Semua Bab KELAMBU MERAH JAMBU : Bab 21 - Bab 30
169 Bab
Move On
Klik, klik, klik!Seperti biasa, aku mengunci pintu kamar sampai pol, meskipun tahu kalau Kenzy sedang nggak ada di rumah. Nggak, aku nggak mau kecolongan lagi, dalam bentuk apapun. Cukup yang sekali itu, waktu demam. Titik. By the way, mengapa hari itu Kenzy bersikap sangat baik terhadapku, ya? Padahal kan, ada Marcella?  Haha. Haha. Sekarang semakin sadar kalau diri ini masih terlalu polos, lucu dan unyu-unyu untuk hidup bersama Kenzy. Tentu saja dia bersikap sebaik itu, Anyelir Nuansa Asmara. Karena dia perlu kain yang tebal, panjang dan lebar untuk menyembunyikan hubungannya dengan Marcella. Haha. Haha. Siapa sangka kalau ternyata dengan EVH juga? Elize Van Harry.  Oooh, my God! 
Baca selengkapnya
Anyelir Palace
'It is wonderful,' batinku, setelah selesai menata ulang bingkai-bingkai foto, rak buku dan juga meja belajar, 'Anyelir's Palace!' Foto Mama, Papa dan aku waktu bayi, tetap kugantung di atas meja belajar. Bagiku, itu foto kami yang paling romantis. Mama dan Papa sama-sama sedang mencium sayang pipiku. Kata Papa, aku baru berumur tiga bulan, waktu itu. Tapi sungguh, aku terlihat mirip Mama, lho. Ya, yaaahhh, kata orang-orang sih, sampai sekarang juga mirip Mama. Hihi. Beruntungnya diriku, bisa mewarisi kecantikan Mama. Eh, tapi pada dasarnya aku memang anak Mama dan Papa. Hehe. Wajah, kulit dan jenis rambut, mirip Mama. Nah, perawakan mirip Papa. Adil, kan? 
Baca selengkapnya
Demi Papa Tercinta
Betapa makan malam yang sempurna. Luar biasa. Sudah jam delapan malam tepat namun Kenzy belum juga pulang.  Padahal, aku sudah menyiapkan pecel plus ayam bacem kesukaannya. Lengkap dengan tahu, tempe dan rempeyek kacang, sesuai dengan request yang tertempel di pintu lemari pendingin. Biasanya sih, Kenzy selalu on time, kalau sudah request. Nggak pernah absen sekali pun. Paling nggak, memberi kabar lah, kalau mau absen karena ada acara mendadak.By the way, apakah aku benar-benar memasak semua request Kenzy itu sendiri? Jawabannya, nggak. Bumbu pecelnya, aku beli di toko Indonesia pekan lalu. Jadi, tadi tinggal menyeduh dengan air panas, deh. Sesuai dengan petunjuk penyajian. Hehe. Nah, kalau ayam, tempe plus tahunya, asli aku m
Baca selengkapnya
Mimpi Buruk 2
Are you sleeping? Are you sleeping? Brother Jhon Brother Jhon Morning bell are ringing Morning bell are ringing Ding dong ding!Ding dong ding! Meskipun terasa sakit di sekujur tubuh, aku tetap  berusaha untuk membuka mata. Menggeli
Baca selengkapnya
Kisah Bintang Lima
"Tempat sampah?" tanyaku meradang, "Kamu jahat banget sih, Kenzy? Jahat!" Gemetar menahan kobaran amarah di dalam dada, aku membungkuk dan membuka tutup tempat sampah. Membongkarnya, demi mendapatkan termoterku kembali. Tega Kenzy, jahat! Ya ampuuun, apa dia lupa kalau kotak P3K itu milik kami berdua? Sah, sah saja dong, kalau aku menyimpan kebutuhan pribadiku di sana? Lagipula, termometer itu kan bukan benda yang sifatnya  pribadi, kan? Who knows, one day dia terjatuh dari balkon lalu membutuhkannya? Nggak, di tempat sampah itu nggak ada benda yang bernama termometer, tentu saja. Isinya hanya sikat gigi biru yang masih bagus---entah sikat gigi siapa dan mengapa dibuang---botol bekas shampo, gumpalan tissue kering dan sar
Baca selengkapnya
Menyelamatkan Diri
Oooh, my God!Rasanya lebih mencekam dari pada dikejar drakula. Ya, yaaahhh, belum pernah, sih. Jangan sampai. Ya ampuuun, aku kan terlalu imut-imut dan unyu-unyu untuk diterkam drakula? Terutama darahku, terlalu manis. Iya, kan? Byuuutttzzz! Kenzy berjalan lagi, kedua tangannya menggapai-gapai di udara sambil terus memanggil namaku. Wuaaahhhh, rasanya, rasanya kakiku nggak menapak di lantai rumah lagi. Kenapa Kenzy sampai melupakan pakaiannya?  Apa yang ada dalam otaknya? "Anyaaa, my wife ooohhh my love!" 
Baca selengkapnya
Cahaya di dalam Kegelapan
Aku sedang menghabiskan roti panggang dan cokelat hangat ketika William kembali ke ruang makan setelah tadi permisi ke luar sebentar. Katanya dia lupa belum menutup pintu pagar tadi, sebelum berangkat ke kopermolen. Dia juga bercerita, kalau harus ke Kantor Pos hari ini, untuk mengirimkan beberapa paket buku ke Jerman. Sebenarnya---waktu kami saling menubruk tanpa sengaja tadi---dia sedang tergesa-gesa menuju Kantor Pos. Itulah mengapa, merasa sangat bersalah karena sudah menubrukku. Padahal, bisa jadi aku yang salah. Well, aku berlari sambil menangis, lho. Yakin seratu persen, nggak konsentrasi sama sekali. Bagaimana bisa konsentrasi, sedangkan bisa menyelamatkan diri dari terkaman Kenzy saja sudah sangat bersyukur. Eh. Kenzy? Ya ampuuun, jam berapa ini?  Bagaimana keadaannya sekarang? 
Baca selengkapnya
The New Story
Gemetar, aku menekan bell pintu rumah. Tante Martinna dan Om Glend mengantarkanku sampai di belakang mobil mereka, yang berarti di sudut luar dapur kami. Mereka sempat melambaikan tangan ke arahku tadi---sebagai motivasi kalau semua akan baik-baik saja--- sebelum akhirnya aku memberanikan diri menekan bell. Diiing, diiing! 'Hellooo, any home?' Dalam hati aku terus berdoa, semoga Kenzy sudah nggak mabuk lagi. Sudah mandi dan berpakaian. Hiii, aku benar-benar ngeri tadi, membayangkan … Kalau seperti itu lagi, aku harus bagaimana, coba? Kenapa dia sampai separah itu? Kenapa dia nggak sadar, itu bisa menambah kerusakan hidupnya? 
Baca selengkapnya
Terluka Lagi
Maksudnya? Nggak adil, dong! Masa aku harus mengikuti semua kemauan Kenzy sedangkan dia sendiri sama sekali nggak peduli denganku? Jangankan peduli, mungkin dia malah nggak tahu kalau aku juga punya kemauan, sama seperti dirinya. Ya, buktinya, dia nggak pernah tuh, menanyakan apa-apa padaku? Misalnya, "Anya, hari ini kamu mau apa? Di rumah aja atau ada kegiatan apa? Oh ya, kamu mau dibawain oleh-oleh apa? Buku, makanan apa souvenir?" Nggak dong, mana pernah Kenzy menanyaiku seperti itu? Sekali pun nggak pernah. Sungguh. "Tapi, Ar …?" sergahku setelah menghela napas panjang, "Lo nggak tahu sih Ar, Kenzy itu separah apa?" cetusku sam
Baca selengkapnya
Selalu Ada Sahabat
Dor, dor, dor!Ulu hatiku sakit sekali, demi melihat apa yang baru saja mereka lakukan. Nyeri, sehingga hanya sanggup menahan getaran dari dalam diri yang luar biasa. Getaran apakah itu? Aku nggak tahu, apa. Tapi yang jelas, sangat kuat dan sekarang sudah berhasil memutar tubuhku membelakangi kopermolen. Membelakangi Shopia dan dua anak manusia yang sedang dimabuk asmara. Sungguh sangat disayangkan, dua anak manusia itu bernama Kenzy dan Elize. Suami dan mantan sa ohhh nggak, tetangga dekat rumahku. "Hei Sa, what is happen?" Shopia sudah berada di depanku sekarang, "Came on Girl ... Don't be cry here, please?" De swiiing!  
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status