Semua Bab Beautiful Fault: Bab 41 - Bab 50
62 Bab
Chapter 41 Temptation
The Gritti Palace.Manik coklat Akira berbinar, melihat keindahan kanal di Venice dan bangunan megah, menakjubkan lainnya. Ia berdiri di arah balkon dari ruang tengah. Perasaannya menghangat sekaligus berlibur untuk menyenangkan hatinya.“Bagaimana view dari sini?” Can berdiri di samping Akira, ikut mendapati pemandangan dari Kanal Besar.Akira menoleh, menyunggingkan senyum manisnya dan mengangguk semangat. “Ini sangat indah sejak awal kedatangan kita, Can. Para staf yang menyambut, lalu interior yang begitu menakjubkan. Penginapan mewah dan berkelas ini sangat membuatku puas.”Can terkekeh pelan. “Kita baru sampai di sini dan kau sudah merasa puas di saat kita belum menjelajah secara keseluruhan?”Perempuan dewasa itu bersemu. “Setidaknya, aku selalu percaya apa yang kau pilihkan akan tetap membuatku merasa bahagia.”Can menerima dekapan Akira. Ia mencium puncak kepala perempuan i
Baca selengkapnya
Chapter 42 Not a Perfect Man
Seharusnya di saat Can menaiki Gondola, ia bisa merasakan atmosfer yang sangat menyejukkan hatinya. Menyusuri kanal-kanal di bagian kota dari Venice, lalu melewati Grand Canal juga Rialto Bridge dengan perahu air berkapasitas maksimal enam orang. Ia memilih menuruti Akira untuk hanya mereka berdua saja yang memesan.Perempuan itu mengatakan ingin menyusuri kanal tanpa ada orang lain yang ikut bersama mereka.Can mengembuskan napas panjang.Ayse dari batas pinggiran kanal melihat dirinya dan Akira yang menaiki perahu. Can tahu, jika Ayse akan memilih kembali ke unitnya yang sebenarnya berada di lantai sama seperti Can. Perempuan itu hanya mengambil unit yang berada paling ujung. Cukup jauh dari unit yang ditempati Can.Seandainya perempuan yang berada di sampingnya adalah Ayse, ia akan jauh lebih bahagia.“Can! Foto kita yang aku upload di sosial media cukup banyak mendapatkan respons publik!” seruny
Baca selengkapnya
Chapter 43 Mistress
Bunyi bel menginterupsi sentuhan bibir Akira yang akan kembali melumat bibir Can. Keduanya saling berpandangan dan dalam hatinya, Can mendapatkan sedikit oksigen. Waktu yang tepat, pikirnya.“Siapa yang bertamu malam-malam?” tanya Akira, berada di atas tubuh Can, mengurung pria itu dengan memakai handuk pendek berwarna putihnya.Ia tidak mampu lagi mengendalikan hasratnya. Kedatangan mereka untuk bulan madu, bukan? Lalu, di saat ia sudah cukup menahan diri, tidak pernah disentuh lebih jauh selain malam kali pertama mereka melebur, Akira merindukan sentuhan Can.Akira ingin dimiliki kembali pria itu dan ketika Can lengah ... terbaring di atas ranjang sambil memainkan ponsel, ia langsung merangsang dengan sentuhan kecil dan bermain cukup lama di bibir tipis suaminya.Can tertawa kecil, memecahkan kebingungan Akira sekaligus detak jantung pria itu yang memburu. Akira sangat pandai mengambil kesempatan dan jika saja ia
Baca selengkapnya
Chapter 44 Sadness
Bisakah Akira mengumpati hari ini? Hanya tiga hari mereka menikmati bulan madu atau bisa disebut sebagai liburan. Ya. Tidak ada hubungan intim yang terjalin di antara ia bersama suaminya, tiga hari belakang.Selalu saja ada hal—urgent—yang terjadi di unit mereka atau bagaimana bagian layanan kebersihan datang. Orang yang datang berbeda. Terakhir, seorang pria yang datang dan jika dipikir, kenapa mereka datang tepat di saat Akira ingin memadu kasih bersama suaminya?“Kita harus pulang sekarang juga?” tanya perempuan itu menatap lemah Can yang sibuk mengemasi pakaiannya ke dalam koper.Pria itu membiarkan Akira duduk di sisi ranjang dan tidak terlalu menggubris sorot lain manik coklat itu.“Salah satu staf keungangan nyaris membuat kerugian besar dan aku harus turut andil menindaklanjuti juga memperbaiki beberapa hal. Itu bukan perkara mudah,” jelasnya.“Menurutmu bulan madu kita tidak penting di band
Baca selengkapnya
Chapter 45 Want a Divorce
“Aku tidak tau jika kau memutuskan untuk pulang lebih cepat.”Bahkan, Ayse pun tidak mendapatkan pemberitahuan lebih dulu mengenai keputusan Can.Ia duduk tenang di single sofa, memerhatikan Can yang berbaring di sofa panjang, meluruskan kaki dengan menumpukan lengan kirinya di atas kepala, menutup matanya di sana. Sudah dua menit berlalu, tapi pria itu seolah mengembalikan pikiran jernihnya.“Can?” panggil Ayse.“Apa aku harus menceraikan Akira?”Pertanyaan itu sukses membuat bibir Ayse terbuka. Manik hazelnya membeliak, tidak mendapati Can menurunkan lengannya supaya keduanya bisa bersitatap dan memahami respons raut muka masing-masing.Napas perempuan itu tercekat. Ia mengerjap berulang kali, meyakinkan jika ucapan Can bukanlah sebuah angin lalu. “Kau membual, Can? Ini tidak lucu sama sekali,” cetusnya dengan intonasi sedikit tinggi, tampak serius dan merasa tidak nyaman dengan p
Baca selengkapnya
Chapter 46 Can't Get Out
Can menutup pintu Range Rover, lalu menatap ke arah rumah mewah Keluarga Muammer. Ada sebersit ragu untuk datang ke rumah ini, terlebih Akira sedang tidak baik.“Aku akan mencoba terlebih dulu,” putusnya segera menaiki anak tangga ke pintu utama rumah Akira.Di dalam pelayan sudah menyambut kedatangannya, membantu melepaskan mantel milik Can. Tiba-tiba, suara yang familier tertangkap oleh indera pendengarannya.“Can?!”Pria itu menoleh ke lantai atas, melihat Akira menyunggingkan senyum manis. Di belakangnya, Nyonya Erdem mengulas senyum hangat dan membiarkan Keponakannya menuruni anak tangga. Ia berusaha memperlambat langkah kakinya ketika Nyonya Erdem memperingati Akira takut terjatuh.“Can ...”Tubuhnya tidak bergerak sama sekali ketika Akira sudah mendekapnya erat. Ia diam. Membiarkan Akira menangis kecil dan berucap bergetar, “Maafkan aku yang terlalu egois, Can ...”
Baca selengkapnya
Chapter 47 Hidden Desire
Nyonya Sener melihat Can yang sibuk mengurus beberapa berkas di meja kerja, tepat di ruangan yang khusus menjadi ruang kerja putranya di rumah.“Apa Mama menganggumu, Can?”Pria itu mengalihkan pandangan ke arah pintu dan tersenyum. “Tidak sama sekali, Ma. Aku hampir selesai dan hanya memeriksa beberapa berkas untuk kubawa nantinya ke Istanbul,” jelasnya membuat Nyonya Sener tersenyum kikuk.Ia melangkah masuk dan mendapati pria itu memang sedang bekerja. Wanita itu duduk, menatap lekat putranya dengan raut yang terlihat cukup berbeda. “Kau akan membawa Ayse ikut bersamamu ke Istanbul?”Can yang akan membuka lembaran selanjutnya dalam berkas yang dipegangnya berhenti. Ia menilik manik mata yang berbeda itu. Rambut mereka berwarna sama, hitam. Sedangkan manik mata Can menurun dari Tuan Sener. Perpaduan yang serasi.“Aku ingin mengulang kebersamaan kami yang tertunda di sana,” balasnya tanpa menyangka
Baca selengkapnya
Chapter 48 Linking Heart
Kebohongan yang diucapkan Can adalah ketika pria itu akan pergi ke kamarnya setelah beristirahat sebentar di unit Ayse. Ia ingin berada di unit Ayse setelah penerbangan dari Ankara menuju Istanbul.Tapi, pria itu justru mandi dan mengganti bajunya di kamar Ayse dan sekarang sibuk berada di sofa kamarnya.Laptop dan beberapa berkas sedang menemani malamnya di saat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.“Kau tidak kembali ke unitmu?” tanya Ayse mengambil duduk di samping Can.Ia sudah bosan duduk di atas ranjang, memainkan ponselnya. Tapi, melihat Can yang sibuk dengan pekerjaannya dan tidak sedikitpun membuka pembicaraan pada Ayse, cukup membuat perempuan itu bingung sekaligus merasa terabaikan.Ayse jarang sekali diabaikan seperti ini. Perempuan itu cukup merasa asing dengan atmosfer yang pria itu ciptakan.“Aku harus menyelesaikan beberapa hal terlebih dulu, lalu aku akan kemba
Baca selengkapnya
Chapter 49 Shackles
Ayse memutuskan untuk mengunjungi Grand Baazar, Istanbul, Turki.Ia ingin mengintip kembali kemegahan dari pasar tertua dan terbesar di dunia. Seingatnya, kali terakhir ia pergi ke sini adalah hari terakhir sebelum ia dan Can memutuskan kembali ke Ankara setelah menikmati keindahan Bosphorus.Perempuan itu mengulum senyum. Ia mengulurkan tangan dan meraih beberapa pernak-pernik aksesori yang menarik perhatiannya.“Aku ambil dua gelang ini,” ucap Ayse mengangsurkan gelang yang berwarna sama.Evil eye atau mata setan.Souvenir yang terkenal di Turki dengan perpaduan warna biru tua, putih dan biru muda dalam bentuk bulat. Konon sebagai jimat pelindung dari nasib buruk. Sebuah kebudayaan masyarakat tradisional Turki.Nama khas di sana adalah Nazar Boncugu.“Untuk pasanganmu, Nona?” tanya seorang lelaki tua yang sibuk membungkus pesanan Ayse, meskipun ia mengulum senyum,
Baca selengkapnya
Chapter 50 Tears
Can memandang lekat gelang yang lima belas menit lalu diberikan Ayse. Mereka menyelesaikan makan malam dan perbincangan ringan, lalu setelahnya Can memutuskan kembali ke unit. Sekarang, ia berdiri di pembatas balkon, menikmati keindahan Kota Istanbul di malam hari.Beberapa keluarga terdekatnya berada di kota ini. Tapi, ia hanya mengunjungi sesekali ataupun sekadar urusan pekerjaan.Benar yang dikatakan Ayse. Ia memang bertandang untuk kali pertama setelah kepulangannya dari negeri orang, datang ke sini hanya untuk mencari Ayse.Masih segar diingatannya mengenai tubuh perempuan itu yang nyaris dilecehkan di salah satu klub ternama. Pria itu membuang napas kasar, masih tidak terima perlakuan pria lain yang selalu mencari celah untuk membuat Ayse bisa mendapatkan mimpi terburuknya.Ia tidak pernah suka melihat pria yang merusak tubuh perempuan lain. Can selalu menekan dalam benaknya, tapi justru ia harus melakukannya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status