All Chapters of Sweet Forgiveness Book 1 (Bahasa Indonesia): Chapter 21 - Chapter 30
93 Chapters
21
Bab 21: Gosip Sementara menunggu Rizky selesai sholat Zuhur berjamaah, Safiyya bersandar di pintu kursi penumpang mini van sambil berbicara dengan Vivian lewat panggilan telepon.  "Hari ini adalah hari yang sangat memalukan bagi aku, Vivy. Aku terpaksa meminta bantuan Rizky untuk mengambil tas kau yang ada dalam mobil. Jujur saja, aku tidak mau meminta bantuannya tapi aku sudah tidak kuat untuk terus berlama-lama di dalam toilet." ujar Safiyya dengan perasaan malu.  "Tidak mengapalah, Fiya. Kau cuma rasa malu pada hari ini saja. Lagipun, Rizky itu cuma mau menolongmu. Biarpun aku tidak menyangka bahwa dia akan membantumu seperti itu, tapi dia sudah membuktikan hal yang sebaliknya." ucap Vivian sebelum mengeluh perlahan.  "Vivy, sebenarnya tas kelabu ini memang milikmu? Tadi, kau bilang tasmu berwarna hitam. Tapi, Rizky memberi tas kelabu kepadaku. Apa aku yang salah mendengar ucapanmu
Read more
22
Bab 22: Pertunangan yang terlerai. 💔 Rizky sedang fokus memandang ke arah jalan sementara Safiyya asyik melihat pemandangan lewat jendela minivan. Sedikit pun dia tidak memandang ke arah Rizky dan Rizky juga lebih tenang tanpa ada gangguan kata-kata sinis dari Safiyya. Biarpun kenyataan yang sebenarnya sangat bertentangan dengan pemikiran Rizky. Karena lelaki itulah yang sering menyakiti hati Safiyya melalui bicara mahupun perbuatan. Tiba-tiba ponsel milik Rizky berdering keras. Dengan tenang, dia menjawab panggilan telepon itu menggunakan AirPods. "Halo, Hani. Ada apa, Sayang?" tanya Rizky dengan nada lembut. "Riz. Malam ini kamu ada kerja gak? Jika gak ada, aku mau ketemu sama kamu. Ada hal penting yang harus kita bicarakan berdua," kata Hani dengan tenang. "Malam ini aku ada waktu. Jadi, aku bisa ketemu sama kamu. Jika kamu tidak keberatan, kita bisa ketemu di restoran
Read more
23
Bab 23: Mabuk dalam kedukaan.  Rizky sedang duduk di bar sambil meneguk minuman keras yang sudah pasti mengandungi alkohol dan bisa memabukkan si peminum. Namun, Rizky tidak peduli. Dia mahu melupakan segala masalah dan menenangkan badai kegalauan yang melanda dirinya.  Rentak musik dan bunyi bising di klub malam itu sedikit pun tidak menganggu ketenangan Rizky. Lagi pula, dia sudah tidak berpijak di bumi nyata saat itu karena dia telah hanyut dalam lautan kesedihan yang menguasai diri dan akal sehatnya.  Rizky meraih ponselnya dari poket seluar. Dia mencari nomor Robert dan tanpa sadar, dia terus menekan butang memanggil (call). Beberapa detik kemudian, panggilannya dijawab Robert.  "Halo, Bro. Kenapa kau telepon malam-malam begini? Berisik, tahu! Yah sudah, aku mau tidur. Besok saja kita ngobrol," marah Robert.  Hati Robert diserang perasaan sebal karen
Read more
24
Bab 24: Mimpi Yang Menakutkan. Tok… Tok… Tok… Bunyi ketukan pintu kamar mengejutkan Safiyya yang sedang tidur pulas di atas kasur. Dengan malas, Safiyya meraih ponsel di atas meja bersebelahan ranjang. Dia melihat jam di skrin ponselnya. "Baru jam 3 pagi. Siapa sih yang mengangguku?" Safiyya merungut sebal. Dengan langkah yang malas, Safiyya menghampiri pintu kamarnya. Tanpa berpikir panjang, dia segera membuka pintu kamarnya itu. Belum sempat dia melihat siapa gerangan orang yang berada di hadapannya saat itu, tubuhnya sudah dipeluk erat. Bukan itu sahaja, bibirnya dipagut dan dikecup rakus oleh seseorang yang tidak dikenal olehnya. Safiyya hampir kehabisan napas lalu dia coba mendorong tubuh sasa itu menjauh dari tubuhnya tetapi gagal. Pria itu semakin agresif mencium bibirnya dan menyentuh seluruh bagian tubuhnya yang tidak seharusnya disentuh oleh sesiapa melainkan
Read more
25
Bab 25: Masa lalu yang kelam. Hari sudah menjelang pagi. Robert juga sudah pulang kembali ke hotel. Rizky pula masih berbaring di atas kasur dan merenung langit-langit kamar tidurnya dengan tatapan kecewa. Biarpun dokter memintanya untuk beristirahat karena dia masih demam, dia tidak mampu untuk melelapkan mata walau sejenak pun sejak semalam. Tanpa Rizky sadar, matanya mengeluarkan cairan bening yang hangat lalu mengalir turun ke pipinya. Hatinya sangat sakit dan kecewa dengan keputusan Hani yang menurutnya sangat kejam dan sangat mementingkan diri sendiri. Namun, Rizky akhirnya sadar bahwa dia tidak boleh memaksa Hani untuk terus mencintainya sedangkan gadis itu telah mencintai pria lain. Dia tidak mahu Hani menderita setelah mereka menikah. Lebih baik, dia melepaskan Hani dengan lapang dada dan melindungi gadis itu dari jauh. Lagi pula, mencintai tidak semestinya memiliki. Rizky menghembus napas dengan kasar dan mengesat air mata dengan
Read more
26
Bab 26: Dusta yang menyakitkan. "Jadi, kamu mau membatalkan acara pernikahan ini? Apa kamu yakin, Riz? Tapi kenapa? Apa kamu sama Hani bertengkar?" Soal Pak Adi Kurniawan tanpa henti. Ketika ini Rizky berada di ruang kerja Pak Adi Kurniawan. Lelaki paruh baya itu merupakan Papi Hani Alisya yang juga sahabat baik Papanya Rizky, Tuan Syahputra Wijaya. Rizky merenung anak mata Pak Adi Kurniawan dengan tatapan tenang tanpa sebarang perasaan. "Tidak, Pak. Kami berdua tidak bertengkar. Cuma…" Bicara Rizky terjeda. Dia tidak tahu apa alasan yang tepat yang harus dia katakan untuk menjaga hati Pak Adi Kurniawan agar tidak tergores. "Kamu tahu kan pernikahan kamu sama Hani ini sudah diatur sejak kalian berdua masih kecil?" Pak Adi Kurniawan bertanya dengan nada tegas. "Saya mengerti, Pak. Tapi saya dan Hani hanya bisa berteman saja, Pak. Bapak harus mengerti bahwa tidak ada rasa cinta dalam hati kami dan kami berdua
Read more
27
Bab 27: Utang Budi. Safiyya sedang beristirahat sambil membaca buku di salah satu gazebo yang terletak di tepi kolam renang. Kolam renang yang terletak di lantai lima hotel. Pasangan suami istri yaitu Robert dan Vivian sedang asyik berenang di dalam kolam renang. Pada ketika itu, tidak ramai pengunjung hotel berada di kawasan kolam renang tersebut. Beberapa pasangan lain juga sedang sibuk bermesraan di tepi kolam renang. Ada juga beberapa wanita bersama anak mereka berjalan-jalan di sekitar taman dan kebun. "Fiya! Apa kamu tidak mau berenang bersamaku?" Jerit Vivian dari arah kolam renang. Safiyya memandang ke arah Vivian dan wanita itu segera melambaikan tangannya ke arah Safiyya. Safiyya hanya tersenyum sebelum menjawab. "Aku tidak mau. Aku masih mau baca buku, Vivy." Jawab Safiyya sebelum menyambung semula bacaannya. "Oke. Aku berenang sama Roby aja," balas Vivian. Wanita i
Read more
28
Bab 28: Rahasia LamaRizky sedang meringkuk dalam selimut di atas kasur. Matanya sedang ralit melihat akun Instagram Hani melalui ponselnya. Hati Rizky sangat pilu dan sakit saat melihat kebahagiaan mantan tunangannya bersama pria lain yang akan menjadi suami Hani nantinya. Dia mendengus kasar dan segera meletakkan ponsel di atas nakas bersebelahan ranjang. Dia memejamkan mata untuk mengusir rasa kecewa dari singgasana jiwa. Lagipula, dia tahu bahwa tidak ada gunanya untuk dia mengingat gadis yang sudah memutuskan ikatan janji dan cinta mereka berdua. Tiba-tiba pintu kamar Rizky terbuka. "Riz, kamu udah tidur?" Panggil Bunda Yasmin. Rizky memandang ke arah pintu. Satu sosok tubuh milik Bunda Yasmin berdiri di hadapan pintu kamar."Belum, Bunda. Tapi, Riz mau tidur awal malam ini," jawab Rizky sopan. "Riz, tumben malam ini kamu udah mau tidur setelah sholat Isya. Apa kamu lagi ada masalah?" Tanya Bunda Ya
Read more
29
Bab 29: SeranganJam 10 malam. Safiyya sedang berendam di dalam jacuzzi yang dipenuhi air hangat. Sesekali dia menggosok tubuhnya dengan sabun mandian. Setelah dia puas berendam, dia segera bangun dan keluar dari jacuzzi. Dia membilas tubuhnya dengan air sebelum mengambil handuk dan mengeringkan setiap inci tubuhnya. Kemudian, dia memakai bath robe dengan rapi lalu keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih lembap biarpun Safiyya sudah mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil. Dia sengaja melepaskan rambut panjang yang separas dadanya. Safiyya duduk bersandar di kursi sembari menonton televisi. Tiba-tiba ponselnya berdering. Safiyya segera menjawab panggilan tersebut tanpa melihat nomor sang pemanggil. "Hello. Assalamualaikum. Ini siapa, ya?" Ucap Safiyya dengan tenang. Matanya masih lekat menonton televisi. Namun, yang anehnya pemanggil itu segera menamatkan panggilan secara tiba-tiba membuatkan darah Safiyya mendidih akiba
Read more
30
Bab 30: Sahabat LamaRizky berenang dengan tenang di dalam kolam renang yang terletak di luar rumah orang tuanya. Setelah dia puas , dia keluar dari kolam renang lalu menuju ke gazebo. Dia meraih handuk dan mengeringkan rambutnya. Rizky mengambil ponselnya lalu menelepon Robert. "Halo, Roby. Apa kabar, Bro?" Sapa Rizky dengan nada ramah. "Yah, kabar aku baik-baik aja. Mau apa kau telepon aku? Jangan-jangan kau mau bertanya soal Fiya? Riz, aku mohon sama kau. Jangan dekati Safiyya lagi. Gadis itu bukan gadis murahan yang bisa kau mainkan," tegas Robert. "Tenang, Bro. Ngapain kau menyerang aku seperti ini. Apa aku ada lakukan kesalahan sama dia?" Tanya Rizky pura-pura bego. "Riz, jangan bohong sama aku. Apa yang kau lakukan pada Safiyya semalam? Fiya tidak berhenti menangis sejak semalam dan bibirnya tidak putus menyebut nama kau. Bila aku dan Vivian bertanya padanya, dia hanya bisa diam dan terus menangis hingga Vi
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status