Semua Bab Together But Hurt: Bab 21 - Bab 30
58 Bab
Ayo Hentikan dan Berpisah!
Alexi berbohong pada Eric dan Gwen, bahwa dia tidak mengendarai mobil saat ke Orchid Cafe dan butuh tumpangan pulang dari Eric. Padahal tentu, di saat situasi seperti ini, tidak akan ada satu pun dari sahabatnya yang menyadari bahwa mobil Alexi terparkir tidak jauh dari Orchid Cafe, berselang lima mobil dari tempat kendaraan Jupiter terparkir tadi. Gwen duduk diam di kursi penumpang, sementara Alexi dan Eric duduk berdampingan di kursi depan. Sebenarnya, tidak ada pemimpin di grup mereka. Tapi keempat orang itu, lebih sering tunduk dan setuju pada banyak perkataan masuk akal dan terdengar bijaksana dari Alexi Millard. Seperti sekarang, saat Alexi mengisyaratkan pada Eric agar tak bertanya apa pun pada Gwen yang tampak murung dengan pandangan sesekali tertunduk lesu, Eric mematuhinya. Tujuan pertama Eric tentu saja rumah Gwen. Jika tak ada Alexi bersama mereka, mungkin Eric akan s
Baca selengkapnya
Menyayangi Diri Sendiri
Jupiter sudah siap untuk meneriaki Inez atas ucapannya yang menginginkan perpisahan, padahal itu tidak tercantum dalam surat perjanjian mereka jika pernikahan palsu ini belum melewati waktu satu tahun, maka tak ada kata perpisahan.Tapi raut kesedihan, kekecewaan, kemarahan, dan keputusasaan Inez, membungkam mulut Jupiter. Dia seharusnya tidak begini. Tidak semestinya dia kasar pada penyelamatnya.“I-Inez ... aku minta maaf. Tolong jangan ajukan perceraian padaku. Aku mohon ... jangan,” pinta Jupiter, dia mengiba dengan cara duduk berlutut di dekat ranjang, di mana Inez sedang sibuk mengancing resleting kopernya.Inez menoleh, kemarahannya sedikit surut saat melihat Jupiter berlutut dan memohon. Meski di luar sana dia terbiasa mendapat perlakuan penuh iba dari banyak pria yang mengaharap kemurahan hatinya, tapi yang seperti ini, baru terjadi setelah lima belas tahun dia mengenal Jupiter, si pria berengsek dengan sejuta pesona.
Baca selengkapnya
Mengantarkan Inez Pada Kebencian
“Tentang sesuatu?” Zanna mengernyit dengan waspada. Mendadak dia curiga jika sesuatu mungkin akan segera terjadi. Dia gelisah.“Hem,” angguk Alexi, “ini ... tentang kita. Aku ... ingin mengakui sesuatu padamu.” Alexi meremas lembut tangan mantan istrinya.“Baiklah. Aku ingin mendengar pengakuanmu.” Zanna terdengar siap, meski tidak sepenuhnya siap. Dia mendengar degup jantung Alexi, begitu terasa di kepalanya yang bersandar.“Aku ... minta maaf untuk segalanya. Minta maaf karena telah berkata dan berlaku kasar padamu selama pernikahan kita. Dan yang terburuk, aku menjalin hubungan dengan wanita di atas pernikahan kita. Lalu ... yang paling buruk di antara yang terburuk, aku pernah tidak mau mengakui darah dagingku. Maaf Anna, maafkan aku,” lirih Alexi. Dia siap, jika Zanna akan memaki dan memukulinya.Zanna keluar dari sandaran kepalanya di dada Alexi, melihat pria yang teramat dicintainya itu dengan lembut. Sungguh
Baca selengkapnya
Mulut Beracun
Keadaan kembali normal setelah tiga hari berlalu, tanpa ada gelombang berarti yang mengejutkan bagi lima sekawan. Pagi ini Gwen menemukan Alexi sudah duduk tegak di ruang tamunya, tanpa ada senyum melainkan hanya sebuah tatapan hangat dalam gerak kedua matanya, memperhatikan Gwen mengenakan sepatu dengan terburu-buru. Si seksi yang baru keluar dari kamar.“Butuh tumpangan?” Alexi tersenyum sekilas, menatap Gwen yang mulai membenahi beberapa map di atas meja tamu untuk nanti, dia dekap erat di dada, selama perjalanan menuju Winston Corporation.Gwen menoleh, “Tidak Alexi, aku harus ke suatu tempat lebih dulu ...” Gwen terdiam, dia merasa ada hal yang begitu jauh dari dirinya dan Alexi, “kau bisa terlambat, berangkatlah lebih dulu.”Tanpa perlu menunggu, Alexi mengangguk cepat, “Baiklah, sampai nanti.” Alexi bangun dari duduknya. Heran pada dirinya sendiri, kenapa begitu cepat mengiyakan penolakan Gwen, karena s
Baca selengkapnya
Tekad Kuat Menghasilkan Sebuah Rencana Besar
Sekitar jam sebelas malam, ketika Misca masih membiarkan dirinya larut pada drama seri di hadapannya, ketukan di pintu membuyarkan adegan romantis antara si pemeran utama pria dan antagonis wanita, yang sempat masuk ke dalam pikiran Misca. Langkah kaki wanita beranak empat ini, tergesa dan merasa yakin, bahwa ketika pintu akan terbuka, maka yang terlihat pasti, menantunya. Dia tersenyum puas sebelum tangannya meraih gagang pintu. “Hai, sayang. Bagaimana kabarmu?” Misca langsung memeluk menantu yang menurutnya, sudah hampir lima puluh persen bisa sedikit merubah tabiat buruk Putranya itu. Inez berusaha menyembunyikan kekesalan, karena Jupiter. Dia kembali untuk sesuatu. Dia mengharap sebuah dukungan dari sang Ibu mertua. “Maafkan aku, Bu. Telah membuat Ibu khawatir. Apa aku pergi terlalu lama?” Hati-hati sekali Inez bertanya, sesuai yang terlihat, Inez takut pada Misca. 
Baca selengkapnya
Kesalahan Yang Tidak Diketahui
Eric memandangi Inez yang seperti ‘makhluk asing’ baginya kini, dengan tangan terlipat di depan dada. Ada kebingungan melanda hati Eric. Dia yakin, sesuatu telah berhasil membuat isi kepala Inez terguncang, bukan hanya batinnya. Dan Eric merasa, itu semua karena Inez tidak dapat menerima dan memaafkan pada apa yang terjadi di depan Orchid Cafe, waktu itu.“Kenapa kau jadi suka ikut campur? Ini perubahan besar yang ingin kau lakukan?” Eric meletakkan kedua tangannya di atas salah satu meja Delila Restaurant, menampilkan wajah serius, agar Inez berhenti mengungkap hal yang seharusnya tidak perlu menjadi urusan mereka.“Tidak, Eric, tidak. Ini bukan sekedar aku bergosip, ketika diriku ingin. Inilah faktanya.” Kedua bola mata hitam pekat milik Inez terbelalak dengan binar bahagia dan kilatan rasa puas, ah, belum, jika puas, maka kini, pasti Inez sudah merasa sangat tenang. Malah saat ini, masih ada kegelisahan besar yang menghimpi
Baca selengkapnya
Siapa Yang Cemburu?
“Buruk, sangat buruk.” Gwen bergumam pelan tapi memutuskan untuk tidak membiarkan Jupiter mendengarkannya mengatakan hal itu. Gwen berjalan mendekati Jupiter, “Ayo, kita bicara di cafe dekat sini.” Jupiter mengikuti dengan senyum terkembang. Setidaknya, gadis pujaan hati sedang tidak marah padanya. Bukan tak tahu, dia berusaha menutup mata dari semua anggapan sahabatnya yang lain, tentang hari kejadian waktu itu.  Hari di mana Jupiter yakin, perasaannya pada Gwen lebih besar daripada apa pun, dari semua perasaan bercandanya terhadap wanita manapun. “Katakan ada apa?” tanya Gwen ketika mereka sudah duduk berhadapan di meja cafe kecil tak jauh dari Winston Corporation, tapi lebih cocok jika disebut kedai kopi daripada cafe. Itu karena bentuknya yang hanya toko kecil dan sempit, tapi bisa disulap dengan bantuan wallpaper cantik. Sejumlah meja
Baca selengkapnya
Kebimbangan
Ciuman Jupiter belum usai, ketika tangan Gwen memberi tamparan penuh kekesalan dan kecewa pada wajah Jupiter.Jupiter tetap pada posisinya. Dengan wajah mengarah ke kanan, mematung tanpa gerak pasti. Dia hanya menunggu sampai sosok Gwen menghilang setelah meletakkan uang puluhan ribu di atas meja, sebagai bayaran minumannya.Gwen sudah terisak keras. Dia terus menunduk karena malu. Bergegas melangkah terburu-buru, tanpa mengetahui bahwa Eric mengikutinya.Eric meninggalkan mobilnya di sana dan memilih mengikuti Gwen yang menaiki bus, tanpa sepengetahuan Gwen. Eric benar-benar menutupi celah agar Gwen tidak mengetahui kehadirannya, di antara para calon penumpang yang akan naik dan berdesakan di dalam bus. Bus padat penumpang, ini jam sibuk. Semua orang terburu ingin sampai cepat di rumah.Gwen berdiri sembari berpegangan pada pegangan bus. Dia sudah mengusap habis air matanya, dan baru menyadar
Baca selengkapnya
Keinginan Saling ‘Menginginkan’
Inez tercengang, dan itu hanya sekitar dua menit, tidak lebih. Lalu mulai melepas semua yang berawal dari bawah menuju atas, milik Jupiter. Tanpa jeda, membuat pikiran warasnya tersingkir seketika. Lagi pula, tidak ada yang salah dengan ini. Mereka sah suami istri. Inez hanya butuh Jupiter, itu pemikiran awalnya. Kemudian, detik ketika mereka bersatu di bawah selimut, keserakahan menguasai Inez. Dia juga menginginkan hati Jupiter, seutuhnya. Jupiter berusaha membuang kesedihan akibat ciuman yang terjadi setengah jalan tadi sore bersama Gwen. Sekuat tenaga dia menghapus pikiran tentang kesalahan yang akan berbekas selamanya pada persahabatan mereka. Jupiter tidak peduli betapa beringas dan liarnya Inez malam ini, dan berhasil lupa mengggunakan pengaman. Itu luar biasa bagus untuk Inez dan petaka besar sesaat untuk Jupiter. Inez berhasil memegang kendali kali ini. Membiarkan Jupiter menikmati permainan
Baca selengkapnya
Kecanduan
Jupiter tidak perlu terburu-buru turun dari ranjang, membersihkan diri, atau menghardik Inez, setelah aktivitas percintaan mereka yang sengit. Mungkin lebih tepatnya, mereka seri dalam hal ini.Jupiter menggeliat di samping tubuh Inez yang mulus. Sama, Inez juga enggan beranjak ke manapun. Dia hanya ingin bermalas-malasan. Bahkan jika perlu, dia akan memancing Jupiter untuk melakukannya lagi.“Ada apa dengan tatapanmu itu?” Jupiter melunak, ketika melihat Inez memandangi dirinya. Dia tidak harus marah sepagi ini. Lagi pula ini pertanyaannya. Sejak apa pun itu yang mereka lakukan semalam, Inez tidak mengajaknya berdebat apa lagi bertanya. Dia lebih terlihat menikmati dan juga tampak berusaha memberikan yang terbaik.Jupiter cukup merasa berterima kasih banyak untuk hal itu, karena semalam, dia berhasil lepas sesaat dari rasa sangat tidak menyenangkan yang bersarang di sekujur tubuhnya.“Tidak ada. Aku hanya ingin men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status