All Chapters of THE SON OF DESTINY: Chapter 81 - Chapter 90
97 Chapters
Chapter 80
     Rithisak menghirup nafas dalam-dalam dan menyemburkannya tepat ke arah Xing Long. Pemuda itu segera mengerahkan kekuatan chi miliknya. Dua kekuatan serta merta saling berbenturan dan mengadu satu sama lain.      Keadaan mereka berdua sekarang sama sekali tidak kelihatan seperti tengah bertarung, karena mereka hanya berdiri diam mematung. Keduanya seakan tengah terhisap ke dalam sebuah dimensi lain dan bertarung di dalam sana. Angin semilir berhembus, waktu pun berlalu, tetapi masih tidak ada perubahan - bahkan sekecil apapun - yang ditampakkan mereka berdua. Dari kejauhan, He Xian dan Min-Hwa memperhatikan duel kedua orang itu dengan perasaan ngeri. Min-Hwa mengangkat pedangnya berniat menyerang Rithisak ketika He Xian menahan lengannya.     “Lepaskan aku, He Xian!” Min-Hwa mencoba mengibaskan lengannya. “Kau tidak lihat Guru Xing Long tengah didesak oleh penyihir hitam itu?! Kita harus menolong
Read more
Chapter 81
     Semuanya berlalu bagaikan kilat, cepat datang dan cepat berganti. Kilas demi kilas ia lompati dan lewati, begitu cepatnya hingga ia tak ingat lagi adegan apa saja yang telah ia saksikan. Segalanya seolah berlarian tak menentu, tak dapat digapai namun selalu berusaha menyergapnya. Keindahan berganti dengan kesedihan, dan kesedihan berlanjut dengan penderitaan.     Ia tak tahan lagi. Ia harus keluar dari semua ini.     Kelopak mata He Xian mengerjap. Ternyata ia masih hidup. Ia lantas mencoba menggerakkan tubuhnya, namun rasa sakit yang amat sangat segera menyerangnya bertubi-tubi. Ia lantas mengedarkan pandangan memantau kondisi tubuhnya. Ia terhenyak. Luka goresan berdarah silang-menyilang memenuhi seluruh permukaan tubuhnya. Pastilah ia telah tergores bebatuan tajam.     Daun telinganya dengan cepat kembali berfungsi, ia dapat mendengar suara deburan air di dekatnya. Dengan susah payah ia menga
Read more
Chapter 82
     He Xian berjalan gontai, terseok-seok menyusuri jalan besar kota Yang Luo. Walau jalan tersebut amat ramai, namun ia merasakan kesepian yang amat sangat. Hatinya kosong, dan sangat pedih. Langkahnya juga sangat oleng, berkali-kali ia menabrak orang yang langsung memaki-makinya. Namun kesedihan seolah menulikan indera pendengarannya, ia terus saja melangkah tanpa meladeni makian orang-orang itu.     Ia berjalan tiada henti. Sekarang ia telah meninggalkan kota Yang Luo, dan berada di pesisir pantai yang sepi. Ia tak tahu telah berapa lama ia melangkah, yang ia ketahui hanyalah langit kini telah berubah warna menjadi jingga kemerahan. Mentari senja berada di batas cakrawala antara langit dan samudera, siap tenggelam masuk ke dasar laut. Warna sang mentari begitu merah bagaikan darah. Langit menebarkan campuran warna antara merah, jingga, biru dan ungu kehitaman, membentuk perpaduan warna amat sendu dan semakin menambah kegalauan hati He Xian.
Read more
Chapter 83
     Li Sha mengangguk. “Tuan bernama Sun He Xian. Dahulu adalah Menteri Kiri negeri Han, namun Tuan membelot kepada Kaisar Anda dan berusaha melawannya, bahkan sampai saat ini...”     He Xian mendesah keras. “Saya... saya sudah tak ingin melawannya lagi. Memang benar apa yang Guru katakan, tidak ada gunanya melawannya...”     Li Sha memandang lekat-lekat wajah He Xian yang kini dirundung frustrasi tersebut, berkata perlahan, “Guru Anda memang benar, Tuan. Pendapatnya sama dengan pendapat Ratu kami. Jangan membalas kebencian dengan kebencian karena akan menimbulkan lingkaran setan yang tak berkesudahan. Dan khusus untuk Anda, Langit tak mengizinkan Anda melakukan sesuatu didasarkan nafsu gelap semata. Anda tidak akan pernah diizinkan berhasil bila apa yang melandasi perbuatan Anda adalah nafsu kotor setan - tentunya termasuk kemarahan dan kebencian.”     Genggaman
Read more
Chapter 84
     Setelah ia melarikan diri dari Shui, ia pergi ke negeri Wu. Di sana ia melalui kehidupan yang cukup tenang dan damai. Kemudian ia bertemu dengan seorang puteri yang sangat cantik. Puteri itu tengah terluka parah. Li Sha yang mengerti perihal penyembuhan herbal segera mampu menyembuhkannya. Terkesan akan kemampuan Li Sha, sang puteri memintanya untuk menjadi pengikutnya. Li Sha seakan mendapat penghargaan yang sangat besar - apalagi ketika diketahuinya bahwa sang puteri ternyata adalah isteri dari Putera Mahkota Wu. Kedua pasangan itu juga memperlakukan Li Sha dengan sangat baik, Li Sha merasa bahagia sekali.     Dan tibalah hari penaklukan itu. Pasukan Han bergerak secepat kilat, para penghuni istana Wu tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri, kecuali sang putera mahkota yang sebelumnya telah menyamar menjadi kasim. Tetapi selebihnya mereka semua tertangkap. Puteri Hua Mei justru tertangkap paling cepat.     Pe
Read more
Chapter 85
     Tapi ia tidak yakin apakah ia perlu menceritakan perihal ini kepada He Xian, karenanya ia hanya terdiam memandang pemuda itu yang kini berujar perlahan, “Saya sungguh tak menyangka masa lalu Kaisar Han seperti itu... Sungguh kasihan...”      Li Sha mengamati He Xian. “Anda memiliki hati yang sangat baik, yang sama persis dengan Ming Shi yang dulu. Mungkin itu pulalah alasan mengapa ia sangat mempercayai dan menyukai Anda. Tapi kini Anda mengkhianatinya, bahkan melawannya. Anda tahu, dia selalu dikhianati, dijauhi serta dipandang aneh oleh orang-orang sekitarnya. Karenanya, perlakuan Anda padanya ini pasti akan membawa sakit hati yang luar biasa baginya. Dan ia bukan seseorang yang toleran dengan siapapun yang membenci dan melawannya.”      Dalam keadaan biasa, He Xian pasti akan mencari segudang pembelaan diri untuk mematahkan argumen Li Sha yang condong membela Ming Shi itu. Bagaimanapun ia tidak melakukannya. Kisah
Read more
Chapter 86
     Apa yang dikatakan Li Sha memang sangat tepat. Ming Shi masih tetap tak mampu menghilangkan luka batin dalam hatinya, walaupun telah lewat  dua tahun semenjak Ratu Qi menurunkan ramalannya. Berkat kepandaian dan ketekunannya, ia berhasil memajukan negerinya hingga mencapai titik yang tak akan pernah mampu dicapai oleh orang-orang lainnya, tetapi ia tidak pernah menikmati hasil kerja kerasnya itu. Karena ia sendiri memang tidak berusaha untuk menikmatinya. Ia hanya terobsesi untuk memperbesar impiannya, tapi selalu ada saja yang terasa kurang dan perlu ditingkatkan sehingga ia akan terus bekerja tanpa henti untuk menutupi kekurangan tersebut.      Betapapun, Ming Shi menepati janjinya untuk tidak menelantarkan putera-puterinya. Sesibuk apapun hari-harinya, ia tetap berusaha meluangkan waktu dan memperhatikan mereka. Sekarang ia telah memiliki dua putera dan seorang puteri. Ia memperhatikan mereka tanpa membeda-bedakan yang satu dengan y
Read more
Chapter 87
     Tetapi ternyata melarikan diri dari kata-kata pria itu jauh lebih sulit dari melarikan diri darinya.      “Anda merasa terajana dengan perlakuan Yang Mulia... Anda memiliki motif...”     Aku memang membencinya. Sangat membencinya! Tetapi apakah mereka tahu mengapa aku membencinya? Ah... tapi mereka menebaknya dengan sangat tepat. Ia membuatku tersiksa dengan ketidakjelasan sikapnya.     Dua malam selanjutnya ia tidak mampu tidur. Hari-hari yang ia lalui dengan kegelisahan dan kekhawatiran amat sangat. Selalu terlintas dalam mimpinya, Ming Shi yang berhasil disekap dan dibantai habis oleh musuh-musuh yang mendendamnya, dan bila kekacauan mimpinya mencapai puncaknya, ia pasti terbangun dalam keadaan menjerit dan sekujur tubuh berkeringat dingin.     Karenanya, tentu saja ia sangat gembira saat bertemu kembali dengan suaminya itu. Bahkan rasa kasih sayang mem
Read more
Chapter 88
     Diawali dengan kematian salah seorang selir di harem paling terkucil. Para pelayan menemukan mayat gadis itu mengapung di atas kolam teratai taman istana pada pagi hari. Menurut pemeriksaan, selir tersebut mati atas dasar kemauannya sendiri - ia menggores pembuluh nadi besar di pergelangan tangannya sebelum menjatuhkan dirinya ke dalam kolam. Pisau pembunuh ditemukan di tepi kolam.     Dan segalanya terjadi begitu cepat. Dalam seminggu tiba-tiba saja telah ada tiga selir lain yang bunuh diri, dan jumlah kematian para selir itu meningkat di minggu berikutnya. Kini, telah ada lebih dari selusin selir yang mati bunuh diri sementara alasan di balik tindakan mereka masih belum tersingkap.     “Yang mengherankan, jika mereka bunuh diri atas kehendak sendiri, seharusnya gelagat nereka telah terlihat pada hari-hari sebelumnya. Akan tetapi, tidak terlihat sama sekali kesedihan dalam raut wajah mereka. Bahkan menurut para
Read more
Chapter 89
     He Xian sangat terkejut saat mendapati para utusan Han mendatangi pemondokan tempat ia tengah berceramah. Walaupun ia telah menyiapkan batin dari jauh hari sebelumnya, ternyata tetap saja ia masih menyimpan trauma dan ketakutan saat menghadapi mereka. Bahkan kakinya nyaris berderap melarikan diri ketika batinnya mencelos, Bukankah misi utamaku adalah mengubah pola pikir Kaisar Han? Sekarang pihak istana mencariku, ini menandakan aku punya kesempatan untuk mewujudkan misiku.      Maka iapun tetap berdiri di tempatnya, dengan tenang menyambut mereka semua. “Selamat datang Tuan-Tuan sekalian, ada yang bisa saya lakukan untuk Anda?”     Di pihak lain, Sekretaris Li tidak kalah terkejut. Ternyata Sang Guru Besar adalah Sun He Xian. Sang sekretaris negara merutuk dalam hati. Kalau begini, keadaannya bisa menyulitkan. Dan ia apatis Ming Shi mau menerima si pemuda  jangan-jangan malah sang kaisar aka
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status