Semua Bab KELAMBU MERAH JAMBU : Bab 51 - Bab 60
169 Bab
Ditampar Kenyataan
Auuuhhh, benarkah?  Terakhir berjumpa dengannya, di Home Room sepekan yang lalu. Saat dia mengatakan kalau harus mengantarkan titipan ibunya untuk temannya. Dia juga meminta maaf karena nggak sempat memberitahuku sebelumnya. Jadi, dengan nada bicara yang berat, dia mengatakan,  "Sorry Sa, kamu jadi pulang sendirian?" Untung, walaupun remuk hati dan jujur sedikit tersinggung dengan sikapnya, tapi aku masih bisa menjawab dengan sopan, "No, it's allright, Sophia!  Ya ampuuun, aku kan, bukan anak kecil!" Kami sama-sama tertawa, waktu itu. Saling menatap, mengulas senyuman dan akhirnya melambaikan tangan dengan penuh saya
Baca selengkapnya
Kamuflase Penambah Luka
Kamuflase Penambah Luka "Anyelir, please ...?" Kenzy masih memohon-mohon, meratap-ratap di sampingku, "Aku kan, sudah  minta maaf? Aku benar-benar khilaf tadi, sumpah. Janji deh, besok nggak lagi!" terangnya, sambil menyentuh punggungku yang sudah basah oleh keringat namun kuhempaskan dengan emosional.Bukannya menyerah atau bagaimana, Kenzy malah mengikutiku berdiri, menyambar beberapa lembar tissue dan mengangsurkannya padaku, "Anyelir, sekali lagi aku minta maaf, ya? Sumpah, aku nggak bermaksud nyakitin kamu, kok. Nggak bermaksud buat kamu tergores dan nangis sampai kayak gini, sumpah!" Aku nggak percaya.
Baca selengkapnya
Komitmen, Janji dan Harapan
Leiden, 27 Maret 2018 Dear Angel, Apa yang bisa kuceritakan padamu hari ini? Ada banyak, sebenarnya. Banyak sekali. Tapi aku hanya ingin membagikan yang ini untukmu. Jangan marah, ya? Jangan tersinggung!Hoaaa, Sophia meninggal dunia empat hari yang lalu karena gerd. Ugh, jahat banget nggak, sih? Memangnya, seberapa tinggi sih, asam lambungnya sampai bisa membuat dia meninggal? Oooh, Sophia! RIP
Baca selengkapnya
Jebakan Si Batu Karang
De swiiing! Kenzy memoles wajahnya dengan senyuman yang super duper manis, padahal aku mendelik maksimal. Maksudnya? Bangga karena berhasil mencuri pipi kananku lagi? Ummm, setelah tragedi kunjungan Om Dirga untuk yang ke dua kalinya? Bayangkan! Dua kali kunjungan saja, dia bisa menghabiskan seluruh wajahku, bagaimana dengan kunjungan-kunjungan berikutnya?  Apa nggak habis, aku? Tamat. Eh? No, no, no! Big no!'Keep positive thinking, Anyelir!'
Baca selengkapnya
Kenzy Meminta Maaf
Oh, my God, syukurlah! Aku masih bisa bernapas dengan normal meskipun di depan pintu sana---aku melihatnya dari kaca cermin di atas wastafel---Kenzy masih berdiri dengan senyum usilnya. Cukup membuat marah sebenarnya tapi aku nggak melakukannya. Nggak ada gunanya, kecuali mengulur-ulur waktu dan akhirnya mati kelaparan. Tentu saja aku nggak menginginkan hal yang paling memprihatinkan sekaligus konyol itu terjadi. Bagaimana dengan Papa, nanti? "Sorry, Kenzy kataku setelah membalikkan badan dengan santai dan sempurna, "Aku mau lewat!"Tanpa ber
Baca selengkapnya
Nol Super Duper Besar
How, how can Marcella be here?Oooh, ooohhh, my God! Rasanya seperti terjatuh dari ketinggian dan langsung ambyar. Pyaaarrr, ambyar kuadrat. Ummm, banyak orang yang mengatakan kalau kebahagiaan itu bukan sekotak hadiah melainkan sesuatu yang harus diperjuangkan. Tapi buktinya aku langsung menyusut seperti siput yang ditaburi setoples garam, begitu kebahagiaan yang baru mulai kuciptakan terjajah oleh Marcella. Bagaimana nggak? Hellooo, any body home? Itu, Marcella sungguhan kan, bukan kloningan? Bagaimana dia tahu kalau aku eh Kenzy ada di sini, sih?"Cella?" Kenzy terlihat shocked, benar-benar shocked---bukan sandiwara karena aku telah memindai kejujuran dari sorot matanya---lalu berdiri dan berjalan mendekatinya. Nggak terlalu dekat menu
Baca selengkapnya
Peta Masalah, Pizza dan Memo
Peta masalah Anyelir Nuansa Asmara:-Cipta Karya Abadi bangkrut total dan nyaris punah -Mama meninggal dunia karena heart attack -Papa shocked dan nyaris depresi (untung nggak kena heart attack juga)-Cipta Karya Abadi semakin kritis -Papa nggak berkutik seperti pendekar yang kena totok di punggungnya Inilah sumber mala petaka itu:
Baca selengkapnya
Drama Kenzy
Aku yakin, saat ini wajahku sudah seperti kertas putih polos yang diarsir dengan warna merah bata. Bagaimana nggak? Sungguh, kupikir itu tadi Tante Martinna.  Itulah mengapa aku menyapa dengan ramah, "Yes, please, wait for a moment!" Bukan untuk menyapa Kenzy! Tapi namanya iuga Kenzy ya, kan? Dia langsung memasang wajah sumringah kuadrat, begitu aku membuka separuh pintu. Hueeekkk, rasanya seperti tersedak dosa. Dalam hati aku memaki dan merutuki diri sendiri, banyak sekali. Sebanyak butiran daging sapi cacah yang ada di dalam pizza sayuran yang sudah tersimpan manis di kantong kertas, di tanganku. Ah, lebih, aku yakin. Salah satunya, 'Makanya, lain waktu dilihat dulu, siapa yang datang. Jangan langsung greetings dan bera
Baca selengkapnya
Hari Yang Paling Gelap
Sebenarnya, perasaanku masih seperti istana pasir diterjang ombak ketika Zio mengajakku turun dari mobil dan duduk di bangku kayu speltuin. Tapi aku harus kuat, kan? Harus siap untuk mendengarkan apapun yang akan dikatakan Zio tentang Elize. Tentang Kenzy atau apapun … Ya, yaaahhh, mungkin itu pahit dan menyakitkan. Tapi mengetahuinya, jauh lebih baik, kan? Dari pada terus-menerus berada dalam kemanisan yang semu. Ah, mendadak jantungku korslet! "Zio?" "Oooh, sorry, Anyelir?" Aku terdiam lagi, seolah-olah ada sesuatu yang mengikat ujung lidahku. Aaahhh, Kenzy! Untuk apa coba, dia meminta maaf. Memohon-mohon, mengemis … Sampai bersi
Baca selengkapnya
Keep Calm and Stay Happy
Apa yang membuatku nggak rela kehilangan Kenzy? Aku nggak mau Papa sedihAku nggak mau Papa sakitAku nggak mau CKA olengAku nggak mau Papa broken heart Aku nggak mau kehilangan Papa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status