“Kenapa kamu tidak mengatakan padaku jika kamu disergap preman kampung itu?” tanya Danas seraya mendekat ke arah Danas. Tatapan matanya dalam dan menakutkan. Danas buru-buru bangkit dari tempat duduknya dan menunduk. Dia tak berani membalas mata Langit. Dia menoleh ke arah Bi Surti tapi perempuan itu sudah menghilang di balik pintu dapur. Langit berjalan semakin dekat hingga berdiri persih di depan Danas. Tubuhnya yang lebih tinggi dari Danas seolah bersiap mengancam dan membuat wanita itu tak berkutik. Danas merasa nyalinya semakin menciut. “Hei, aku tanya. Kau punya telinga tidak? Jawab!” Danas mulai membentak, suaranya kerasa hingga membuat Danas terperanjat kaget. Namun, mulut Danas masih terkunci rapat. Dia tak mau menjawab pertanyaan dari Langit. Dia bahkan membuang muka, tak sudi kontak mata. Melihat kelakuan Danas yang hanya bisa diam membuat amarah Langit mulai tersulut. Dengan kasar, dipegangnya dagu Danas lalu ditengadahkan. “Kamu nggak dengar aku bicara hah?!” Danas
Siksaan Langit baru berhenti ketika dia sudah puas melihat Danas diam tertunduk sambil berurai air mata. Dia mendorong tubuh Danas dengan kasar ke atas kasur. “Tidurlah. Kamu harus istirahat biar kamu punya kekuatan lagi untuk melawanku lagi.”Danas tak habis pikir dengan lelaki itu. Sebentar menyiksanya seperti malaikat maut, di lain waktu seolah sengaja mengulur hidupnya agar bisa dijadikan bahan mainannya lebih lama. Psikopatkah dia? Tanpa mempedulikan Danas yang masih menangis tergugu di atas ranjang, Langit meninggalkan Danas tanpa berkata sepatah kata pun. Ditutupnya pintu dengan kasar. Danas dapat mendengar langkah kaki Langit meninggalkan kamarnya. Tak ingin berpikir lagi, Danas memejamkam matanya. Dia ingin tidur, melupakan semua kesedihan dan penderitaan yang dialaminya. Namun, tentu saja, bukan tidur nyenyak yang datang menghampiri Danas. Tetap saja, dalam mimpi pun dia ketakutan dikejar-kejar Langit. Sungguh lelah jiwa dan raganya. Namun, bukan Danas jika esok harinya d
Deg. Mata Jagad maupun Renata membulat mendengar apa yang dikatakan oleh Danas. Tajam dan tepat sekali.Langit menganggap Danas sebagai pembunuh adiknya, sementara pelaku yang sebenarnya adalah … Renata!“Apa ini alasan yang membuat Langit membencinya?” Jagad membatin. Saking terkejutnya dengan fakta yang baru didengarnya itu, Jagad sampai menahan nafasnya untuk beberapa saat. Dia mencerna apa yang sesungguhnya terjadi.Jika memang itu yang benar terjadi, alangkah salah dan bodohnya Langit. Dia sudah menjatuhkan hukuman pada orang yang tak bersalah sekaligus membiarkan dirinya masuk ke dalam dekapan sang pembunuh yang asli.Jagad mengusap wajahnya, mencoba menyadarkan dirinya kalau telinganya benar mendengar dan matanya tak salah melihat. Dia menjadi saksi mata atas kebenaran yang terungkap.Bermacam perasaan dan prasangka kini campur aduk di hati dan pikiran Jagad. Semuanya itu membuat tubuhnya menegang, kaku dan tak tahu harus berbuat apa. Untuk sementara, Jagad hanya bisa diam di t
Danas terkejut dengan kehadiran Jagad yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. Sudah pasti dia juga khawatir kalau apa yang dibicarakannya dengan Renata didengar oleh lelaki itu.Jagad justru menatap Danas lebih lama sebelum dia menjawab. Jagad ingin mengukur kira-kira bagaimana reaksi Danas kala tahu dia memang mendengarkan semuanya.“Ya, maaf. Aku tak sengaja mendengar pembicaraan kalian,” ucapnya lunak.Mata Danas seketika kembali membulat mendengar pengakuan dari Jagad. Apa yang dibicarakannya dengan Renata bukanlah gurauan tetapi sebuah rahasia besar.“Danas, kamu tak bisa hanya diam dan pasrah begitu. Kau harus ungkapkan kebenaran itu. Aku akan katakan pada Langit kalau kamu tidak bersalah!”Sengit suara Jagad seraya kembali mengeluarkan ponselnya. Jagad ingin mengatakan pada Langit apa yang dengar olehnya. Jemari Jagad bergerak membuka layar ponselnya tapi buru-buru ditahan oleh Danas.“Jangan! Aku harap kau tak melakukannya.” Danas melarangnya. Tatapan matanya nanar seteng
Jagad duduk di ruang tamu setelah kembali setelah selesai pulang dari rumah sakit. Dia masih belum menghilangkan pikiran mengenai kenyataan yang baru saja diketahuinya. Siapa yang tidak shock mengetahui sebuah rahasia besar? Apalagi ini menyangkut nyawa orang. “Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Aku nggak mungin cuma diam saja,” gumam Jagad. Dia sangat gelisah. Membuka sebuah kebenaran terkadang sama sulitnya dengan menutupi kebohongan. Jagad kembali teringat pada Danas. Wanita seperti dia harus mengalami kejadian pahit dan menanggung hukuman yang bukan salahnya. Jagad sampai mempertanyakan takdir yang diranya tak adil. “Tidak. Aku tak bisa hanya tinggal diam begini. Aku harus melakukan sesuatu untuk menolongnya,” ujar Jagad seraya meraih kembali ponselnya. Dia melihat layar ponselnya beberapa kali, bahkan mengetik pesan untuk Langit tetapi dihapusnya kembali. “Aku harus memberi tahu Langit. Bodoh sekali dia jika tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Alangkah berdosanya aku jika
Jagad terdiam mendengar perkataan Davina. Dia merenung lama setelah Davina pergi dan masuk ke dalam kamarnya sendiri. Tentu saja Jagad masih memiliki akal waras, dia tahu kalau Danas adalah istri orang. Dia tidak mau disebut sebagai seorang perebut bini orang.“Apa kata dunia?” batin Jagad. Dia sadar kalau dengan segala apa yang kini dimilikinya, dia bisa mendapatkan hati wanita mana saja.Jagad seorang lelaki yang pintar, kaya dan memiliki pekerjaan yang bagus. Siapa wanita yang tidak tertarik kepadanya? Namun, entah mengapa sampai sekarang Jagad masih memilih untuk sendirian saja.Segalanya seolah berubah ketika dia bertemu dengan Danas. dia tidak bisa mengabaikan wanita itu begitu saja. Walaupun akhirnya dia menelan kekecewaannya ketika tahu Danas sudah berstatus seorang istri.Terlebih suaminya bukan orang lain melainkan Langit, sahabatnya sendiri. Tidak mungkin dia merebutnya. Berkali-kali Jagad mengajak rambutnya. Dia ingin bisa mengabaikan dan melupakan keberadaan Danas dari ke
“Pokoknya, Kak Jagad jangan dekati dia lagi kalau tidak mau terkena masalah!” “Kau pikir, kakakmu ini bodoh?” “Ya. Tapi kau mau jadi pria bodoh jika menganggu hubungan pernikahan orang. Sebaiknya, perasaanmu hilangkan saja.” Jagad terdiam sesaat. “Hilangkan, ya?” “Ya, hilangkan. Jangan terlibat hubungan apapun dengan wanita itu. Ah, bagaimana jika kucarikan wanita buat kencan buta denganmu?” “No! Tidak perlu. Jangan lakukan hal gila.” Jagad segera beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Davina yang masih tengah sarapan. Sepanjang jalan menuju rumah sakit, Jagad masih memikirkan mengenai perkataan sang adik. “Tapi, aku terlanjur tertarik padanya.” Pikiran Jagad cukup gila. Dia tahu jika seharusnya dia tidak tertarik pada Danas. Wanita itu adalah milik Langit. Namun, dia tidak bisa memungkiri jika dirinya sendiri tertarik. “Aarrgh … Bisa gila aku. Bagaimana bisa aku tertarik pada wanita yang telah beristri. Jagad. Kau harus sadar, dia istri sahabatmu.” Dia cukup frus
Jagad menatap tajam ke arah Langit. “La, kenapa kau tidak menyelidiki kembali mengenai kasus kematian Amaira?”Pertanyaan itu membuat raut wajah Langit berubah. “Jika aku melakukan penyelidikan ulang mengenai kasus Amaira, apa kau pikir akan ada yang berubah? Apa menurutmu, pelakunya akan berubah?”“Ya. Mungkin saja hasilnya berbeda.”“Vedio yang ditunjukan oleh Renata itu lebih dari cukup membuatku tahu siapa pembunuh dari Amaira.”“Terasuk tahu mengenai istrimu dan Amaira bersahabat dengan Renata?”Langit terdiam. Dia tidak pernah mendengarkan Renata menyebutkan jika dia bersahabat dengan Danas dan Amaira. “Kau tahu dari mana?”Helaan napas Jagad terdengar. “Ternyata kau tidak tahu jika mereka bersahabat saat SMA,” ucap Jagad pelan.“Bagaimana kau tahu?”Jagad tersenyum. “Kenapa kau tidak mencaritahunya sendiri, Lang. Aku tidak ingin mengatakan padamu karena takut kau akan salah paham denganku. Kau bisa mencaritahunya. Selain, istrimu, Danas dan juga Renata, ada satu sahabat mereka