Semua Bab His Last Wish (Indonesian): Bab 21 - Bab 30
43 Bab
Bab 21
Iya. Kemarin malam ia memang mengatakannya dengan lantang, meminta izin pada Edward agar membiarkan tinggal di apartemen pria itu. Ia butuh distraksi, setidaknya agar perasaannya pada Hazel benar-benar lenyap. Melupakan sejenak alasan kedatangannya ke kota Cirillo. Dan ia pikir, Edward bisa membantunya untuk membuat pikirannya teralih. Lalu keesokan harinya ia akan kembali menjalani aktivitasnya seperti biasa dengan beban masalahnya yang separuhnya terangkat. Walaupun Edward setuju membiarkannya menginap, namun pria itu sama sekali tidak berusaha untuk melakukan apa pun padanya, karena begitu mereka tiba di apartemen Edward, pria itu terus diam. Berbicara singkat padanya, lalu membuka matras cadangan yang disimpan di dalam lemari pakaian dan membiarkan ia tidur di tempat tidur Edward sementara pria itu tidur di matras. La
Baca selengkapnya
Bab 22
Raymond menjejalkan ponselnya ke dalam saku mantelnya setelah menerima pesan dari Thyme yang memberinya kesempatan untuk libur hari ini karena Verdict sudah mengurus segalanya. Di saat ia menginginkan distraksi, orang-orang di sekitarnya malah tidak memberinya kesempatan. Menyuruhnya untuk beristirahat—sesuatu yang dulu ia suka tapi kini ia benci. Justru di saat seperti ini, yang ia butuhkan itu kesibukan, agar pikirannya teralih walau hanya sesaat. Raymond mendesah panjang, lalu menutup lemari pakaiannya dan berjalan keluar dari ruang karyawan di kafe tempatnya bekerja. Jam kerjanya di tempat ini juga sudah selesai. Tidak mungkin ia meminta Edward untuk menambah jam kerjanya, karena sudah ada beberapa orang baru yang dipekerjakan oleh Edward, sehingga pilihan itu mustahil baginya.  Sempat ia mengajak Mike yang biasa
Baca selengkapnya
Bab 23
Raymond menghisap rokoknya dalam-dalam, hingga memenuhi rongga paru-parunya, lalu mengembuskan asap rokok itu ke udara, yang segera menyatu dengan udara dingin kota Cirillo. Dari tempatnya berada saat ini—di balkon tempat ia biasa merokok, tampak gunungan salju yang menumpuk menutupi atap rumah penduduk dan beberapa fasilitas umum, sementara gedung perkantoran sama sekali tidak terganggu oleh salju karena memiliki fitur pembersih salju otomatis yang juga tidak ia ketahui bagaimana cara kerjanya. Ia hanya mendengarnya dari Rachel kemarin, saat ia terpaksa mengajak Rachel dan teman-temannya untuk makan di restoran setelah ia meninggalkan Martha. Di luar dugaan, Rachel tipe yang sangat tertarik dengan arsitektur dan teknologi, sehingga wanita itu menjelaskannya penuh antusias, dengan bahasa yang sederhana namun tetap sulit ia mengerti.
Baca selengkapnya
Bab 24
Sepanjang perjalanan pulang setelah makan siang, ia mengacuhkan Hazel yang berulang kali mencoba mengajaknya mengobrol, memasang earphone di telinganya dan memutar koleksi lagu di ponselnya agar Hazel menyerah. Usahanya berhasil, karena setelah itu Hazel tidak lagi mengajaknya berbicara. Ia terus mengacuhkan Hazel sesampainya di apartemen, memutuskan untuk mengurung diri di kamar. Hanya keluar untuk makan atau ke kamar mandi. Ia tidak tahu apakah tindakannya ini tepat atau tidak. Yang ia tahu, hanya ini pilihan yang bisa ia lakukan untuk sekarang. Lebih baik ia fokus mencari tahu tentang Simon Clive. Informasi yang ia dapatkan sangat sedikit. Martha hanya memberi sedi
Baca selengkapnya
Bab 25
“Suruh dia keluar sekarang, Kak Ray.”Verdict melemparkan tatapan tajam ke arah Edward yang berdiri di samping Raymond begitu ia menuruti permintaan Verdict untuk membawa Edward masuk ke dalam kamar Verdict. Ingin rasanya ia menjitak kepala pria yang duduk di atas tempat tidurnya dengan selang infus yang terpasang di tangan kirinya sementara tangan kanannya masih dibebat.“Nggak apa, Raymond. Aku di luar dulu. Bilang kalau sudah selesai,” Edward menepuk pundak Raymond, tampak tenang menghadapi sikap kurang ajar Verdict.“Maaf, Edward. Dia selalu seperti ini sejak dulu.’
Baca selengkapnya
Bab 26
TUTUP KARENA HARI PERAWATAN RUTINPalang hologram dengan font Helvetica kembali menyambut mereka. Di belakang palang itu, gerbang yang menjadi pintu masuk menuju taman nasional kota Cirillo yang baru ia ketahui keberadaannya hari ini kalau bukan karena Edward yang mengajaknya ke tempat ini juga tutup, sama seperti lima belas tempat yang mereka kunjungi. Bibirnya mengerucut, menahan dongkol, merutuki siapa pun orang yang sudah menciptakan hari perawatan rutin sialan itu. Setelah rencananya untuk menghabiskan waktu di arena ice skating gagal karena mereka tidak melakukan reservasi sebelum mendatangi arena (dan ia lupa jika harus melakukannya), Edward berinisiatif mengajaknya
Baca selengkapnya
Bab 27
Verdict terus memasang wajah aneh begitu diperbolehkan keluar dari rumah sakit keesokan harinya. Memandang Raymond seolah ada hal yang harus ia jelaskan sedetail mungkin. Ia berkelit, berusaha menghindari tatapan Verdict yang semakin lama semakin menusuk, membuat perasaannya semakin tidak nyaman karenanya. Tentang proses pemulihan Verdict yang terlalu cepat saja sudah cukup mengejutkan dokter yang menanganinya, karena jika menggunakan teknologi dan pengetahuan medis mutakhir sekali pun, seharusnya Verdict masih koma sampai dua bulan, lalu dilanjut dengan proses rehabilitasi yang harus dijalani Verdict sampai tubuhnya pulih seperti sedia kala. Ia yang dari awal sudah mengetahui kemampuan pemulihan diri monster yang dimiliki Verdict sama sekali tidak terkejut melihat Verdict sudah pulih sepenuhnya. Tanpa bekas.Tapi tidak dengan
Baca selengkapnya
Bab 28
Begitu tiba di depan kediaman rumah Umberbridge dan melihat Amanda yang tengah menunggunya di depan pintu masuk bersama Thyme yang tampak gelisah menunggu kedatangannya, Verdict segera keluar dari mobil dan berlari menghampiri anak perempuan itu. Tidak memberi kesempatan sama sekali pada Amanda yang terkejut karena dipeluk erat oleh pria yang kini menjadi pacarnya."Kangen."Itu kata pertama yang meluncur cepat di bibir Verdict begitu puas memeluk anak perempuan yang kini wajahnya merona hebat. Pria itu tersenyum, sedikit menunduk agar bisa melihat wajah pacarnya itu sambil tertawa pelan."Kamu nggak kangen sama aku?" tanya Verdict, membelai rambut
Baca selengkapnya
Bab 29
Raymond berjalan keluar dari kamar mandi yang terletak di dalam kamar tamu yang sudah dirapikan oleh pelayan Thyme beberapa jam yang lalu, bersamaan dengan uap panas yang ikut keluar bersamanya, menyebar ke seluruh ruangan. Rasa letih yang ia rasakan tadi menghilang seluruhnya setelah ia berendam air panas dalam waktu yang cukup. Mengenakan kimono mandi berwarna putih, ia berjalan mendekati lemari pakaiannya sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah, menggunakan handuk yang tergantung di pundaknya. Ia mendapati Hazel tengah tertidur di atas tempat tidur berukuran besar, tampak kelelahan, membuatnya mengurungkan niatnya untuk mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut dan kembali menggunakan handuk tadi. Ia tidak mengusik Hazel. Dipandanginya Hazel yang mengenakan pakaian yang ia pinjamkan setelah pakaian wanita i
Baca selengkapnya
Bab 30
“Lukanya tidak parah. Tidak ada luka dalam serius. Hanya ada sedikit pendarahan internal yang akan sembuh dalam waktu beberapa hari. Akan saya resepkan obat pereda nyeri dan antibiotik yang anti kantuk, sesuai permintaan Nona,” ujar dokter Severus yang selesai memeriksa kondisi Hazel, memasukkan kembali perlengkapan dokternya ke dalam tas jinjing hitam yang diletakkan di samping nakas.“Terima kasih,” sahut Hazel, kembali menguap. Matanya setengah terpejam saat mengatakannya. “Apa aku boleh tidur lagi?”“Tentu,” ujar pria itu lagi, yang sudah berada di depan pintu kamar, lalu sosoknya menghilang, bersamaan dengan Thyme. Meninggalkan mereka bertiga di dalam kamar. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status