Lahat ng Kabanata ng I Can See You : Kabanata 81 - Kabanata 90
136 Kabanata
81. Gigit Aku!
Rigel kembali ke hotel setelah tiga jam bersembunyi di rumahnya, guna berpikir matang-matang tentang keinginan Sia. Rumah Rigel di masa ini, bahkan jauh lebih kecil dari rumahnya di Mindiland. Tapi suasananya terasa hangat dan menenangkan. Sekarang Sia tengah mandi, sesekali menjerit memanggil Rigel dan mengancam saat dia menolak untuk menghampirinya. Benar-benar wanita nakal! “Apa lagi kali ini?” Rigel menjerit kesal di luar. Tadi Sia mengeluh karena tidak ada sikat gigi yang tersedia di kamar mandi. “Masuk dan lihatlah sendiri!” Sia balas berteriak. Semakin menambah kekesalan Rigel. Memutar gagang pintu yang bahkan tidak dikunci oleh Sia, Rigel masuk dengan cepat. Sia sedang meraba-raba ke segala penjuru, kedua matanya tertutup busa dari shampo yang memenuhi kepalanya. Mengerang kesal, Rigel berusaha tidak melihat betapa indah dan berbedanya tubuh Sia di masa ini, dibandingkan dengan semua masa mereka bersama, dan saat terakhir kali Rigel me
Magbasa pa
82. Rigel, Cinta, dan Profesi
Rigel turun dari ranjang dengan gerak perlahan-lahan setelah memastikan Sia benar-benar tidur dengan nyenyak.Tadi di rumah dia sudah mengambil ponselnya yang tergeletak begitu saja di sofa tamu. Sekarang saatnya dia bertemu Yoan dan melepas lelah dari percintaan yang sudah menahannya berjam-jam lamanya.[Kau di mana? Mau minum kopi bersamaku?]Sepersekian detik, Yoan menghubunginya. Berlari ke kamar mandi, Rigel menjawab panggilan dengan hati-hati.“Hei, bukankah harusnya kau selesaikan dulu pekerjaanmu?” sapa Yoan di sana, ditengah kebisingan orang-orang.“Ah, itu ...” Rigel tidak tahu apa pekerjaannya di masa ini dan di mana tempatnya. Dia benar-benar lupa memeriksanya di rumah tadi, “aku masih ada keperluan, jadi—”“Cepat ke sini, atau Bos akan memecatmu tanpa tunjangan.”Rigel ragu sejenak, lalu menjawab cepat. “Tapi Yoan, itu ....”“Jalan permadani hi
Magbasa pa
83. Keinginan Memiliki Bayi
Sia melempar benda apa saja yang tampak di depan matanya, ketika terbangun tanpa Rigel didekatnya.“Pria berengsek! Ke mana dia?” Sia berteriak marah, turun dari ranjang hanya dengan selimut yang menggulung tubuh telanjangnya. Hampir tersandung karena menginjak ujung selimut, sebuah tangan menangkap pinggangnya.“Yap! Aku tepat waktu, kan?” Rigel menyeringai, memperlihatkan barisan giginya yang berujung runcing.“Dari mana saja kau? Setelah bercinta denganku berulang kali kau berniat … hmmphh—” Mulut Sia terbekap rapat, Rigel melakukannya sambil mendorong tubuh Sia hingga menubruk dinding.Satu telapak tangan Rigel yang lainnya melindungi kepala Sia dari benturan. “Aku hanya menemui teman sebentar.”Sia memeluk Rigel setelah pria itu membebaskan mulutnya. “Kau membuatku ketakutan saat terbangun tanpa kau di sisiku.”“Para penjagamu tidak memberitahu apapun?”
Magbasa pa
84. Dia Yang Tidak Bisa Melawan Takdir
“Kau datang terlalu cepat.” Adlin berdecak kesal. Sinyal kedatangan Rigel yang menembus awan sampai kepadanya hingga dia bisa tahu Rigel datang lebih awal.“Ada apa? Kenapa Ares memintaku menemuimu?”Adlin mendengus mendengar ucapan Rigel, penyebutannya. “Berani sekali kau memanggil nama Pemimpin kita seperti itu.”“Memang itu namanya. Ares Vanth Dier. Kusebutkan, mungkin kau tidak tahu siapa nama lengkapnya.” Rigel balas dengan tersenyum dan berucap sinis.“Dasar sombong! Karena Pemimpin menyukaimu, kau jadi bersikap semaumu.”“Sudah. Hentikan saja basa-basinya. Aku tahu pekerjaanmu bukan hanya untuk meladeniku. Cepat katakan apa yang Ares perintahkan padamu.”Adlin berdecak lagi. Padahal Miria sudah dibangunkan dari tidurnya, tapi wanita itu tidak dibiarkan untuk bertugas dan menangani hal apapun.Dia merasa sangat tidak cocok untuk bicara dengan Rigel Auberon,
Magbasa pa
85. Kembali Bertugas
“Kau akan pergi sepagi ini?” Sia terbangun, berusaha melawan kantuk dan lelah usai bercinta.Tampak rapi dan tampan, Rigel mengangguk dengan senyum sekilas.“Apa kau ditekan oleh atasanmu?”Rigel terbahak. “Apa yang kau bicarakan? Tidak ada yang seperti itu.”Sia memajukan bibirnya. Menghela napas dan membuang ingatan tentang mimpi buruknya. “Ini hari kedua kita. Kau tidak ingin melakukan sesuatu atau pergi ke suatu tempat bersamaku?”Rigel tersenyum, menaikkan dua alis, tertawa sambil bicara. “Kupikir kau hanya peduli dengan urusan ranjang dan selama apa kita bisa bertahan dalam bercinta. Ternyata kau juga perhatian pada hal lainnya.”Bibir Sia semakin mengerucut dan ada gerutu pelan di dalamnya. “Salahmu sendiri. Kenapa kau begitu menggairahkan?”“Apa katamu?” Rigel mendekat, tapi seketika mendapat pelukan.“Tolong cepat kembali. Aku sud
Magbasa pa
86. Nona Gale dan Tuan Ausi
“Austin Cadee.”“Gre—ah, maksudku, Galexia Pandora.” Sia kikuk. Padahal diawal tadi dia sudah coba menyebut namanya saat sedang berprofesi sebagai salah satu pekerja di rumah Teratai.Austin tersenyum. Harusnya saat ini dia berada di rumah menjaga Disi, tapi wanita itu bersikeras untuk mengusirnya dari sana dan memintanya bekerja seperti pria normal lainnya.Padahal tadi dia sedang memilih satu gaun kejutan untuk dikenakan Disi pada saat makan malam yang direncanakannya nanti, ketika seorang gadis kecil dan wanita dewasa yang cantik sedang bermain air di taman samping toko yang langsung menarik perhatiannya.“Jika tidak cocok, kau boleh pilih yang lainnya Nona Gale.” Austin menunjuk ke arah gantungan pakaian yang berjajar disepanjang ruangan.“Oh, tidak perlu, Tuan Ausi. Ini sudah sangat bagus. Cantik dan mewah.” Sia tersenyum. Pilihan Austin atau bukan, dia akan tetap merasa berterima kasih.
Magbasa pa
87. Seseorang Dengan Takdir Buruk
Yurim sedikit bergidik ketika merasakan seorang pencabut nyawa yang kembali pada takdirnya, kini berdiri dibelakangnya, berbisik untuk memprovokasinya.“Senang kau datang kembali pada takdirmu, Malaikat pencabut nyawa,” sambut Yurim, tanpa berbalik.Disi mendengar mereka, meski kedua matanya tidak bisa menangkap jelas utuh gambaran wajah Rigel, dia tahu Yurim baru saja menyebut seseorang sebagai Malaikat pencabut nyawa.Sedang apa lagi jika bukan ingin mengambil nyawanya? Meski masih ada kurang dari enam puluh hari dari sekarang, tetap saja Disi pesimis. Sesuatu selalu bisa saja keliru.Melangkah mundur, Disi terus menjauh, tidak menyadari bahwa langkahnya terus mendekati jalanan berlalu lalang kendaraan, meski tidak terlalu padat terisi.Baik Yurim atau Rigel sama-sama berusaha untuk meraih tangan Disi, bahkan Rigel bergerak cepat untuk menarik tubuh Disi. Tapi ada seseorang yang lebih cepat dari itu, Austin Cadee.Putra Dewa Ai
Magbasa pa
88. Bayi Yang Tidak Diinginkan Ibunya
Austin membaringkan Disi yang masih gemetaran karena kejadian tadi.Memutuskan untuk tidak bertanya apapun sampai Disi sendiri yang berinisiatif untuk bicara, menjadi penekanan dalam benak Austin, walau dia sangat ingin tahu apa yang dikatakan Kakak perempuannya pada Disi.“Kau marah padaku?” Suara bergetarnya terasa menyentuh kulit Austin.“Itu tidak ada gunanya.” Austin menyelimuti Disi, hatinya terasa sakit melihat Disi yang semakin kurus dengan penglihatan yang memburuk sedikit demi sedikit.“Aku keluar karena mendapat panggilan dari wanita yang akan menyerahkan bayinya pada kita.”Austin mengernyit. Wanita itu sedang hamil dan tinggal menanti kelahiran bayinya. Dia ingin bertemu Disi karena akan memeras dengan alasan untuk kebutuhan bayinya.Wanita yang tidak menginginkan bayi itu ada sejak kali pertama dia menyadari bahwa dirinya hamil, dipertemukan dengan Disi dan Austin beberapa hari lalu lewat seo
Magbasa pa
89. Menginginkan Kekasih Orang Lain
Rigel mendapatkan amplop hitam keduanya di atas meja kerja tanpa siapapun yang menyadarinya. Membuka dan menarik isinya keluar, seperti sebelumnya, semua tertulis dengan jelas di secarik kertas putih. Menghela napas, Rigel meletakkan begitu saja amplop itu kembali di atas mejanya. Tidak akan ada mata manusia yang bisa melihat benda itu. Rigel menghindari Yoan ketika dia melihat pria itu keluar dari elevator. Tugasnya tiba lebih cepat. Dia tidak harus mendengar omong kosong sangat tidak berguna Yoan hari ini. Yang isinya selalu tentang Greet dan Greet! Rigel tiba di tempat tujuan lima menit lebih cepat. Sepuluh meter dibelakang rumahnya. Suasana berdarah, mencekam, terlihat suram. Rita Adeline. Padang alang-alang. Jam enam kurang sebelas menit. Diperkosa, disiksa, dan dipukul menggunakan batu. Dua dari sahabat Disi Melani Truder di masa sebelumnya sudah mati lebih dulu. Dan Rita Adeline saat ini.
Magbasa pa
90. Memperjuangkan Wanita Yang Sama
Irene keluar dari rumah yang tampak sederhana dari luar, namun luar biasa pada bagian dalam itu sembari tersenyum sinis. Nyonya rumah ternyata sudah memiliki keberaniannya sendiri. Tenang, dia tidak akan menyerah! Masuk ke mobil tua yang dipinjamnya dari pemilik bar, saat sudah menutup pintu dan duduk sempurna dibalik kemudi, jendela kaca mobilnya diketuk dari luar. Menoleh, Austin Cadee ada di sini. Si wajah rupawan yang bersinar setiap saat walau dalam ekspresi marah sekalipun. “Waktu yang sempurna untuk mengancam seorang wanita lemah. Aku benar?” Austin bertanya sembari melirik melalui kaca spion bagian dalam. Dia yang memaksa untuk mengemudikan mobil tua butut yang bahkan hampir mempertemukan puncak kepalanya dengan langit-langit mobil. “Aku tidak mengancam. Hanya berusaha membuatnya sepakat.” “Dia menerima kesepakatanmu?” “Sayangnya tidak.” Irene mengeluh. Merasa tidak nyaman karena bertemu langsung dengan Austin C
Magbasa pa
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status