Semua Bab Sweet Forgiveness Book 1 (Bahasa Indonesia): Bab 11 - Bab 20
93 Bab
11
Bab 11: Semakin menjauhPonsel milik Rizky berdering dengan nada yang keras tetapi pria itu masih tidak sadar dari tidurnya. Jelas saja bahwa Rizky sangat lelah karena dia telah bekerja sepanjang hari. Jam 10 malam baru dia bisa pulang ke rumah setelah membereskan pekerjaannya di persidangan. Setelah ponselnya berhenti berdering buat seketika, ponsel jenama IPhone itu kembali melagukan deringan keras. Akhirnya, roh Rizky yang bergentayangan entah ke mana masuk kembali ke dalam jasadnya. Rizky membuka kelopak matanya dengan malas. Sempat hatinya merutuk siapa pemanggil yang meneleponnya saat ini. Dia melirik ke arah jam di dinding kamarnya. "Sudah jam satu pagi. Siapa sih yang meneleponku waktu begini," marah Rizky dengan kesal. Dengan berat hati, dia menjawab panggilan telepon itu tanpa melihat nama pemanggil tersebut. Namun, suara ceria milik seorang perempuan bisa ditebak oleh Rizky. " Rizky sayang! Yuk ke klub. Aku udah ada di klub nih. D
Baca selengkapnya
12
Bab 12: Mr Tour Guide Safiyya sedang duduk di kursi yang terletak di lobi hotel. Dia melihat arloji di pergelangan tangannya. Baru jam 8.45 pagi. Kelibat Vivian dan suaminya, Robert masih belum kelihatan. Safiyya membuka aplikasi WhatsApp di ponselnya. Dia mencari nomor Uminya. Kemudian, jemarinya ralit menaip aksara membentuk perkataan dan ayat pada Umi kesayangannya itu. 'Assalamualaikum Wr. Wb, Umi. Umi, hari ni Fiya akan berjalan-jalan di Kota Jakarta. Umi doakan Fiya, tau. Fiya sayaaaanggg Umi.' - Fiya-Balasan WhatsApp Safiyya dibalas segera oleh Uminya. 'Wa'alaikumsalam, Fiya. Saat berlibur nanti, jaga kelakuan Fiya. Jangan lupa belikan Umi cenderahati dari Jakarta, ya. Umi juga sayang pada Fiya. Jaga diri baik-baik, ya.' -Umi-Safiyya tersenyum saat membaca balasan Uminya itu. Ya, Uminya itu tidak jemu untuk menasihatinya agar sentiasa menjaga perlakuan lebih-lebih lagi ket
Baca selengkapnya
13
Bab 13: Pasar AsemkaSafiyya berjalan dengan langkah perlahan dan berhati-hati. Di Pasar Asemka pada pagi itu penuh dengan turis dan penduduk kota yang bisa diibaratkan seperti lautan manusia. Inilah tempat pertama yang dipilih oleh Vivian dan Robert untuk mereka kunjungi pada hari ini. Satu pemandangan yang menyeronokkan buat Safiyya saat melihat warga kota begitu sibuk berbelanja dan dia juga bisa mencuci mata melihat pelbagai barangan yang dijual di sini. Vivian dan Robert pula sudah berada jauh di depan. Tanpa mereka sadar, mereka sudah meninggalkan Safiyya seorang diri. Pasangan suami istri itu sangat teruja dan bersemangat sekali ketika melihat barangan dan aksesori yang ada di setiap tempat jualan. 'Haish, sebab inilah yang membuatkan aku tidak mau ikut serta berjalan-jalan dengan mereka berdua. Akhirnya, aku sendirian di sini. Janji hanya tinggal janji. Aku ditinggalkan seorang diri tanpa teman. Ya Tuhan, nasib jomblo seperti aku sangat menyedihk
Baca selengkapnya
14
Bab 14: Vivian Panik. Vivian masih leka berjalan sambil memaut erat lengan kanan suaminya, Robert seolah-olah dia takut kehilangan jejak suaminya itu. Mereka berdua berhenti di setiap toko untuk mencari pelbagai barangan dengan harga yang 'bersahabat' atau bahasa mudahnya, harga yang murah dan berpatutan. Tangan kanan Robert sudah dipenuhi dengan plastik yang berisi pelbagai barangan. Jujur saja bahwa kaki Robert sudah tidak mampu untuk terus menapak dan tubuhnya juga kehilangan banyak tenaga. Namun, dia gagahkan juga dirinya untuk terus menemani Vivian, istrinya tercinta yang masih mau berbelanja. Vivian berhenti di satu toko yang menjual pelbagai tas tangan. Matanya fokus meneliti setiap tas dan akhirnya dia memilih satu tas bercorak bunga berwarna merah jambu. Usai membayar, Vivian menoleh ke belakang. Dia sangat terkejut saat melihat kelibat Safiyya dan Rizky sudah tiada di belakangnya. "Sayang, Fiya dan Rizky sudah hilang!" kata Viv
Baca selengkapnya
15
Bab 15: Hampir ditabrakRizky berjalan pantas memasuki Gedung Asemka. Matanya meliar mencari kelibat dan keberadaan Safiyya. Sudah sepuluh menit Rizky mencari gadis itu tetapi dia tetap gagal untuk menemukan Safiyya. Butir peluh mula menghiasi dahi Rizky. Dengan kasar, dia mengesat peluh di dahinya sebelum butiran peluh itu menetes jatuh. "Ke mana sih gadis itu pergi? Apa jangan-jangan ada perkara buruk sudah terjadi padanya? Ya Allah, lindungilah gadis aneh itu dari bahaya. Biarpun aku tidak suka sama sikapnya yang gila itu tapi kalau sampai terjadi apa-apa padanya, aku bisa dibunuh sama Papa. Aku masih mau hidup, Tuhan." ucap Rizky dengan nada memelas. Rizky mula berkacak pinggang. Pikirannya buntu dan dia sudah habis pikir di mana lagi dia perlu mencari keberadaan Nona Safiyya itu. Tiba-tiba hidungnya menangkap bau parfum yang sangat dia kenal. Bau parfum itu semakin lama semakin kuat dan saat itu juga, matanya menang
Baca selengkapnya
16
Bab 16: Kembali bertemu Vivian❤️Di tempat parkir mobil, Vivian terus menghampiri Safiyya dan meninggalkan Robert. Rizky pula menghampiri Robert untuk mengobrol dengan lelaki itu. "Fiya! Tadi kau ke mana aja? Aku pikir kau berada di belakangku. Tiba-tiba kau hilang. Malah, Rizky juga turut menghilang. Apa jangan-jangan kalian mau berjalan-jalan berdua lalu meninggalkan aku sama Robert? Jujur padaku. Kalian berkencan secara rahasia, kan?" tuduh Vivian dengan nada mengusik. "Kau yang meninggalkan aku, Vivy. Aku sepatutnya sadar bahwa pasangan suami istri seperti kau dan Robert perlukan privasi. Jadi, aku  tidak perlu mengikuti kalian berlibur di sini. Lebih baik aku berehat di kamar hotel aja." balas Safiyya.Gadis itu masih merajuk dengan sikap Vivian terhadapnya. Vivian memeluk sisi tubuh Safiyya. "Aku mohon maaf, ya Fiya. Tadi aku terlalu bersemangat sekali saat berbelanja di
Baca selengkapnya
17
Bab 17: Masjid IstiqlalMereka sudah tiba di China Town Market. Vivian dan Robert sudah melangkah turun dari mini van tetapi Safiyya masih tetap duduk membatu di kursi penumpang di sebelah Rizky. Kelakuan aneh Safiyya itu mengundang rasa ingin tahu dalam diri Rizky. Namun, lelaki itu tidak mahu jika Robert menganggap pertanyaannya itu nanti sebagai satu cara untuk mendekati Safiyya sehingga memberi harapan palsu kepada gadis itu. Jadi, lelaki itu berkeputusan untuk bertanya dengan nada paling dingin yang boleh dia ucapkan. "Kamu kenapa? Apa kamu tidak mau turun?" tanya Rizky dengan nada dingin tanpa melihat wajah Safiyya. Kedinginan dalam nada suara Rizky membuat Safiyya menatap Rizky dengan tatapan aneh. Dia keliru dengan perilaku Rizky yang sering berubah-rubah. Safiyya merasa lelaki itu sengaja memandang ke depan untuk mengelakkan mereka bertemu pandang seolah-olah jijik untuk menatap wajah Safiyya. Safiyya mend
Baca selengkapnya
18
Bab 18: NekatHani Alisya sedang berbaring dalam posisi meringkuk di atas kasur. Tubuhnya terlindung dalam selimut tebal. Dia mengubah posisi tidurnya menjadi posisi telentang. Matanya terbuka luas merenung siling kamar. Kepalanya sudah tidak pening lagi. Pikirannya sudah jernih dan emosinya lebih stabil dibanding semalam. Dia melihat ke dalam selimut. Hatinya lega setelah dia melihat tubuhnya berbalut pajamas (baju tidur). Dia segera bangun dari pembaringan dan turun dari kasur menuju ke pintu kamar. Belum sempat dia mahu menyentuh tombol pintu, pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Orang itu tidak lain adalah Arvin Rafael, pemilik cintanya. Hani hanya berdiri tegak di situ saat matanya menangkap sosok tubuh Arvin, satu-satunya lelaki yang dia cintai. Hani hanya membiarkan saja ketika lelaki itu mendatanginya lalu memeluk tubuhnya dengan erat. Entah mengapa, hatinya merasa sebak secara mendadak saat ini. Air mata yang berkumpul di pelupuk mat
Baca selengkapnya
19
Bab 19: Peristiwa Yang Memalukan. Safiyya masuk ke dalam toilet wanita. Saat dia membuka celana dalamnya, dia melihat sesuatu yang membuatkan matanya terbuntang luas. 'Ya Tuhan, aku datang 'bulan' (menstruasi atau haid). Aduh, aku terlupa untuk membawa pembalut. Bagaimana nih? Aku tidak boleh keluar dari sini. Celana aku juga sudah kotor dengan kesan darah.' batin Safiyya. Jika ditanya apa perasaan Safiyya kala itu, sudah pasti rasa takut, cemas dan gelisah bercampur menjadi satu perasaan. Akal pikirannya sudah menemukan jalan buntu. Ya, Safiyya tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan pada siapa dia harus meminta pertolongan. Lebih malang lagi, tiada orang yang masuk ke dalam toilet ketika itu. "Oh iya. Aku harus menelepon Vivy sekarang dan bertanya kepadanya apa dia ada membawa pembalut dalam tas yang dia tinggalkan di dalam mini van." kata Safiyya dengan perlahan. S
Baca selengkapnya
20
Bab 20: Lelaki yang berbudi. "Oke. Aku mengerti. Aku tahu aku salah sama kamu. Dari kata-katamu barusan aku bisa menebak bahwa kamu sudah lama menyimpan kemarahan terhadap perilaku aku. Jadi, aku mohon maaf kepadamu. Kamu bisa saja melunasi hutang bicara kasar terhadapku. Tapi, aku mohon kepadamu Rizky. Selesai sholat Zuhur, tolong ambilkan tas Vivian dan hantar kepadaku. Aku menunggumu di sini. Aku tutup panggilan ini dulu." ujar Safiyya. "Aku…" Belum sempat Rizky menghabiskan kata-katanya, Safiyya telah menamatkan perbualan mereka dengan mematikan panggilan telepon. "Gadis ini selalu bersikap aneh dan persis seperti anak-anak yang suka merajuk. Sebelum dia memberitahu Papa atau Vivy soal ini, lebih baik aku pergi menolongnya." kata Rizky sebelum menuju ke tempat parkir mobil. Setelah Rizky berjalan dengan cepat dan sesekali dia berlari, akhirnya dia sampai di tempat p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status