ada selama ini wanita lah yang selalu mengejar-ngejar dia untuk diberi sesuatu. Entah apa yang special dari wanita bernama Rea itu. Tapi Teddy merasa dia juga menyukai wanita itu.Hanya saja, apa yang ada di hadapan mereka saat ini seolah menjungkir balikkan keadaan. Dari balik kaca mobilnya yang gelap, sepasang sahabat itu melihat Rea turun dari mobil Ang
Devon tak bisa mengingat kapan terakhir kali ibundanya sakit. Sepanjang dia mengingat wanita itu jarang sekali sakit. Dan kabar tentang sakitnya ibunya ini membuat hati Devon terasa seperti tersayat. Sedih melihat ibundanya terbaring tak berdaya di ruang perawatan.Dokter Mieke, dokter pribadi yang merawat ibunya bilang, diagnosa awal Bu Arina drop karena terlalu capek. Tetapi dia juga bilang kondisi psikis sangat mempengaruhinya. Dan hasil diagnosa selanjutnya masih baru akan diketahui beberapa hari lagi.Devon tidak pernah ingat jika ibundanya itu pernah mengidap penyakit serius selama hidupnya. Yang dia ingat justru ayahandanya yang waktu itu meninggal karena serangan jantung.Entah kenapa mendadak saat ini perasaannya diliputi ketakutan. Bagaimanapun, dia belum siap kehilangan wanita itu untuk selamanya. Dia belum ingin menjalani kehidupan ini sendirian. Benar-benar sendirian tanpa orang tua.Dia mem
Lelaki itu nampak sangat tampan dengan setelan jas warna putihnya. Meskipun suasana di ruangan itu penuh suka cita, namun wajah lelaki itu nampak tidak begitu bahagia. Sangat berbanding terbalik dengan gadis cantik yang berdiri di sampingnya. Dia selalu menebarkan senyum ke setiap tamu yang datang ke pesta kecil pertunangan mereka.Ketakutan akan kehilangan sang ibunda menyebabkan Devon akhirnya memutuskan untuk menerima perjodohannya dengan Cecilia.Atas permintaan Devon, pesta pertunangan kecil itu dilaksanakan di rumah orang tua Devon, hanya mengundang beberapa klien penting saja. Bu Arina yang akhirnya mendapatkan keinginannya agar putra semata wayangnya brrsanding dengan putri sang sahabat nampak mengembangkan senyum bahagianya di atas kursinya.Dokter menyatakan bahwa wanita baya itu sudah cukup sehat untuk dibawa pulang. Jadi dia memutuskan segera melangsungkan pesta pertunangan Devon dengan Cecilia.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, hati Devon terasa sangat teriris mendengar tangis seorang wanita dalam dekapannya. Dia tak pernah mencintai wanitanya sedalam ini hingga membuatnya merasa tak bisa bernafas.Teddy yang melihat pemandangan mengharukan itu pun tak sanggup berkata-kata. Sahabat terbaik itu hanya bisa mengamati Devon yang tak bergerak dipeluk erat oleh Rea, menatap dari kursinya dengan menggigiti ibu jari tangan kanannya.Saat tangis Rea mereda, Devon membimbingnya duduk. Dan wajah Rea mendadak memerah saat menyadari betapa banyak pasang mata di sekitarnya yang menyaksikan aksi tangisnya tadi. Wanita itu menunduk malu dan tiba-tiba lututnya lemas.Teddy yang menyadari itu, langsung saja menggodanya."Aku nggak pernah tau Cinderella bisa menangis seperti itu." Lelaki itu terkekeh mentertawakan Rea. Wanita itu sontak memejamkan mata, menggigit bawah bibirnya menahan panas di wajahnya ka
Kecuali dia memiliki keluarga yang begitu mencintainya, Rea merasa tak punya keberuntungan lain lagi. Pernikahannya dengan Anggit yang berantakan, sahabatnya yang tega mengkhianati, dan perasaannya pada Devon yang kandas sebelum merekah."Kamu yakin mau resign, Re?" Chika menatap lekat sahabatnya yang sedari malam baru menghentikan tangisannya. Rea mengangguk pelan. Rea sudah menyiapkan surat pengunduran dirinya pada Chika."Aku akan menata kehidupanku kembali Chik. Menyelesaikan masalahku dengan suamiku.""Lalu apa rencanamu setelah itu?""Entahlah, aku belum yakin. Tapi mungkin aku akan menenangkan diri dulu sambil menunggu anakku lahir. Aku akan bersama orang tuaku dulu.""Re, boleh aku tanya?" Dengan hati-hati Chika bicara."Apa?" lirih Rea."Ini bukan karena Anggit kan?" tanya Chika. Sahabatnya itu tahu betul Rea sudah tidak akan terpukul dengan mas