Semua Bab Together But Hurt: Bab 11 - Bab 20
58 Bab
Ambang Kehancuran
Ponsel di genggaman Zanna sedikit bergetar, seirama dengan detak jantungnya yang bertalu-talu. Ia menggulir setiap pesan dari pemilik nama ‘Gwen Himeka’ yang ditulis jelas oleh suaminya, tanpa ditutupi sedikit pun.Begitu juga dengan semua chatting mereka berdua yang tidak dihapus oleh Alexi, meski sudah lewat beberapa bulan ke belakang.Kedua mata Zanna seakan panas dan dadanya seketika sesak. Banyak balasan pesan Alexi untuk Gwen, berhasil membuat hatinya yang dulu kuat tak peduli apa pun, mendadak remuk redam menahan perih.Seminggu yang lalu.[Gwen, kau di mana? Aku menunggu di kamarmu. Kenapa kau belum kembali? Akan kutunggu, jadi cepatlah kembali]Lima hari yang lalu.[Tetaplah semangat. Kau adalah wanitaku yang tangguh dan kuat. Tidak peduli apa pun yang terjadi, aku selalu ada di sisimu, sayang]Tiga hari yang lalu.[Aku merasa sesak setiap kali masuk
Baca selengkapnya
Teman Jodoh
“Kau sudah merasa lebih baik?” Eric mengusap-usap punggung Gwen yang tadi menangis keras di pelukannya. Eric tidak bertanya alasan di balik tangisan Gwen. Jelas dia mengenal Gwen lebih baik dari sahabatnya yang lain. Dia dan Gwen tidak hanya satu jurusan, tapi juga satu ruangan saat di Universitas. Mereka akrab. Saling mengerti dan memahami satu sama lain. Sekilas terlihat, mereka serasi.  “Maaf, membuatmu bingung.” Gwen menunduk. Kacau, kalut dan berantakan.  Dia ingat bagaimana sejak pagi terkurung di ruangan Zeev hingga sore hari. Meski tak ada sesuatu yang salah, tapi Gwen merasa tertekan berada satu ruang bersama pria itu. Ketika semua penghuni kantor benar-benar bubar di sore hari, baru lah Zeev bersedia membiarkannya meninggalkan ruangan itu. Sepanjang perjalanan menuju halte, mendadak Gwen merindukan sosok Alexi yang
Baca selengkapnya
Pasangan Dengan Rasa Nyaman
Eric dan Gwen saling melepas diri. Tapi Eric tidak membiarkan Gwen merasa malu karena perbuatan mereka. Dia kembali mendekap Gwen dengan lembut.“Eric ... a-aku ....” Gwen terdiam. Tak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia hanya memegang erat lengan Eric yang memeluknya. “Tak apa, Gwen. Anggap ini sebuah kehangatan yang kuberikan dari rasa nyaman selama lima belas tahun bersama.” Eric mencium dengan pelan dan hati-hati di puncak kepala Gwen.“Jangan tinggalkan aku karena hal ini, hanya kau sahabat pria pertama yang paling kusayangi,” gumam Gwen. Perlahan air matanya menetes.“Tidak akan. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu.” Lagi-lagi Eric memberi kehangatan di hati Gwen dengan mencium keningnya. “Ayo, kita ke kamarku. Kuberi kau pakaian ganti,” ajak Eric.Kedua mata Gwen membulat, dengan menggigil dia menatap Eric penuh curiga. Eric yang juga menggigil, langsung merangkul Gwen dengan tawa, menyer
Baca selengkapnya
Ide Gila Yang Terwujud
Eric menggeleng. Meski sempat keheranan dengan pertanyaan balik dari Gwen, dia tetap bersedia menjawab dengan jujur. “Aku tidak menyesali semua yang telah terjadi semalam. Malah aku bersedia mengulanginya lagi sekarang.”Wajah Gwen bersemu merah di pagi hari yang cukup dingin ini. Dia bersembunyi di dada Eric yang putih dan kurus. Membenamkannya di sana. Ada sisa wangi parfum maskulin yang melekat di kulit Eric, membuat Gwen betah mengendusnya.“Lalu kau? Apa kau menyesalinya?” tanya Eric lagi, dia penasaran, bahkan rasanya berdebar menunggu jawaban dari wanita dalam dekapannya ini. Juga berharap, agar Gwen tidak mendengar degup jantungnya saat ini.“Tidak. Jujur, kukira aku akan menyesal. Ternyata tidak, karena aku menyukai perasaan ini.” Gwen berkata dengan jujur dan polosnya.Wajah Eric bersemu. Tentu saja Gwen tidak menyadari apa lagi melihatnya. Cepat-cepat Eric mendekap tubuh Gwen dengan lebih erat lagi.
Baca selengkapnya
Bayi Rosalie
Mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan Jupiter dan Inez, tidak lah terlalu sulit. Karena Misca ikut ambil bagian dalam hal ini. Ibu setengah abad lebih itu, mempersiapkan dengan teliti dan sebaik mungkin pesta pernikahan Putra sulungnya. Meski banyak kalangan yang terkejut akan pernikahan mendadak ini, pesta mereka berakhir dengan meriah. Penuh kegembiraan palsu dari Jupiter maupun Inez.Bahkan ketiga sahabat pengantin—Alexi, Eric, dan Gwen—ikut hadir meramaikan pesta, meski mereka tak pernah tahu rencana rapi di balik pernikahan dua sejoli yang kerap terlihat seperti kucing dan tikus itu.Di benak masing-masing sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres sedang berlangsung. Tapi mereka memilih bungkam dan tak ingin ambil pusing mengenai hal itu.Terutama Gwen yang mengetahui segalanya. Dia justru merasa mungkin ini pilihan yang tepat. Jadi Gwen hanya perlu berlega hati akan keputusan yang telah diambil ol
Baca selengkapnya
Teriakan Jupiter dan Sikap Manis Alexi
“Aakhh!” Jupiter berteriak ketika melihat dirinya tidak mengenakan apa pun bersama Inez di atas ranjang, pagi harinya, setelah melewati malam menyenangkan.“Jangan berisik!” Inez balas berteriak. “Kau lupa kita sudah menikah?”“Ada sesuatu yang salah, ini tidak benar!” Tidak peduli pada ucapan fakta dari Inez, Jupiter menyibak sedikit selimutnya untuk mencari-cari sesuatu.Mulutnya kembali mengeluarkan teriakan, kali ini karena bercak darah di atas seprei merah muda yang mereka tiduri bersama.“Apa yang telah kulakukan?” Begitu frustrasi, Jupiter menjambak rambutnya berulang kali.“Tentu saja malam pertama suami istri. Apa kau ingin menyangkal dan menjadi korban di sini?” Dengan sikap tidak peduli, Inez mengeluarkan dirinya dari balik selimut, tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya.“Hei, hei ... apa yang kau lakukan? Pakai bajumu!” teriak Jupiter sembari mengalihkan pandan
Baca selengkapnya
Melepuh dan Terbakar
Eric terkejut ketika Delila Restaurant miliknya dikunjungi oleh Gwen. Wanita cantik itu ibarat tamu istimewa untuk Eric.“Hei, Gwen,” sapa Eric. Sejak insiden keran air di wastafel yang patah, Eric begitu suka jika mereka saling bersentuhan. Bermodal karena persahabatan yang terjalin cukup lama, Eric—akhir-akhir ini—jika bertemu Gwen, pasti akan memeluk dan mengusap-ngusap punggungnya dengan sayang.Tidak terkecuali sore ini. Gwen hampir kewalahan dan bingung melihat Eric memeluknya dengan erat. “Sahabatku yang paling cantik, kau mau pesan apa?” Eric berbasi-basi, tapi tangannya sudah mengacak rambut Gwen.Separuh dari pengunjung Delila Restaurant, melihat Eric dan Gwen yang bertingkah layaknya pasangan tengah di mabuk asmara.Siapa yang akan percaya bahwa mereka hanya sahabat lima belas tahun selama ini? Yah, meski ada hal luar biasa lain yang terjadi, baik Eric maupun
Baca selengkapnya
Ucapan Mengingkari Kata Hati
“Ibuku ke mana?” tanya Jupiter ketika langkah kaki mengantarkannya di depan meja makan, tempat Inez duduk melamun. “Hei ... kau dengar aku?” Jupiter melambai-melambaikan tangannya di depan wajah Inez yang tidak mempedulikan kepulangannya. Inez melengos, dia pikir, wajar jika kemarahan menganggunya akhir-akhir ini, tepat setelah mereka menikah. Bukan tanpa sebab, Inez merasa seperti mengharapkan kehangatan di ranjang mereka, sementara Jupiter berteriak dan menyalahkan keadaan ketika terbangun dalam kondisi tanpa pakaian bersamanya di ranjang. “Dasar aneh! Bodoh! Harusnya aku yang berteriak! Kenapa justru dia yang berlagak jadi korban,” umpat Inez dalam hati. Dia bergegas menuju kamar dan membanting pintu. Jupiter yang bingung, semakin bingung ketika melihat masakan di atas meja. Dia sama sekali tidak berani mengatakan ini sebuah hasil masakan yang layak disantap. Me
Baca selengkapnya
Ingin Terlihat Baik-Baik saja
Gwen mengangguk cepat tanpa ragu. Tentu itu mengejutkan bagi Eric. Tapi dia membuang sejenak perasaan itu, rasa terkejut itu. Dia hanya ingin menyatukan bibir mereka. Gwen mendekat, Eric melakuan hal yang sama. ‘Perang’ di antara mereka berdua dimulai. Masing-masing bergerak tidak ingin kalah. Semua terjadi begitu cepat di kantor Eric. Selama dia menjadi pemilik Delila Restaurant, tidak pernah sekalipun Eric membiarkan wanita masuk selain pelayan restoran yang ingin melaporkan tentang hasil atau keluhan mengenai pekerjaan.Tapi saat ini, bukan hanya masuk, Eric membiarkan Gwen melangkah lebih jauh. Sangat jauh, hingga menyatu ke dalam dirinya. Eric bingung, tapi dia berjanji akan melawan perasaan yang tumbuh pada Gwen.Eric tidak ingin memusnahkan rasa nyamannya sebagai seorang sahabat dalam dirinya. Sebisa mungkin, dia ingin menyeimbangkan hal itu.*****Keadaan bayi Ro
Baca selengkapnya
Kecanggungan Setelah Lima Belas Tahun Bersama
Gwen membaca pesan dari grup lima sekawan dan tertawa kecil membayangkan wajah Inez dan Jupiter. Dia sungguh berharap mereka baik-baik saja. [Yap. Ayo bertemu dan maaf jika nanti aku datang terlambat lagi]“Sesuatu yang baik sedang terjadi?” Zeev yang duduk tidak jauh darinya, terlihat penasaran. Mencoba menerka isi ponsel Gwen yang masih membuat sekretaris pribadinya itu tersenyum, dan tentu saja tampak bahagia.“Oh, akan ada waktu untuk berkumpul sore ini bersama teman-temanku.” Gwen meraih bolpoin, mengetuknya pelan di meja. “Bolehkah, aku izin pulang lebih awal?”“Silahkan. Aku akan mengantarmu sampai ke tempat tujuan,” tawar Zeev.“Ti-tidak perlu, Pak. Itu akan sedikit menyusahkan Anda,” tolak Gwen.Zeev mengernyit, “Tidak ada kata penolakan. Berapa kali harus kukatakan aku tidak suka itu, Gwen Himeka.” Gwen menghela napas. Memang sulit untuk sediki
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status