Semua Bab Dunia ini tidak Seburuk atau pun Seindah yang Kau Kira: Bab 41 - Bab 50
52 Bab
Berahi & Bajigur
“Perkenalkan, nama saya Anggun. Mohon kerja samanya.” Ucap wanita itu tersenyum kepada Awan.Awan pun tersipu malu melihat wanita yang aduhai cantiknya ini. Tubuh yang ramping bagaikan biola, gaun merahnya yang elegan, rambut panjang hitamnya yang indah, dan pantat yang besar seakan-akan siapapun ingin menamparnya."Ca... Cantiknya... Apakah dia seorang bidadari? Ataukah seorang succubus?!" Awan masih tertegun oleh kecantikannya.“Halo? Apa kamu baik-baik saja?” Anggun mencoba untuk menyadarkan Awan dari lamunannya.“Oh, I... Iya, maaf. A... Anggun, kan?” Awan pun gelagapan.“Iya, mohon bantuannya, senior Awan.” Ucapnya malu-malu."Imutnya!!!!!!" Awan pun langsung mengeluarkan Iru jingga dari hidungnya (kita sebut saja "mimisan" ya?) dan pingsan.“Ah?! Senior Awan?!! Apa kamu baik-baik saja?! Apa yang harus kulakukan?!!!!” Anggun pun kebakar
Baca selengkapnya
Tanda Terima Kasih
“Rian, apa itu benar-benar kau?” Alfi masih tidak percaya pada apa yang ia lihat.Rian menyambarkan petir dari telunjuknya, menyambar Alfi tanpa ada keraguan sedikitpun. Alfi pun terjatuh dengan tubuhnya yang sudah gosong itu.“Benar-benar pertanyaan yang bodoh. Bahkan bagi orang bodoh sepertimu, Alfi.” Ucap Rian.Koji pun segera melesat ke arah Rian siap mengayunkan pedangnya. Koji pun mengayunkan pedangnya pada Rian, namun tiba-tiba Rian dengan mudahnya menggenggam bilah pedang Koji.“Rian, apa yang sebenarnya terjadi padamu?!” Seru Koji kesal.“Kau memang sama saja seperti si Alfi, Koji.” Rian mengaliri bilah pedang Koji dengan petir membuat Koji tersambar sampai jatuh dan gosong.“Kurasa aku benar. Awan terlalu lemah sampai ia bisa dikalahkan oleh orang-orang lemah seperti kalian.” Rian pun mendekati Alfi yang terbaring lesu itu.Rian pun men
Baca selengkapnya
Orang Tolol yang Berharga
“Herman! Varz! Kalian tidak perlu menghadapinya!” Alfi berusaha membujuk mereka berdua untuk tidak menghadapi Rian. ”Katon sudah meninggalkan kita. Aku tidak mau kehilangan siapapun lagi!” Serunya berharap mereka berdua akan mendengarkannya.“Oh, tentu saja kami akan mundur.” Kata Herman.“Namun, apa kau akan menggantikan kami untuk menghadapinya?” Sambung Varz.Alfi pun terdiam. Memang benar, dia masih tidak tega untuk menghadapi Rian. Keraguan terus saja menghantuinya. Menghadapi Rian saja sudah membuatnya gentar, sekarang dengan kekuatan Rian yang sangat dahsyat membuatnya lebih gelisah lagi karena bisa saja Varz dan Herman berakhir seperti Katon. Alfi hanya ingin mundur karena dia tidak mau kehilangan siapa-siapa lagi namun ironisnya, dia tidak bisa bertarung untuk melindungi teman-temannya seperti biasanya apalagi membujuk teman-temannya untuk mundur. Siapa sangka orang yang begitu apa
Baca selengkapnya
Trio Homo
Apa?Apa kau berharap aku akan melanjutkan bagaimana pertarungan antara ketiga orang sinting itu? Oh, tentu saja aku akan menulisnya, namun sebaiknya kita rehat sejenak dan melihat bagaimana mereka bertiga bisa bertemu. Aku hanya tidak mau kesan komedi dalam kisah ini meMudar kok, walaupun aku sering kali memasukan jokes tidak jelas dalam setiap bab yang sedang kutulis. Baiklah, di bab ini aku akan menyuguhkan kisah pertemuan Alfi, Koji, dan Rian dan bagaimana mereka bertiga bisa menjadi sahabat karib. Kisah ini dimulai saat Alfi masih kuliah di Universitas Muda-Muda. Kenapa Muda-Muda? Karena Universitas Ora-ora ada di Jawa Tengah. Dan kenapa tidak kuplesetkan menjadi "Guda-Guda"? Itu karena kisah ini tidak disponsori oleh Type Moon. Tepatnya saat Alfi sudah berada di tingkat tiga. Di saat itu Alfi merupakan anggota dari organisasi SEES (Specialized English Extra Sect) dan dia sedang berada dalam acara orientasi anggota baru.Alfi ha
Baca selengkapnya
Persahabatan yang Sesungguhnya
Ruangan itu masihlah melekat dengan kesan mengerikan, gelap dan dingin. Tidak ada siapapun yang ingin bernaung di sana meskipun mereka harus. Keenam orang berjubah polkadot itu tengah duduk di kursi mereka masing-masing.“Jadi begitulah.” Ucap si jubah putih.“Kau tidak pernah mengecewakanku. Rupanya aku tidak salah mengangkatmu sebagai ahli strategi kita.” Ucap si jubah hitam.“Terima kasih, tuan.” Ucap si jubah putih.“Cih! Tidak perlu berbelit-belit! Kita bunuh saja mereka semua langsung!” Seru si jubah merah.“Tenanglah, kurasa dia benar. Kita perlu membuat sang Alfa bimbang sampai ia berputus asa.” Ucap si jubah kuning.“Memangnya kenapa?! Apa perlu kita menunggu selama ini hanya untuk melihat mereka membunuh anggota-anggota kita?! Apakah kau sudah lupa pada tujuan kita?!” Seru si jubah merah.“Diam!” Si jubah hi
Baca selengkapnya
Jangan Lagi!
Sebelum kujelaskan apa yang terjadi selanjutkan, ayo kita melompat pada apa yang sebenarnya ketiga orang sinting ini lakukan sebelumnya.Alfi, Koji , dan Rian tengah berada di suatu tempat di kawasan Pantai Pandawa. Dan siapa ketiga orang sinting yang tengah bertarung di bab selanjutnya? Tepat, itu hanya bayangan dari Jepitronnya. Rian menginstruksikan Alfi untuk memindahkan mereka bertiga ke suatu tempat dan membuat tiruan mereka bertiga sedang bertarung melalui telepati. Dan...“Setan!” Seru Koji.“Brengsek!” Seru Alfi.“Ampun!” Jerit Rian.Alfi dan Koji tengah menghajar Rian karena mereka kesal bahwa sebenarnya Rian hanyalah bermain-main dengan mereka selama ini.“Kalau kau memang tidak dicuci otak, kenapa kau harus membunuh Katon?! Dasar teman sialan!” Seru Koji terus menginjak-injak tubuh Rian.“Kau juga hampir membunuh teman-temanku! Dasar setan cacingan!&
Baca selengkapnya
Lawan!
“Alfi.”“Alfi...”“Alfi!”Alfi pun membuka kedua mata. seorang bocah laki-laki berdiri tepat di samping ranjangnya.“Andos? Kenapa kamu ada di sini?” Tanya si Alfi kecil.“Kita main yuk! Mumpung masih liburan!” Seru Andos kecil riang.“Nggak mau, aku masih ngantuk.” Alfi pun menarik selimutnya.“Ayolah Alfi. Tidak baik kalau kamu tidur terus.” Andos menarik-narik tubuh Alfi.“Nggak mau! Ayahku saja kerjaannya cuma tidur setiap hari Minggu!” “Itu kan ayahmu, bukan kamu.”“Aku nggak mau main.”“Ayolah Alfi.” Andos pun melompati tubuh Alfi.“Aw!”“Ayolah!”“Nggak mau!”Mereka berdua pun bergelut di kasur itu diiringi dengan teriakan-teria
Baca selengkapnya
Bandit Langit
Koji membuka kedua matanya. Kepalanya terasa berat sekali. Dia melihat sekelilingnya sudah porak poranda. Dia mencoba mengambil kacamatanya yang berada tidak jauh darinya.“Gawat, dia membawa Rian pergi.” Keluh Koji.Dia segera berdiri dan ia melihat sesuatu yang janggal pada kacamatanya. Mengapa kacamatnya bercahaya merah? Seingatnya, ia tidak pernah mengganti framenya. Koji pun mengambil kacamatanya dan tiba-tiba sosok gadis kecil merah muncul dari  lensa kacamatanya.Koji terpana melihat sosok gadis kecil yang menatapnya dengan kebingungan itu.“Onii-chan?” Ucapnya.“Duh loli.” Ucap Koji gemas.Gadis kecil itu sangatlah imut dan mengemaskan seperti karakter anak perempuan usia 9 tahunan dalam anime yang selalu menjadi bahan doujin pasaran sebagai pelampiasan nafsu yang terrtahankan para wibu pedofil.“Onii-chan?” Ucapnya.Koji pun tersadar dari delusiny
Baca selengkapnya
Halilintar Pucat
Gelap.Gelap.Gelap sekali.Pemuda pucat itu membuka matanya namun dia merasa seperti menutup matanya. Dia tidak dapat melihat secercah cahaya pun. Dia tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Ia merasa bahwa saat ini ia tengah diikat bagaikan seorang tahanan. Kedua tangan dan kakinya diikat dengan sesuatu yang bukan besi ataupun tali, namun daya cengkramannya kuat sekali."Apa yang baru saja terjadi?" Rian berusaha mengingat kembali pada apa yang terjadi sebelumnya.Dia ingat saat itu ia sedang berjalan di tempat parkir menuju kostan Koji. Tiba-tiba seseorang berjubah polkadot putih muncul di depan mereka dan menyerang mereka berdua dengan kekuatan yang amat luar biasa. Dia tidak bergerak sedikitpun, namun sekelilingnya langsung hancur bak diterpa angin topan. Koji berusaha melawan, namun ia bukanlah tandingan orang itu. Dia ingat bahwa orang itu menghantam tengkuk lehernya cukup keras sehingga ia kehilangan kesadaran. Ia tidak tahu apa yang t
Baca selengkapnya
Api yang Membara & Halilintar yang Menderu-deru
"Aku menolongmu karena alasanmu untuk bertarung.""Apa maksudmu?""Kau bilang kau tidak peduli pada dunia ini, kan? Namun kau tidak berhenti dan terus maju. Kenapa?""Aku hanya ingin terus bersama mereka.""Tepat sekali. Semua manusia itu munafik. Mereka mengatakan memiliki tujuan yang baik padahal itu hanyalah topeng untuk menyembunyikan tujuan busuk mereka. Tidak ada manusia yang memiliki hati yang murni dan aku membenci mereka yang selalu mencoba untuk menutup-nutupinya. Namun anda berbeda, Yang Mulia. Anda memiliki hati yang amat busuk namun anda tidak mencoba untuk menutup-nutupinya.""Apakah itu buruk? Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangku. Peduli setan kalau mereka membenciku atau berharap aku mati dan masuk Neraka.""Hahaha... Itulah yang saya sukai dalam diri anda, Yang Mulia. Keapatisan andalah yang membuat jiwa anda benar-benar bebas, namun amat busuk. Izinkan saya untuk menjadi sala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status