All Chapters of Sangkar Pernikahan: Chapter 21 - Chapter 30
157 Chapters
21. Mengancam Renata
Mata Langit mencari keberadaan Danas tetapi tidak menemukan keberadaan wanita itu. “Tuan, mencari Nyonya?” tanya seorang maid seakan tahu apa yang tengah dicari oleh Langit. “Nyonya telah berangkat ke kampus, dia membuatkan sarapan untuk Tuan,” tambah Maid sambil melihat ke arah meja. Langit menganggukan kepala sambil memberikan isyarat wanita itu pergi. Sangat jarang, dia melihat Danas di pagi hari, wanita itu seakan menghindar darinya. Dan, mungkin akan terus menghindarinya, mengingat dia telah memaksa wanita itu untuk melayani. Tidak ada satu kalimat yang keluar dari mulut Langit saat menikmati hidangan itu. Hingga, terdengar suara derapan langkah kaki menuju ke arahnya. “Sayang. Aku menghubungimu tapi kau tidak mengangkat teleponku.” Suara Renata terdengar menghampiri Langit yang tengah makan. Dia duduk tanpa menunggu Langit memerintahkannya, bahkan menyambar makanan yang tengah dimakan oleh pria itu. “Aku belum sarapan, kau tidak mengangkat teleponku.” Langit sama sekali tida
Read more
22. Aku Akan Menghancurkanmu Danas
Renata begitu kesal karena Danas mulai berani untuk menentangnya. Apalagi sampai mengancamnya. “Siapa dia, berani-beraninya mengancamku? Sialan.”Perempuan itu mengumpat. Wajahnya terlihat merah padam. Matanya menyimpan dendam yang luar biasa. Dia tak akan pernah membiarkan orang lain melawannya.Renata pulang ke apartemennya. Dibukanya pintu dengan kasar lalu dibantingnya. Suaranya berdebam membuat kaget yang mendengarnya. Renata tak peduli.Dilemparkannya tas yang berada di tangannya dengan sembarangan dan mendarat di atas ranjang. Renata lalu berjalan ke arah wastafel dan mencuci wajahnya.Berulangkali dia mencuci wajah dan membasahi rambutnya, berharap kekesalannya pada Danas hilang. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bayangan Danas mengancam dirinya berseliweran di kepalanya tanpa jeda.“Aaaarrghh. Sial!”Renata kembali berseru keras. Satu tangannya tak sadar memukul kaca yang tergantung di depan wastafel. Retak. Pecah. Tangan Renata berdarah.Namun, Renata tak memperdulikann
Read more
23. Aku Tak Mengenalnya
Danas hanya bisa tegar dengan apa yang tengah dihadapinya. Bohong kalau Danas hidupnya baik-baik saja. Nyatanya dia seperti terjepit keadaan. Kini seolah ada dua kubu yang terus menyerangnya dari dua arah.“Seandainya aku bisa memilih, ingin rasanya aku pergi ke tempat yang jauh agar tak bertemu dengan orang-orang yang terus menekanku ini,” ucap Danas dalam hati.Saat itu, dia sedang masuk di kampus dan membayangkan akan bertemu dengan Renata. Memikirkannya saja sudah membuat kepalanya pusing dan langkah kakinya terasa berat.Gerbang kampus tampak menjulang tinggi dan angkuh. Mahasiswa berseliweran keluar masuk sambil bercanda dengan teman-temannya. Danas merasa iri. Mereka terlihat tak memiliki beban kehidupan yang berat seperti dirinya.“Seandainya aku bisa seperti mereka, hidup bebas tanpa beban. Ugh!”Danas mengeluh tapi cepat-cepat dia menarik nafas dan berusaha untuk menegarkan dirinya. Tak ada gunanya pula terus meratapi nasib.Mengikuti jadwal perkuliahan yang padat membuat Da
Read more
24. Ceraikan Dia Untukku
Sepulang dari kantor, Langit tidak langsung pulang ke rumah tetapi dia memilih untuk pergi ke apartement Renata. Malam belum terlalu larut ketika mobil yang dikendarai Langit sampai di basement parkiran.Malik memarkir mobilnya di tempat yang agak tersembunyi. Dia memilih lokasi di ujung dan terlindung oleh tiang-tiang basement. Tentu ada maksudnya Langit melakukannya. Dia tak ingin diketahui sedang berada di tempat itu.Apartement yang menjadi tempat tinggal Renata dikenal sebagai apartement yang kurang bersih namanya. Banyak transaksi prostitusi terselubung yang sering digerebek di sana. Meski begitu, para penghuni sama sekali tak jera.Langit ke luar dari dalam mobil setelah dia mematikan mesin dan memasang kunci stang. Pengamanan berlapis dia lakukan, karena takut mobilnya jadi korban jarahan tangan-tangan jahil. Tingkat kriminalitas lain di tempat itu juga terkenal cukup tinggi.“Ah, Renata, kenapa pula kau pilih tempat jelek begini? Sebenarnya malas setiap kali aku ke sini,” kel
Read more
25. Melakukan Tugas Sebagai Istri
Lewat tengah malam Langit keluar dari apartemen Renata. Kekasihnya itu sebenarnya memintanya untuk menginap sampai pagi, tetapi Langit beralasan besok pagi-pagi sekali dia harus kembali bekerja.“Sayang, aku kan masih kangen. Kanapa buru-bur banget sih?” tanya Renata cemberut. Tubuhnya yang hanya berbalut handuk tipis menggelayut manja memeluk Langit dari belakang. Kedua tangannya melingkar di pinggang Langit seolah tak ingin melepaskannya.“Don’t worry, babe. Besok aku ke sini lagi. Aku nggak mau buru-buru aja, besok pagi aku ada meeting pagi-pagi. Kalau aku menginap di sini besok aku bisa telat.”Alasan Langit bisa diteriman oleh Renata. Kalau sudah alasan pekerjaan, sudah pasti dia tak bisa melawannya. Pekerjaan dan juga kekayaan yang dimiliki oleh Langit tentu saja menjadi alasan utama Renata ingin mendapatkan lelaki itu.“Janji ya, besok ke sini lagi. Aku selalu kangen dan rasanya kesepian kalau kamu tidak ada di sini,” ucap Renata sembari mengendurkan pelukannya. Langit berbalik
Read more
26. Dicegat Preman
Pagi hari, di hari senin.Danas lebih awal bangun dari hari-hari berikutnya karena ini adalah hari di mana dia pergi ke pasar untuk berbelanja. Sebelum pergi ke pasar, Danas membuat list daftar belanjaan terlebih dahulu.Dengan telatennya, wanita itu memeriksa lemari pendingin penyimpan makanan untuk mencatat barang-barang yang sudah habis dan perlu di beli lagi. Langit termasuk cerewet urusan makanan. Dia membuat aturan agar makanan atau minuman kesukaannya selalu tersedia di dalam kulkas.“Stock buah untuk membuat jus sudah menipis, aku harus membelinya lagi,” ucap Danas sambil menuliskannya di dalam note handphonenya.Setelah itu, dia juga memeriksa lemari penyimpan snack kering. Beberapa toples terlihat tinggal separuh. Stock camilan seperti kacang almond panggang juga sudah habis. Danas kembali mencatatnya.Seorang maid mendekati Danas saat melihatnya sibuk. Dia menawarkan diri untuk membantunya. “Pagi, Nyonya. Apakah ada yang bisa dibantu?”“Eh, iya Bi Surti. Aku sedang membuat
Read more
27. Perkenalan Jagad dan Danas
“Cepat, serahkan uangmu!”Seorang preman membentak sambil mencoba menarik tas tangan yang dibawa oleh Danas. Tentu saja Danas tak mau menyerahkannya. Terjadilah tarik-tarikan tas di antara mereka.Dua temannya ikut mendekat, bermaksud membantu temannya. Namun, saat mereka mendekati Danas dan mengamati wajahnya yang jelita terbitlah niat buruk. Keadaan di sekitar tempat itu sangat sepi, tidak ada orang yang berlalu lalang dan tak jauh dari sana ada gerumbul semak.Seorang preman mencoba mendekat Danas dan mulai memegang-megang bagian tubunya. “Duh, sayang sekali kalau secantik ini hanya dibiarkan lewat saja,” ucapnya dengan pandangan yang menakutkan.Dua preman yang lain mengerti apa yang ada di pikiran temannya itu. Mereka seolah sepakat untuk menggarap mangsanya. Ketiganya mulai memepet Danas dan berusaha memojokkannya. “Sudah cantik, harum lagi. Ayo sini mendekat padaku, kita bermain dulu!”Ketiga preman mulai
Read more
28. Langit Khawatir
Langit sedang sibuk di meja kerjanya. Setumpuk berkas belum diperiksa dan harus segera di tandatanganinya. Sementara pada saat yang sama dia juga harus melakukan meeeting online dengan para koleganya terkait proyek terbaru mereka.Pintu ruangan Langit tiba-tiba diketuk. Lelaki itu mendongakkan kepalanya dan melihat siapa yang datang. Ada Marvin di depan pintu. Sepertinya dia datang untuk berita yang penting. Langit menyuruhnya untuk segera masuk.“Ada, Marvin? Laporkan saja, singkat padat dan jelas. Aku sedang sibuk banget.” Begitu titah Langit tanpa mengalihkan pandangannya dari pekerjaannya.Marvin menarik kursi di seberang meja Langit dan duduk di sana. Dia segera membuka ponselnya dan menunjukkan foto-foto Danas yang sedang berada di rumah sakit.“Ada sedikit masalah di rumah, Pak.” Marvin melaporkan dengan mimik muka yang santai. Baginya itu juga bukan kasus yang luar biasa, karena terjadi pada Danas.“Hmm, ada apa?” Langit menanggapi masih dengan acuh tak acuh. Dia sendiri jika
Read more
29. Langit Tidak Mungkin Khawatir
Sepulangnya dari kampus, Danas diberitahu oleh Bi Surti jika Langit tadi datang ke rumah. Dia menanyakan mengenai mereka dihadang oleh preman saat pulang dari pasar. Danas baru masuk dan bermaksud mengambil air minum ketika maid itu menghampirinya.“Nyonya, tadi Tuan Langit pulang ke rumah. Dia cari, Nyonya.”Ucapan Bi Surti membuat Danas yang sedang meminum air tersedak. Dia buru-buru batuk dan mengatur nafasnya. “Apa? Tuan pulang. Cari aku?”“Ya, Nyonya. Tuan tahu kalau tadi kita ketemu dengan preman dan nyaris celaka.”“Aduh, kok bisa tahu sih?” Kini Danas yang merasa kurang suka karena segala informasi tentangnya akan sampai di telinga Danas. Lelaki itu selalu mengawasinya di mana saja.“Sepertinya Tuan tahu dari Marvin.” Bi Surti mengatakan itu karena dia lihat Langit datang ke rumah bersama dengan Marvin.Danas lantas menghela nafas dan duduk dengan lesu. Hari ini rasanya sangat melelahkan. Jiwa dan raga, ada saja kejadian tak terduga yang dialaminya. Saat mendengar kalau Langi
Read more
30. Langit Mempertanyakan Alasan Danas Tidak Memberitahunya
“Kenapa kamu tidak mengatakan padaku jika kamu disergap preman kampung itu?” tanya Danas seraya mendekat ke arah Danas. Tatapan matanya dalam dan menakutkan. Danas buru-buru bangkit dari tempat duduknya dan menunduk. Dia tak berani membalas mata Langit. Dia menoleh ke arah Bi Surti tapi perempuan itu sudah menghilang di balik pintu dapur. Langit berjalan semakin dekat hingga berdiri persih di depan Danas. Tubuhnya yang lebih tinggi dari Danas seolah bersiap mengancam dan membuat wanita itu tak berkutik. Danas merasa nyalinya semakin menciut. “Hei, aku tanya. Kau punya telinga tidak? Jawab!” Danas mulai membentak, suaranya kerasa hingga membuat Danas terperanjat kaget. Namun, mulut Danas masih terkunci rapat. Dia tak mau menjawab pertanyaan dari Langit. Dia bahkan membuang muka, tak sudi kontak mata. Melihat kelakuan Danas yang hanya bisa diam membuat amarah Langit mulai tersulut. Dengan kasar, dipegangnya dagu Danas lalu ditengadahkan. “Kamu nggak dengar aku bicara hah?!” Danas
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status