All Chapters of THE SON OF DESTINY: Chapter 71 - Chapter 80
97 Chapters
Chapter 70
     Ming Shi berkelit dengan santai. He Xian menyabetkan pedangnya, Ming Shi kembali berkelit ke kanan. Mimik wajahnya nampak meremehkan. “Cuma segini kemampuanmu, Tuan Sun? Ya ya ya, memang anjing selamanya tak akan pernah melebihi tuannya. Tapi rasanya ini agak kelewatan, ya? Rasanya kau dulu tidak sebodoh ini. Atau guru barumu malah memberimu contoh yang tidak benar?”     “Jangan menghina Guru! Ini tidak ada hubungan dengannya!”     Di saat bersamaan Xing Long ikut menyerang. “He Xian, tenangkan dirimu! Gunakan ilmu pengendalian-chi yang telah kita latih di Lembah Kedamaian itu!”     He Xian mengatupkan bibirnya. Ia memusatkan pikiran untuk membentuk aliran energi, dan pola serangannya pun berubah. Akan tetapi alih-alih menunjukkan perkembangan, pertahanan Ming Shi seakan tak tertembus. Ia masih saja dengan mudahnya berkelit ke sana kemari, dan sekarang mulai m
Read more
Chapter 71
Baru sedetik ia menarik kekang kudanya, dari dalam hutan keluar ratusan prajurit  siap mengepungnya. Ming Shi terhenyak. Cepat-cepat dibelokkannya laju kudanya. Para prajurit mengikutinya.      “Percuma saja kau kabur, Kaisar Han! Kau takkan bisa lolos!” memimpin di depan, Amanet berseru penuh kemenangan.      Ming Shi memacu kudanya tanpa tahu arah mana yang sedang ia tempuh. Bahkan ia tidak peduli akan ke mana ia berlari, saat ini nyawanya lebih penting dari segalanya. Yang ia tahu, ia kini tengah melintasi area pedesaan yang tampak miskin, dengan jumlah tanaman dan pohon-pohon lebat yang lebih banyak dibandingkan rumah-rumah sederhana di sana. Dan secara tiba-tiba, ia mendapatkan sebuah ide.      Dipacunya si kuda menembus rerimbunan pohon yang sangat lebat. Ia celingukan kiri-kanan. Di dekatnya ada tiga sampai empat rumah gubuk kecil. Sembari mengendap-endap, ia mengintip satu persatu jendela g
Read more
Chapter 72
     Mereka pun masuk ke dalam. Istana itu tidak besar dan megah, sama sekali tak bisa dibandingkan dengan istana miliknya, namun ia memiliki daya tarik tersendiri. Aula istana tempat sang Ratu bertakhta juga sama sekali tidak megah, alih-alih demikian ia tampak sangat menarik, dengan sang Ratu duduk di pusat ruangan.      Melihat kedatangan Ming Shi, sang Ratu diikuti orang-orang lainnya berdiri dan menghaturkan hormat, “Selamat datang di Negeri Qi, Tuan yang Terhormat. Sungguh suatu kehormatan bagi kami dapat menerima kedatangan Anda di sini.”     Masa mereka telah mengetahui identitas diriku? Ming Shi pun membalas penghormatan mereka. “Juga merupakan sebuah kehormatan besar bagi saya dapat bertemu dengan Paduka Ratu. Negeri Qi sangat indah, sangat damai dan tenteram, dan pula dipenuhi dengan cerdik cendekia yang pandai dan berbakat...” Ya, tentu saja mereka sangatlah pandai bila mereka benar
Read more
Chapter 73
     Berkat petunjuk dari Tuan Liang Junnan - lianxizhe Negeri Qi - Ming Shi tidak menemui kesulitan menemukan jalan pulang ke Han.     Tetapi tidak berarti bila telah menemukan jalan pulang lantas tidak akan ada satupun masalah menghadangnya. Gangguan tersebut datang saat ia baru saja keluar dari perbatasan negeri Qi pada malam hari, dan tanpa sengaja bertemu dengan gerombolan besar pasukan Negeri Sutta. Lebih celaka lagi, pasukan itu dipimpin oleh Raja Detrin Songtsen yang sangat terkenal dengan keberanian serta ekstrimismenya. Ming Shi mengenal Detrin Songtsen, dan tentu saja Detrin Songtsen mengenal Ming Shi. Dan mereka berdua kini tengah dalam posisi berhadap-hadapan. Sebuah posisi yang sangat sulit bagi Ming Shi untuk melarikan diri.     Detrin Songtsen mengamati Ming Shi dengan saksama. Ia menyeringai, “Jadi, Paduka Penguasa Han yang Agung yang menghilang tanpa sebab tempo lalu itu ternyata malah berada di sini. Padah
Read more
Chapter 74
     “Tidak mungkin...” Ming Shi merasakan suaranya berubah parau. “Kau... Zhang Li Sha...”     Si wanita membuang wajahnya ke arah yang berlawanan. Ming Shi lekas meraih pundaknya, memaksanya berbalik memandang dirinya. “Memang benar... kau memang Zhang Li Sha! Wajahmu masih sama seperti lima belas tahun yang lalu...”     Wanita yang ternyata adalah Li Sha itu kini menunduk dalam-dalam. “Sungguh suatu kehormatan besar Paduka masih mengingat hamba...”     Ming Shi tergugu. Ia memandang wanita yang lima belas tahun yang lalu telah meninggalkan kesan masa lalu teramat dalam baginya. Berbagai perasaan berkecamuk menguasai pikirannya. Marah, benci, sedih, sakit hati... seharusnya ia melakukan sesuatu terhadap wanita itu untuk membalaskan seluruh sakit hatinya. Alih-alih demikian, sesuatu seakan menahannya. Ia pun hanya bisa memandang dalam diam wajah yang telah dewasa namun masih nampak polos bagaikan anak
Read more
Chapter 75
Rasa sakit yang amat sangat memutus seluruh indera He Xian, ia seolah terpenjara dalam dunia gelap gulita, meski samar-samar ia masih dapat mengetahui apa yang terjadi di dunia nyata. Sesekali, ia mendengar suara beberapa orang, berbicara sepatah dua patah di dekatnya.      “ ... sangat gawat... lukanya sangat parah...”      “ ... bila ia cepat mendapat pertolongan, mungkin nyawanya bisa diselamatkan...”      “ ... He Xian! Kau tak boleh mati!...”      Selanjutnya tidak ada lagi yang bisa didengarnya, karena ia telah kehilangan kesadarannya.      Entah sudah berapa lama ia pingsan, ia tak tahu. Sampai akhirnya, ketika ia membuka kelopak matanya, dilihatnya sinar mentari pagi tengah membias ke wajahnya. Karena silau, ia mengerjap-ngerjapkan matanya.      “He Xian! Syukurlah, kau akhirnya siuman!”      Min-Hwa menghampirinya,
Read more
Chapter 76
     “Memang sangat sulit. Tidak apa, kau bisa mencobanya lagi.”      He Xian menarik nafas dalam-dalam beberapa kali, pun kembali memejamkan mata dan melakukan semadi. Kilas-kilas balik tersebut kembali mengganggu pikirannya. He Xian mencoba tidak mengacuhkannya. Tapi bukannya menghilang, kilasan-kilasan itu malah semakin banyak. Dan bahkan mulai tampak adegan lain yang - ia tahu itu belum tentu nyata - namun sangat mengganggu pikirannya. Adegan tersebut memperlihatkan ayahnya dan ibunya tengah berlutut meminta pengampunan dari Ming Shi, namun kaisar muda itu malah menyuruh pengawalnya mencambuk dan mencabik-cabik tubuh mereka. Mereka menjerit-jerit kesakitan, dan Ming Shi hanya berkata, “Lebih keras! Supaya mereka menderita dulu sebelum mati!”....      “He Xian! Bukankah sudah kubilang untuk menjernihkan pikiranmu? Kenapa kau malah memikirkan kebencian yang lebih daripada sebelumnya?”      He Xian
Read more
Chapter 77
     Xing Long berbalik. Min-Hwa tengah berdiri di belakangnya.     “Ada apa, Nona Min-Hwa? Kau tampak cemas?”     “Kalian berlatih terlalu lama di sini, sampai-sampai tidak tahu keadaan di luar sana.”     “Ya, kami memang terlalu berkonsentrasi pada latihan kami, selain memang karena tempat ini terputus dengan dunia luar. Memangnya apa yang tengah terjadi sekarang?”     “Sementara ini belum terlalu parah. Sutta merasakan ancaman yang sama dengan Tukhestan, karena ternyata mereka  bermaksud mengkudeta Kaisar Han namun penyerangan mereka gagal total. Jadi mereka pun bersekutu, serta berhasil menarik Chang bergabung dengan mereka, membentuk Aliansi Tiga Negara.” Sorot mata Min-Hwa berubah muram, ia mengalihkan pandangannya menatap langit malam. “Pembentukan aliansi ini memancing kemarahan Han, mereka menganggap tiga negar
Read more
Chapter 78
     Melihat He Xian terpekur, si orang asing lantas menurunkan sedikit kerudungnya. “Saya adalah Letnan Xiang, bekas bawahan Anda. Tentunya Anda masih mengingat saya, bukan?”     He Xian berjengit. Ia sontak mencabut pedang di pinggangnya. “Mau apa kau datang ke sini?!?”     “Tuan mohon jangan marah. Saya hanya ingin berbicara dengan Anda, empat mata.”     “Kalau kau hanya ingin membujukku menyerah kepada kalian, jangan harap aku sudi melakukannya!”     “Bukan itu maksud kami, Tuan. Kami justru menginginkan Anda bekerja kembali pada Han...”     “Aku tidak berniat mengabdikan diriku pada orang yang telah membantai seluruh keluargaku!”     “Dan izinkan saya memberitahukan Anda satu kenyataan; bukan Yang Mulia Kaisar yang ingin menghukum mati keluarga Anda.
Read more
Chapter 79
     Jarak dari Tukhestan menuju Pheu Kam sangat jauh. Dibutuhkan lima hari perjalanan untuk sampai di perbatasan terluar Pheu Kam, dan mereka masih harus menempuh setengah hari lagi untuk dapat tiba di Reab Siem.     Reab Siem merupakan sebuah desa kecil yang sangat tenang dan tenteram. Juga, kalau dalam keadaan biasa, He Xian dan Min-Hwa pastilah akan sangat tertarik melihat kebudayaan masyarakat Pheu Kam, yang sangat kontras baik dengan Han, Ming, Yeong-Shan apalagi Tukhestan. Mereka juga merasakan cuaca di Pheu Kam ini lebih panas dan lembab.      “Pheu Kam berbeda dengan negeri bagian lainnya. Musim dingin di sini sangatlah nyaman, bahkan boleh dikatakan mereka tidak memiliki musim dingin karena cuaca terdingin mereka sama dengan musim semi di tempat kita. Makanya kalian lihat pakaian mereka tipis-tipis, bukan? Ohya, di sini juga terdapat banyak aneka tumbuhan dan fauna yang hanya bisa hidup di iklim Pheu K
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status