All Chapters of A Pearl Girl (INDONESIA): Chapter 11 - Chapter 20
49 Chapters
BAB X
Seorang pria dengan tubuh penuh luka dibanting di atas rerumputan hijau halaman istana. Ia jatuh tersungkur karena didorong oleh salah satu ksatria pedang Kerajaan Moon Kingdom. Raja Dimitri menatap marah padanya. Ia bahkan ingin melumat tubuh tak berdaya itu mentah-mentah."Di mana kalian menemukannya?" tanya sang raja pada Baroon, salah satu panglima kesayangan Raja Dimitri.
Read more
BAB XI
Terdengar suara sepatu di atas lantai batu yang mengisi lorong dan sudut istana Kerajaan Moon Kingdom. Semua penjaga jatuh tertidur di tempat mereka. Langkah sepatu bertumit itu terus berbunyi nyaring, membuat siapa saja merinding karenanya."Kau sudah datang?"Pria bersepatu tumit itu membungkuk memberi hormat pada pangeran Aaron yang berdiri di hadapannya.
Read more
BAB XII
"Dimitri?! Apa kau sudah gila? Membiarkan gadis itu memperalat kita untuk memicu peperangan yang selama ini kita hindari?" Setelah berita kebangkitan Pearl Girl tersebar luas hingga keluar istana. Seluruh raja dalam aliansi lima kerajaan berkumpul di tempat pertemuan rahasia. Raja Dimitri disudutkan akan kejadian ini. 
Read more
BAB XIII
Tenda-tenda berdiri dengan kokoh. Tampak tiang-tiangnya menjulang ke atas bersamaan dengan kibaran bendera Moon Kingdom mendominasi, meski ada beberapa bendera empat kerajaan lainnya ikut berkibar tapi tidak terlalu terlihat. Lambang kain berwarna biru tua dengan gambar bulan purnama berwarna perak di tengahnya menjadi pemandangan pertama bagi yang melihat kumpulan tenda dari kejauhan. Dari sekian banyak tenda, ada lima tenda besar dan satu di antaranya tenda utama, milik Pangeran Aaron. Lima raja lainnya tidak ikut dalam peperangan. Mereka menjaga basis pertahanan masing- masing kerajaan."Kapan kita mulai menyerang?" Jackuen mendekati Aaron yang saat ini berperan sebagai panglima tertinggi di sana. Dialah yang menentukan taktik perang ini."Seperempat malam nanti setelah bulan menampakkan wajahnya. Sebelum itu kita harus mengepung mereka. Setidaknya ada dua puluh ribu prajurit Gouwok yang saat ini mengisi dua lembah di Ghorbo." Pangeran Aaron membentuk sketsa di atas
Read more
BAB XIV
Pangeran  Aaron  berkeliling  di  sekitar  tenda. Terlihat langit mulai gelap, pertanda malam segera tiba."Pangeran!" Aze  melihat  Aaron yang melewati tendanya."Ya," jawabnya."Apa anda yakin kita tidak akan terlihat dengan rencana tadi?" tanyanya ragu."Aku yakin. Meski kecil kemungkinan, tapi berpura-pura sebagai musafir dan menculik kaum bar-bar itu saat menghadang kita merupakan ide yang tidak buruk." Jawabnya yakin."Aku hanya takut, mereka menyadari itu rencana kita."Aaron hanya menatap Aze datar."Jika kau takut. Jangan ikut dalam barisan musafir nanti!" tegasnya.Aze menunduk, merasa malu."Pangeran! Pangeran!" Dua orang ksatria berlari ke arah mereka.Aaron menatap orang-orang itu dengan raut bertanya."Pangeran! Ini gawat. Pearl girl pergi sendirian dengan kudanya ke lembah pertama. Kami berpapasan di dekat semak lout saat berpatroli," kata salah sat
Read more
BAB XV
"Vivian?" Silvia berada di dalam pikirannya. Dia melihat Vivian yang kini terbaring di atas air danau yang di atasnya bulan menggantung sempurna. Kepala Vivian mendongak menatap Silvia di tepi danau."Mau apa kau kemari?" tanya Vivian yang memusatkan penglihatan."Ikutlah denganku," katanya memohon padaVivian."Kemana?" Vivian perlahan-lahan berdiri dan berjalan di atas air danau, mempersempit jarak mereka untuk mendekati Silvia yang masih menunggu kedatangannya di tepi danau."Menyatulah bersamaku Vivian. Aku membutuhkanmu," kata Silvia lembut."Kenapa? Itu tidak mungkin Silvia," kata Vivian dengan mimik bingung saat menatap Silvia."Maaf aku tidak pernah mengatakannya padamu. Sejujurnya jika kau dan aku mencoba untuk saling berikatan kita bisa menjadi kuat, tapi kelemahannya aku tidak bisa bergerak sesuka hatiku." Vivian memperlamabat langkahnya, dan ada ketakutan yang jelas terpancar dari manik mata emas miliknya.
Read more
BAB XVI
Wajah-wajah puas terlihat di antara pasukan Moon Kingdom karena berhasil merebut Ghorbo.Mereka mengulas senyum bahagia, meski ada beberapa yang menangis haru dan sebagian menangis sedih karena kehilangan rekan seperjuangan, akan tetapi semua seakan sudah terbalas dengan kemenangan yang mereka dapat. Silvia tersenyum dan menatap Aaron yang tampak biasa saja."Hey berbahagialah. Kita memenangkan pertarungan ini," katanya pada Aaron yang terlihat menekuk wajah. Pangeran itu memperbaiki posisi Silvia yang tadi setengah duduk menjadi menyandar padanya. Gadis itu hendak protes."Kali ini jangan membantah. Kau masih sangat lemah," katanya dan melemparkan tatapan penuh perintah pada pasukannya sebelum mengatakan, "Ayo kita kembali! Dan bawa mereka yang terluka, serta kumpulkan pedang yang masih tersisa!" Suara Aaron terdengar lantang agar bisa didengar semua ksatrianya."Siap!" jawab mereka bersamaan dan langsung mengerjakan perintah Aaron.Pasuk
Read more
BAB XVII
Sepasang mata indah membuka perlahan, bola matanya begerak menyapu langit-langit tenda berwarna kuning kusam di atasnya. Bibir merah cherry miliknya meringis, bergumam tak jelas. Ia merasa sakit di bahu kiri, serta beberapa bagian tubuh lainnya. Dengan gerakan lambat ia berusaha bangkit dari tempatnya. Gadis itu—Vivian— melihat cemas ke pintu masuk tenda—berharap seseorang ada di luar sana. Dia sangat ingin keluar, tapi entah apa yang membuatnya tak mampu menggerakkan seluruh tubuh.“Kau sudah bangun?” Aaron menyingkap pintu tenda yang ditutupi kain putih polos nan panjang. Matanya menangkap tubuh Vivian yang setengah duduk di atas tempatnya berbaring.Gadis itu hanya mengangguk lalu kembali menatap ke bawah. Aaron mendekat perlahan, tapi tidak membantunya bangkit. Pria itu berjongkok di hadapannya.“Bagaimana dengan lukamu?” tanyanya, melihat bahu kiri Vivian yang ditutupi gaunnya.“Luka?” Vi
Read more
BAB XVIII
Pasukan Moon Kingdom meninggalkan perkemahan di sore harinya. Barisan pasukan itu begitu rapi. Tampak Aaron yang memimpin rombongan. Ia menunggangi kuda hitam miliknya dengan pandangan menatap lurus ke depan, sedangkan Vivian duduk manis di depannya. Gadis itu tadinya protes saat Aaron mengatakan mereka akan menaiki kuda yang sama, ia ingin setidaknya satu kuda dengan Jemy, tetapi pria itu tentu tidak bisa menjaga Vivian jika kondisinya masih sangat lemah seperti saat ini. Aaron lebih dapat dipercaya untuk menjaganya dalam keadaan mendesak, jika mereka mendapat serangan tiba-tiba.“Jaga tubuhmu tetap seimbang, Vivian. Perhatianku bukan hanya padamu, tetapi seluruh rombongan ini. Jika kau terus bergerak gelisah di tempatmu, maka yakinlah aku akan menyuruhmu menaiki kuda putih Silvia sendirian.” Aaron menatap Vivian tajam dengan nada mengancam.Vivian bergidik ngeri mendengar itu. ia tidak berani melirik Aaron dan memilih duduk tenang di atas kuda, sambil mem
Read more
BAB XIX
Raja Fous tersenyum puas di tengah ruangan berisi ratusan ksatria, ia baru saja menyelesaikan pidato kemenangan yang berhasil merebut kembali Ghorbo dari tangan Kaum Gouwok. Suara sorak sorai memuja dirinya menggema di ruangan besar dengan bangku beton yang melingkar tujuh. Raja Dimitri juga tak kalah senang. Senyum yang jarang ia perlihatkan kini ikut menghiasi wajahnya yang kaku.“Ini adalah kemenangan besar kita. Mari berpesta untuk merayakannya! Besok malam akan ada pesta kemenangan dan kalian semua diundang!” Seru Raja Fous menjamu para ksatria. Jemy menatap kumpulan itu dengan sinis, ia tak habis pikir, bagaimana mungkin mereka bisa berpesta untuk merayakan seseuatu yang kecil, sedangkan bencana besar masih ada di depan mata. Aaron hanya duduk diam sedari tadi, ia tidak berminat dan langsung berdiri meninggalkan tempat itu.“Kau akan keluar?” tanya Jemy yang ikut menyusul.Aaron berhenti dan menatap Jemy sekilas.“Ya,&r
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status