All Chapters of Together But Hurt: Chapter 31 - Chapter 40
58 Chapters
Obsesi
Gwen terkejut dengan suara sarat akan kebencian dari Eric. Dia menduga-duga bahwa pasti ada sesuatu  yang mengganggu di benak Eric. Pria itu kini sedang gencar memberi banyak tanda bukan hanya di leher, tapi hampir di sekujur tubuh Gwen.“Eric ...” Gwen mencengkeram rambut bagian belakang kepala Eric, dia berharap pria itu mendongak, “ada apa?”“Kau tanya ada apa? Apa aku tidak salah dengar?” Sedetik setelah mengucapkan hal itu, Eric membenci dirinya yang sudah menanyakan hal memalukan ini pada Gwen. Bukankah sudah terlewat pribadi? Harusnya dia tidak perlu terlalu ingin tahu.“Eric ...” Gwen tercengang, melepas cengkeramannya dari rambut lurus Eric yang hitam, dia cemas, khawatir dirinya salah bertanya, “maaf ... aku tidak ber—”Eric menyela dengan membungkam mulut Gwen yang belum selesai bicara. Ada emosi dan kemarahan dalam ciumannya. Eric dan Gwen menyadari hal itu. Tapi Gwen mengimbanginya, susah payah di
Read more
Pihak Yang Merasa Benar
Gwen meremas tasnya dengan perasaan tidak menentu, setelah mengembalikan ponselnya ke dalam benda berbahan lembut itu.Dia hampir tidak berani membaca pesan beruntun dari Jupiter yang memintanya untuk segera pulang ke rumah, karena dia menunggu Gwen sejak tadi.Eric masih di dapur. Dia bersikeras ingin menyiapkan makan siang untuk mereka berdua, dan memaksa Gwen agar tetap berada di kamarnya.Sekarang Gwen gelisah. Dia tahu seperti apa Jupiter. Pria yang tidak hanya keras kepala, tapi juga keinginan. Dia pasti tidak akan pergi sampai Gwen pulang, dan itu berbahaya, jika Alexi juga ikut singgah sepulang pria itu dari kantor, nanti sore.Setelah menghela napas, merapikan diri, Gwen menuju dapur, melihat Eric yang masih sibuk dengan bahan-bahan makanannya, perlahan dia melangkah mendekat. Eric membelakangi Gwen, dan tidak menyadari kehadiran wanita itu.Gwen melingkarkan kedua tangannya di pinggang ram
Read more
Alexi vs Jupiter
“Apa lagi yang ingin kau ketahui?” Gwen menerobos cepat sebelum dirinya sendiri berubah pikiran. Sejujurnya, dia lelah. Penat karena obsesi Jupiter dan bosan pada Alexi yang mengambangkan perasaannya.Kedua pria itu menoleh, menatap Gwen dengan pandangan yang memiliki arti berbeda.“Aku ingin bertanya hal yang paling pribadi padamu,” kata Jupiter, dengan gerak pasti, dia berdiri, mengambil posisi dan duduk tepat di sisi Gwen.“Piter, sebaiknya kau lupakan hal itu.” Alexi bersungguh-sungguh saat mengucapkannya, wajah Alexi menegang tanda ia tidak menyukai tindakan salah satu sahabatnya itu.Jupiter menoleh, memberi kode agar Alexi tenang dan tidak ikut campur pada apa yang bersiap dia tanyakan. Alexi menyerah, bungkam karena tidak ingin membuat pertengkaran sebagai jawaban akhir untuk mereka bertiga, di sini. Keributan pasti akan membuat Gwen tidak nyaman di rumahnya sendiri. Di luar, Eric memb
Read more
Berakhir Tanpa Tangis
“Aku harus bicara denganmu.” Suara di seberang terdengar percaya diri bahwa Eric akan memenuhi permintaannya tanpa protes. Ya, Inez tahu seperti apa Eric mengambil sikap untuk dirinya.“Tidak Inez. Aku tidak bisa, aku tidak mau.”Inez mendesah malas, dia berpikir ini semua karena Gwen, dia harus mengalami penolakan dengan begitu cepat. “Apa lagi yang kau tunggu?”“Apa maksudmu, Inez? Hei, dengar baik-baik, kau puas sekarang, setelah satu persatu dari kita sudah mulai menyerang Gwen? Itu maumu?” Eric meninggikan suaranya, dia tidak menyadari bahwa ketika dia mengutarakan perasaannya, maka dia berada dalam masalah. Biasanya, dan akan selalu, Eric benci terlibat dalam masalah.“Itu maunya, dia sendiri yang berani bermain api di belakang kita. Kenapa sekarang kau yang menyalahkanku? Justru dia sudah seharusnya menyadari semua kesalahannya itu. Apa kau tidak juga mengerti?”“Jelas salahmu! Itu wilayah pribadi Gwen dan Alexi. Kau kira karena kita bersahabat,
Read more
Tidak Harus Hanya Kebetulan
Lima hari dalam ketakutan teror tikus mati di depan pintu rumahnya setiap kali dia pulang dari kantor, Gwen memutuskan untuk mengakhirinya dengan keluar rumah mengenakan setelan olahraga.Berharap energi negatif terbuang bersama keringat yang dia keluarkan di pagi buta ini. Gwen sudah mengelilingi perumahan sekitar tiga putaran, ketika seorang pria berlari melewatinya.Bahkan jika menutup matanya, Gwen hafal aroma itu. Aroma khas Eric. Bentuk tubuh dan tingginya benar-benar Eric Fagan.Tapi Gwen ragu. Tidak mungkin Eric ada di sekitaran rumahnya di pagi buta seperti ini dengan setelan olahraga lengkap berlari mengelilingi perumahan, apalagi bersamaan dengannya.Gwen tersenyum sedih. “Ini gila. Apa aku terlalu merindukannya? Ada banyak aroma yang sama dengan tubuh yang mirip pula,” batin Gwen, berulang kali menggeleng-geleng. Merasa heran pada dirinya sendiri.Sedekat apapun hubungan persahabatan lima sekawan, dari dulu mereka seperti se
Read more
Pseudocyesis
Gwen bernapas dengan mulutnya, ketika Eric seakan menyadari bahwa sesuatu yang tergambar jelas di wajahnya masih tentang mereka.“Tidak ingin menjawab?” Eric mendekat, jari-jari kakinya menyentuh punggung kaki Gwen, memberi sensasi geli yang menyenangkan.Gwen menggigit bibir bagian bawahnya, merasa Eric selalu tahu segalanya. Dan itu tidak adil bagi Gwen.“Sesuatu terjadi ...” Dia menatap langsung wajah Eric yang penuh tanda tanya, “sudah lima hari belakangan ini, aku terus menemukan bangkai tikus di depan pintu rumahku setiap kali pulang dari bekerja.”Kernyitan sekaligus keterkejutan jelas menghiasi wajah pucat Eric saat ini, pikirannya melayang entah ke mana-mana, menghubung-hubungkan setiap kemungkinan dan berakhir pada Gwen.Walaupun dia berharap Gwen juga mengakui tentang hubungannya dengan Alexi, tanpa harus dia minta, Eric bertahan untuk tetap berprasangka baik pada Gwen.“Lalu bagaimana set
Read more
Dibalik Forsythia
“Menginaplah di sini.” Itu terucap begitu saja dari bibir Eric. Meski sadar saat mengucapkannya, tapi dia berusaha agar tidak terlihat memaksa Gwen untuk menuruti keinginannya.Dengan hati-hati, ragu melilit perutnya, Gwen tersenyum lemah. Jika tidak ingin di cap sebagai wanita murahan maka dia harus menolak.Gwen tidak merasa bahwa Eric akan pura-pura tidak tahu selamanya. Setidaknya, dua sahabat prianya yang lain, pasti sudah memberitahu Eric, seperti apa dirinya di balik topeng lugunya selama ini.Dia belum siap kehilangan Eric dan sangat tidak siap, jika Eric membencinya. “Aku harus hadapi ini, Eric.” Secara tidak langsung Gwen mengumumkan, dia menolak.“Kalau begitu, biarkan aku yang menginap di rumahmu.”“Apa?” Kedua mata Gwen mengerjap dengan wajah kebingungan.“Aku akan menginap di rumahmu. Aku bisa tidur di sofa, tenanglah.” Eric menenangkan meski dia tahu, Gwen pasti tidak
Read more
Mempersiapkan Diri
Tawa tertahan yang tadi sempat hadir di wajah Gwen, lenyap seketika, saat dia menyadari bagaimana Eric bertanya, menyentuh, bahkan menempel kulit mereka satu sama lain dengan lembut.Susah payah dia menelan, seperti terdapat duri di tenggorokannya. Gwen merasa semakin sulit menghindari Eric di saat dia ingin, dan ketika keadaan sudah tidak memungkinkan lagi untuk dirinya terjebak dalam kemesraan yang fatal dan jauh.Eric sudah tidak sabar menunggu jawaban Gwen. Tapi dia mampu bertahan dan hanya mengusap-ngusap lengan Gwen yang masih memiliki beberapa bekas gigitan nyamuk di kulitnya.Masih tidak ada jawaban setelah hampir lima menit berlalu. Jadi Eric berhenti mengusap lengan Gwen dan menatapnya, mencari keraguan jelas yang tertangkap di wajah cantiknya.“Kau tahu, seperti ada beban yang menumpuk di wajahmu Gwen. Butuh cermin untuk membuktikannya?” tanya Eric dengan tatapan menggoda. Jari-jarinya sudah merapikan helai-helai rambut Gwen yang berjatuhan di seki
Read more
Bayangan Jupiter
“Sudah puas berkeliling?” sindir Jupiter pada Inez yang kini duduk menekuk wajah di sampingnya.“Kenapa menungguku?”“Karena aku tidak ingin mendengar makian Ibuku, Inez. Kurasa kau lebih penting untuk Ibu daripada aku, Putra kandungnya.” Jupiter memberi penekanan di setiap kata-katanya, dia geram, meski dia tidak bisa marah karena merasa bersalah telah bicara kasar pada Inez tadi.“Waktu kita masih banyak,” gumam Inez, terasa tiba-tiba, seperti tanpa tujuan. Kedua matanya kosong menatap ke dalam Rumah Sakit yang tidak kunjung sepi dari orang-orang yang datang dan pergi.“Yah, sangat banyak, sampai aku tidak tahu harus bersikap seperti apa padamu,” gerutu Jupiter, mendadak dia menjadi kesal karena Inez membahas tentang waktu yang berkaitan dengan pernikahan mereka yang kini benar-benar disesali olehnya.“Hei, apa maksudmu?” Inez merubah arah tatapannya, kini pandangan menusuk d
Read more
Keputusan Inez Yang Ambigu
Zanna merasa kelelahan hebat setelah pertarungan sengit mereka di sofa, dan itu membuat Alexi berniat untuk membatalkan rencana makan malam yang Zanna inginkan sebelumnya.“Kau sudah sangat lelah, kita pergi lain kali saja.” Alexi mengusap peluh di kening Zanna dengan lembut.“Hhh ... padahal aku menginginkan makan malam romantis pertama untuk kita,” keluh Zanna, merapatkan lagi tubuhnya pada Alexi, memeluknya erat.“Besok malam saja, bagaimana?” tawar Alexi.“Hem, baiklah.” Zanna dengan riang menerima penawaran Alexi.“Kau tidak merasa, tubuhmu sakit berada terus di sini?”Zanna tertawa kecil. “Sedikit.”“Kalau begitu, ayo bersihkan diri dan jika bisa, aku akan menyiapkan makan malam untukmu.”Zanna segera bangkit, tersenyum dan membungkuk untuk mengecup bibir Alexi sekilas. “Jangan. Biar aku saja yang menyiapkan makan malam kita. Lebih b
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status