Semua Bab Sangkar Pernikahan: Bab 11 - Bab 20
157 Bab
11. Sesaat Terpesona
Danas terisak sejenak, dia menangis tanpa suara. Bagaimana rasanya menangis tanpa suara? Begitu menderita, hati masih menyimpan begitu banyak penderitaan di dalam hati, sedangkan tidak ingin ada yang tahu jika diri kita begitu menderita. Dirinya yang ada di dalam cermin, sangat jelas terlihat jika dia begitu rapuh. “Oh tidak, aku membuat make upnya rusak,” pekiknya sambil celingak-celinguk mencari tisu. Karena tidak menemukan tisu, Danas mencoba untuk menyeka air matanya menggunakan tangan. “Oh tidak, kau merusaknya,” pekik Mike yang melihat hal itu, kemudian buru-buru mendekat. “Kenapa? Apa kau berkeringat? Jangan menyekanya dengan tangan. Tunggu sebentar, aku akan mengambilkan tisu untukmu.” Pria itu bergegas keluar ruangan mengambil tisu. “Kapan selesai? Kenapa kau membuatku begitu lama.” Langit tengah duduk menyilangkan kaki dan tangannya. Kini matanya tengah menatap ke arah Mike. “Sabar sedikit lagi. Kau akan mendapatkan hasil yang sempurna, tuan Langit. Aku janji, kau aka
Baca selengkapnya
12. Sedikit Perasaan Aneh
Mobil Langit berhenti di depan sebuah gedung, dengan beberapa orang yang siap untuk menyambutnya. Langit menatap Danas, membuat tubuh gadis itu menegang. Seakan perlakuan pria itu padanya, membekas, dan membuat tubuhnya bereaksi ketika pria itu mengeluarkan suara berat miliknya. “Ingat, jangan lakukan sesuatu yang membuatku malu, atau kau tahu akibatnya,” ancam Langit. Danas mengangguk pelan. “Bagus, jadilah anak baik, atau kau akan tau akibatnya,” bisik Langit, lagi-lagi membuat Danas merinding dengan kalimat terakhir yang diucapkan Langit. Seseorang telah membuka pintu mobil, membuat Langit turun lebih dulu. Pria itu, seketika berdiri di dekat pintu mobil, sambil mengulurkan tangannya. Ada keraguan ketika Danas mencoba untuk meraih tangan kekar itu, bahkan Langit tersenyum padanya, membuatnya sedikit takut. Dia jelas tahu jika pria itu terpaksa tersenyum, untuk menutup segalanya, dan tidak ingin mendapatkan gosip tentang hubungan mereka yang tidak baik-baik saja. Langit memberik
Baca selengkapnya
13. Sentuhan Bibir
Mata Danas membulat, ketika ada sentuhan lembut dilehernya. Pria yang tengah memeluknya mempererat pelukannya, membuatnya tidak bisa bergerak. Hanya beberapa saat saja, hal itu terjadi kemudian Langit mencoba menjauhkan diri dari gadis itu dengan mendorong tubuh Danas, kemudian menariknya kembali agar masuk ke dalam pelukannya. “Apa kau sedang menggodaku?” tanya Langit. “T-tidak, aku tidak menggodamu.” “Tapi kenapa kau—“ Melihat Danas yang tengah tertunduk karena takut, membuat Langit mendengkus pelan. Ada ego yang membuatnya tidak menerima jika dirinya yang tergoda namun lagi-lagi dirinya tidak ingin mengakui hal itu. Ada rasa candu yang tengah mengebu di dasar hatinya, aroma tubuh Danas seakan tengah memikatnya untuk mencicipi tubuh ini. “Sial, kenapa dia menggodaku. Aroma tubuhnya begitu membuatku nyaman,” umpatnya. Suasana ruangan masih gelap, dengan alunan piano yang masih berlanjut, dansa pun masih belum selesai. Beberapa orang telah ikut bergabung di lantai dansa, sedang
Baca selengkapnya
14. Terlalu Ego
“Apa yang kalian bicarakan?” Danas melihat ke arah pria yang tengah berada di sampingnya. Ada sedikit ketakutan di mata Danas ketika Langit bertanya padanya. “Apa kau tiba-tiba bisu, setelah tertawa begitu puas saat bersama gadis itu?” “Alexa Amareta—namanya.” “Jadi namanya Alexa.” Langit mengangguk pelan. “Dia hanya menceritakan hal lucu, itu saja.” Langit menatap gadis yang bersamanya itu, seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Danas. Tatapan penuh menyelidiki. “Dia bertanya, kapan kita bertemu dan jatuh cinta tapi aku tidak menjawabnya.” “Sudah kuduga, dia pasti mendekatimu untuk bertanya hal seperti itu. Jangan bertemu dengannya lagi, dia memiliki niat buruk untuk mencari tahu tentang hubungan kita.” Danas menunduk sejenak, kemudian menoleh ke luar jendela. Perkataan Langit, menyadarkannya satu hal, jika hubungan mereka tidak layak untuk dipublikasikan pada banyak orang. Menjadi istri seorang Langit, adalah sebuah masalah untuknya, dia pun tahu itu. Di luar
Baca selengkapnya
15. Aku Tidak Membunuh Adikmu
“Datang ke kantorku!” Pesan yang baru masuk itu, membuat tangan Danas bergetar apalagi ketika sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Mobil Toyota corolla Altis berwarna hitam tepat berhenti di depannya. Seseorang keluar dari dalam mobil, dan membuka pintu mobil untuknya. Pria yang membuka kan pintu sedikit membungkukan badan menyambutnya. “Tuan sedang menunggu di kantor.” Tatapan terkejut terlihat di raut wajahnya, bagaimana tidak dia tidak pernah dijemput oleh sopir setelah keluarganya bangkrut. Sejenak dia melirik ke arah sekitarnya, beberapa orang memandanginya dengan tatapan tidak senang. Sejak orang tuanya, dinyatakan bangkrut, dan perusahaannya diambil alih oleh Neha’v Group, bully-an diterima olehnya. Orang-orang memandangnya rendah, yang bertahan dan masih bersahabat dengannya adalah Davina. Danas hanya bisa menghela nafasnya ketika masuk ke dalam mobil. “Besok, jangan menjemputku di tempat ramai, aku tidak mereka melihatku seperti itu lagi.” “Maafkan aku Nyonya, aku
Baca selengkapnya
16. Tidak Baik Menangis Sendirian
“Datang ke kantorku!” Pesan yang baru masuk itu, membuat tangan Danas bergetar apalagi ketika sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Mobil Toyota corolla Altis berwarna hitam tepat berhenti di depannya. Seseorang keluar dari dalam mobil, dan membuka pintu mobil untuknya. Pria yang membuka kan pintu sedikit membungkukan badan menyambutnya. “Tuan sedang menunggu di kantor.” Tatapan terkejut terlihat di raut wajahnya, bagaimana tidak dia tidak pernah dijemput oleh sopir setelah keluarganya bangkrut. Sejenak dia melirik ke arah sekitarnya, beberapa orang memandanginya dengan tatapan tidak senang. Sejak orang tuanya, dinyatakan bangkrut, dan perusahaannya diambil alih oleh Neha’v Group, bully-an diterima olehnya. Orang-orang memandangnya rendah, yang bertahan dan masih bersahabat dengannya adalah Davina. Danas hanya bisa menghela nafasnya ketika masuk ke dalam mobil. “Besok, jangan menjemputku di tempat ramai, aku tidak mereka melihatku seperti itu lagi.” “Maafkan aku Nyonya, aku
Baca selengkapnya
17. Kepulangan Renata
Danas tidak pernah melihat pria yang menegurnya sebelumnya. “Siapa aku? Kau tidak perlu kau tahu, aku siapa. Em, dan kenapa aku ada di sini karena melihat gadis cantik memasang wajah seperti ingin mengakhiri hidupnya, apalagi lewat tangga darurat. Kupikir kau akan bunuh diri. Itu, tidak akan baik jika kau bunuh diri di sini.” “Sebaiknya kau tidak perlu ikut campur urusan orang lain,” ucap Danas ketus, kemudian memilih untuk pergi dari sana sedang pria itu hanya menggaruk kepala yang tidak gatal. “Apa aku melakukan kesalahan?” tanyanya kemudian melangkah keluar dari pintu tangga darurat. Langit menghentikan langkah kaki saat melihat pria yang baru saja keluar itu. “Jagad, sedang apa kau di sini? Dan, apa yang kau lakukan di sana?” tanya Langit yang baru saja keluar dari dalam ruangannya. “Menyapa teman,” jawab pria itu dengan santai. “Dan, itu—hanya penasaran pada wanita cantik yang ada di sana, kupikir dia akan bunuh diri jadi aku mengikutinya tapi dia mengabaikanku.” Langit men
Baca selengkapnya
18. Jelaskan Padaku
Renata seakan dihujam oleh ribuan batu ketika mendapatkan kenyataan jika Danas menikah dengan kekasihnya-Langit. Rasa menyesal meninggalkan Langit kini membuatnya frustasi. “M-mereka menikah?” batin Renata bertanya. Ia menatap Danas dengan intens, ia benci wanita itu. Mimpi buruknya selama ini menjadi kenyataan. Dadanya terasa sesak, emosinya meluap membuat rasa benci pada Danas semakin menjadi-jadi. Posisi yang dia inginkan selama ini, kini ditempati oleh orang lain. Keadaan begitu mencengkam, Danas memilih diam. Ia adalah korban di sini, tetapi semua orang menyalakannya. “Semua ini salahmu,” tuduh Renata membuat Danas melihat ke arahnya. “Kau membuatku tidak bisa menikah dengan Langit, kau mengambil posisi yang harusnya kumiliki,” ucap Renata lagi emosi. “Kita bicarakan ini nanti, biar aku antarkan kau pulang,” ucap Langit menarik tangan Renata kemudian dihempas kasar olehnya. “Tidak. Kau harus jelaskan apa yang terjadi. Kenapa kau bisa menikahi wanita ini. Kenapa?” Renata seda
Baca selengkapnya
19. Ketakutan Renata
“Diam kau jalang!” bentak Renata. “Jangan memasang wajah polosmu itu. Sangat menjijikan dengan apa yang kau lakukan.” Tamparan serta umpatan itu mengundang beberapa orang menyaksikan apa yang tengah terjadi di antara mereka. Danas menyentuh pipi yang baru ditampar oleh Renata, terasa perih. Entah apa yang membuat Renata berubah menjadi begitu membencinya, bahkan dia sendiri tidak lagi tertarik dengan Langit. “Kau telah mengambil apa yang harusnya menjadi milikku,” ucap Renata geram. Dia ingin menampar Danas sekali lagi tetapi dihentikan, begitu banyak yang melihat apa yang mereka lakukan. “Aku tidak mengambilnya darimu, dia yang memaksaku menikah,” bela Danas. Apa yang dia katakan memang benar, ia tidak berbohong. Langit sendirilah yang datang serta mengancam orang tuanya. Namun, percuma wanita di hadapannya tidak akan menerima apa yang dia katakan walaupun itu kebenaran. “Memaksa? Kau pikir Langit akan memaksamu menikah dengannya? Kau pasti merayunya,” tuduh Renata. “Kenapa kau
Baca selengkapnya
20. Menyentuh dengan Kasar
Langit baru saja kembali ke rumah, tubuhnya begitu lelah membuatnya segera ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia tertegun sejenak ketika melihat kamar mandi yang dipenuhi oleh lilin aroma terapi yang membuatnya merasa nyaman, bahkan air yang berada di bathtub pun masih hangat. “Apa dia yang melakukannya?” tanya Langit melihat sekelilingnya. Handuk pun berada di sana, serta peralatan mandi sangat lengkap, tidak lupa dengan baju mandi yang berada di sana. Rasa lelah yang menyelimuti tubuhnya membuatnya segera masuk ke dalam bathtub dan menikmati sentuhan air hangat tersebut. Langit sedikit terkejut ketika air yang dipakainya berendam terasa asin, membuatnya ingin segera beranjak dari sana tapi ia mengurungkan niatnya karena rasa lelah dan sensasi yang ia rasakan berbeda dari biasanya. Pakaian mandi berwarna silver dipakainya kemudian melemparkan tubuh kekar di atas tempat tidur, seketika Langit memejamkan mata sesuatu tengah mengganjal dipikirannya. Tubuhnya begitu lelah, tap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status