All Chapters of The Story of NATHANIEL & KLARA : Chapter 11 - Chapter 20
42 Chapters
CHAPTER 10: STARTING TODAY...
Klara POV Seminggu berlalu sejak pernyataan cintanya padaku, pria bersurai coklat yang sudah resmi menjadi suamiku itu selalu mengirimkan buket bunga mawar merah dan sekotak coklat ke tempat kerjaku. Tapi kalau setiap hari dia memberiku sekotak coklat, bisa-bisa aku terkena penyakit diabetes sebelum aku menua. Apa kalian tahu? Sejak saat itu dia berubah seratus delapan puluh derajat menjadi pria yang romantis dan hangat. Bahkan saat  kami sudah kembali ke unit apartemen malam itu, tiba-tiba saja dia berubah menjadi pria gentleman. Tanpa aba-aba, dia langsung membukakan pintu unitnya dan mempersilahkanku untuk masuk duluan. Bukan cuma itu saja, di hari libur pun dia selalu mencari-cari alasan agar bisa berada di dekatku, seperti memelukku dengan alasan kedinginan. Sejujurnya aku sangat bahagia karena akhirnya aku bisa sedikit mendapatkan perhatiannya, tapi aku masih grogi. Well, kuakui aku
Read more
CHAPTER 11: MORE THAN BEFORE
Klara POV Hmmm, Sepertinya kamu jauh lebih kurus dari sebelumnya. Apakah kamu baik-baik saja, Sayang?” tanya Mrs. Emily dengan ekspresi sedikit khawatir. “Aku baik-baik saja Ibu. Setiap musim dingin, tubuhku memang selalu menyusut. Aku bahkan tidak tahu apa alasannya ... hehe,” candaku. Perkataanku membuat Kak Nathaniel dan Mrs. Emily terkekeh pelan. Syukurlah, aku tidak mau membuat mereka cemas akan kondisiku saat ini. Alasan sebenarnya adalah aku sempat mengalami stress saat Kak Nathaniel mengurungku selama berbulan-bulan di unit apartemen. Rasa stress tersebut membuatku hampir kehilangan nafsu makan, makanya selama itu aku tidak pernah makan malam. Namun, sejak Kak Nathaniel mulai mengijinkanku untuk keluar dari unit apartemen, nafsu makanku sudah mulai membaik. “Sekarang giliranku mencoba pakaiannya,” ucap Kak Nathaniel kemudian. Pria bersurai coklat itu membawa jas
Read more
CHAPTER 12: A MOMENT BEFORE CHRISTMAS DAY
Nathaniel POV Hmmm, jadi Kakak minta tolong aku buat temenin pilih kado yang bagus dan cocok untuk Natalie?” ujarnya memperjelas maksud dan tujuanku mengajaknya ke mall sepulang kerja. “Well, maaf ... sejujurnya, aku tidak tahu apa yang disukai seorang wanita berusia dua puluh tahun,” sahutku terus terang. “Selama Kakak pacaran dengan Kak Stefani, memang Kakak tidak pernah memberikan sesuatu padanya sebagai hadiah ulang tahun?” tanyanya lagi. Pertanyaannya membuatku tertegun sesaat, aku agak heran mengapa dia terlihat biasa saja saat mengatakannya. “Aah, well ... Klara, kamu tidak apa-apa menanyakan hal seperti itu?” tanyaku padanya, mencoba meyakinkannya. “Kenapa? Itu 'kan sudah masa lalu, aku cuma bertanya karena siapa tahu dari situ kita punya ide untuk membeli hadiah untuk Natalie,” sahutnya dengan polos. Aku tidak bisa membantahnya, karena apa yang dia katakan cukup mas
Read more
CHAPTER 13: OUR FIRST CHRISTMAS DAY
Klara POV "Apa kamu lapar?” tanyanya tiba-tiba. “Umm, sedikit ...,” sahutku pelan. “Baiklah, ayo kita makan dulu,” ucapnya lagi seraya menarikku masuk ke dalam sebuah restoran. Astaga, aku baru kali ini masuk ke restoran yang ada di taman bermain ini. Desain interiornya terlihat klasik dan mampu menaikan mood. Usai makan malam, kami melanjutkan perjalanan menikmati berbagai atraksi yang tersedia. Bertemu dengan santa di Santa Land, bermain ice skating bersama, dan juga menikmati karya seni yang terbuat dari es. Bila dipikir-pikir lagi, kegiatan yang kami lakukan sekarang seperti orang-orang yang sedang berkencan. Berkencan— astagaaaaaa, sekarang kita lagi kencan??!!! “Ka-Kak ... kita sekarang lagi ke-kencan ya?” tanyaku dengan sedikit terbata-bata. Aku bahkan tidak bisa merasakan kakiku lagi, sudah lemas karena terlalu grogi. “Iya,” sahutnya sant
Read more
CHAPTER 14: AFTER CHRISTMAS
Klara POV Hmmm ... jadi, kalian berdua sudah berdamai sekarang?” Seusai acara pesta, Mr. Jonathan memintaku untuk menceritakan hubungan kami berdua. Bukan tanpa alasan beliau memintaku untuk bercerita padanya. Seperti yang kalian tahu, di awal pernikahan aku dan Kak Nathaniel jauh dari kata harmonis. Saat ini aku dan Kak Nathaniel sudah berada di rumah Mr. Jonathan dan Mrs. Emily untuk berkumpul bersama keluarga inti. Kami berdua duduk di sofa berhadapan dengan mereka. Senyuman diwajah mereka berdua semakin merekah saat aku menceritakan yang sebenarnya terjadi. Sementara itu, Kak Nathaniel hanya memandang ke arahku dalam diam, tidak berkata satu patah katapun. “Syukurlah kalau begitu. Kalau boleh jujur, kami berdua sangat bahagia mendengarnya,” ujar Mrs. Emily dengan nada lembut sembari tersenyum hangat, “maafkan Ibu bila terlalu ikut campur dengan urusan pribadi kalia
Read more
CHAPTER 15: QUALITY TIME
Klara POV Aku tidak menjawab pertanyaannya. Karena sejak awal aku sudah berprinsip tidak akan memberitahu siapapun tentang kegiatan sosial yang kulakukan. Tapi, bukankah sekarang aku bisa memberitahu Kak Nathaniel tentang hal ini? Saat ini kami berdua sudah menjadi sepasang suami istri, berarti tidak ada yang perlu dirahasiakan darinya, kan? Meskipun aku belum mengiyakan permintaannya untuk memulai hubungan dari awal. Tapi secara hukum negara dan hukum agama, kami sudah resmi sebagai suami istri. Baiklah, kalau begitu— “... Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Kamu bisa bilang kalau kamu sudah siap,” selanya, lalu keluar dari mobil. Setibanya di unit apartemen, aku langsung menghentikannya. “Kak! Aku mau menjawab pertanyaanmu tadi!” seruku. Tampaknya ia sedikit terkejut saat aku tiba-tiba menarik lengannya. “Emm, itu ... iya! Sejak kecil aku memang suka melakukan kegiatan sosial. Jadi, kumo
Read more
CHAPTER 16: NATHANIEL'S PROMISE
Nathaniel POV Saat kami berdua sudah berada di dalam mobil, seperti biasa tidak ada satupun dari kami yang membuka topik pembicaraan. Kami berdua sibuk dengan kegiatan kami masing-masing. Aku fokus menyetir, sedangkan Klara sibuk berkutat dengan ponselnya. Saat membuka ponselnya, wanita itu tiba-tiba tertawa pelan, membuatku sedikit penasaran. “Kenapa?” tanyaku tanpa menoleh ke arahnya. “Ah, tidak. Teman-teman rekan kerjaku saling memberi ucapan selamat natal digrup chat. Mereka suka sekali memakai emoticon lucu seperti ini hahaha ...,” sahutnya sembari memperlihatkan pesan yang ada di layar ponselnya padaku. “Kamu sangat akrab dengan semua rekan kerjamu ya?” tanyaku lagi. “Ah, tidak semuanya, cuma beberapa orang saja kok. Kenapa?” sahutnya kemudian bertanya balik padaku. “Tidak apa-apa, cuma mau bertanya saja,” sahutku singkat. Pandanganku tetap fokus pada jalan raya. “Kalau
Read more
CHAPTER 17: OUR FIRST NIGHT (21+)
Nathaniel POV Jadi, sekarang Kakak sudah tidak marah lagi padaku?” tanyanya dengan malu-malu sambil sedikit memainkan kedua jari telunjuknya. Wanita yang ada di hadapanku ini dengan polosnya mengeluarkan pertanyaan yang sebenarnya tidak ingin kujawab. “Well, sejujurnya aku masih kesal padamu. Tapi, melihat dirimu yang sangat ketakutan seperti tadi membuat rasa cemasku padamu lebih mendominasi,” sahutku terus terang. “Hmm ... apa Kakak marah karena tadi pagi aku menyebut nama teman kerjaku?” tanyanya lagi dengan nada polos. Well, akhirnya wanita ini peka juga. Kali ini dia butuh waktu lebih dari setengah hari untuk menyadarinya. Aku sudah tahu kalau dia sedikit lemot untuk peka pada hal seperti ini. Sepertinya aku butuh usaha ekstra untuk membuatnya peka. Tapi kalau kupikir-pikir lagi, karakternya memang unik. Di satu sisi dia bisa sangat peka pada orang lain, tapi di satu sisi dia bisa sanga
Read more
CHAPTER 18: KNOW MORE
Nathaniel POV Hai, lama tidak berjumpa, Nathan ...,” sapa wanita yang pernah menjadi kekasihku. “Ada perlu apa kamu datang kemari, Stefani?” tanyaku dengan nada dingin. Mulai saat ini aku harus menjaga jarak dengannya. “Aku cuma mau tahu kabarmu saja. Tidak boleh ya?” sahutnya dengan memasang ekspresi polos. Entah kenapa saat melihat ekspresinya, aku malah jadi merasa jijik padanya. “Ayah dan Ibu sudah datang ya—”  Seketika Klara menghentikan langkahnya saat melihat sosok Stefani di depan pintu unit. Ia langsung menatapku dengan ekspresi kaget dan bingung. “Halo Klara, senang berjumpa denganmu juga.” Kini ia menyapa Klara dengan memasang senyum ramah di wajahnya.  “Oh, hai Kak ... ada perlu apa kemari?” sapa Klara saat menghampiriku dan Stefani di depan pintu unit. ”Hmm ... kalau kuperhatikan, kalian sedikit mirip.” Entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengannya saat ini.
Read more
CHAPTER 19: OUR NEW BEGINNING
Klara POV Hei ... Klara?” Kenapa tiba-tiba aku mendengar suara Kak Nathaniel? Lho, kok aku tidak bisa melihat apa-apa? Semuanya berwarna putih, ini di mana? “Klara ...,” Lagi-lagi aku mendengar suaranya, tapi aku tidak bisa melihat sosoknya. Kakak di mana? “Klara....” Dia memanggilku lagi, tapi aku tidak bisa menemukannya. Kakak di manaaa?? Kakaaaa—“Klara, bangunlah!” Aku langsung membuka mataku dan melihat sosok yang sedari tadi memanggilku sedang menatapku dengan cemas. “Oh, astaga ....” Jadi aku baru saja bermimpi? “Kamu menangis saat tertidur. Jadi, aku terpaksa membangunkanmu ...,” ujarnya sembari mengusap air mata yang mengalir di pipiku dengan ibu jarinya. “Maaf, aku ... membuatmu khawatir ...,” sahutku pelan. Aneh sekali, kenapa tiba-tiba aku bermimpi? “Oh iya, sudah jam berapa sekarang??” “Kamu tidak perlu minta maaf ...,” ujarnya setelah mengecup dahiku dengan lembut.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status