Semua Bab The Story of NATHANIEL & KLARA : Bab 31 - Bab 40
42 Bab
CHAPTER 30: THE TRUTH ...?
Author POV "Hmm ... anak itu tetap tidak mau pulang juga ya," ujar seorang pria paruh baya dengan nada sinis. "Apa kami boleh memaksanya sedikit, Tuan?" tanya salah satu asistennya dengan lugas. "Tidak. Untuk saat ini tidak perlu. Biarkan anak itu melakukan sesuka hatinya selama dia tidak mengganggu rencanaku," ujar pria itu lagi dengan nada sinis. "Terkait hal itu, saya sudah menghubungi beliau untuk rencana selanjutnya. Kabar baiknya, beliau bilang kalau hari ini dia akan melancarkan aksinya," imbuh asistennya lagi. "Baguslah kalau begitu. Aku tidak sabar menunggu kabar gembira darinya. Semoga kali ini hasilnya tidak mengecewakanku," ujar pria itu, dengan nada sinis. . . . "Lho? Kamu tidak jadi ke toilet?" tanya Dorothy sembari menatapnya heran. "Berkat wanita cantik itu, aku tidak jadi sakit perut ...," sahut Gavin, masih dengan mata berbinar-binar. Seperti sedang membayangka
Baca selengkapnya
CHAPTER 31: CONCERN
Author POV "Lho ...? Di mana Klara?" ujar Nathan bingung sembari mengucek-ucek matanya. Saat dirinya baru saja membuka kedua matanya, ia mendapati sosok istrinya sudah tidak ada di sampingnya. Hanya tinggal dia seorang diri di atas ranjang berukuran king size tersebut. Alhasil, pria itu langsung beranjak dari kasur untuk mencarinya. Ia mencoba mencari keberadaan istrinya dengan berkeliling ke semua sudut ruangan. Tapi sosok yang dicari-cari itu tetap tidak kelihatan ujung batang hidungnya sedikit pun. Kemudian, saat pria itu mencoba mencarinya di kamar tidur milik istrinya, ia malah mendapati jam tangan ber-GPS milik istrinya tergeletak di atas meja kerjanya. 'Tumben sekali Klara tidak menggunakan jam tangannya. Ada apa ya? Apa mungkin dia terburu-buru sampai lupa memakainya ...?' batin Nathan, diiringi dengan perasaan heran sekaligus curiga. Untuk saat ini, ia masih mengesampingkan
Baca selengkapnya
CHAPTER 32 THE TRUTH - Part 1
Author POV "Kemari dan lihat ini," pinta Klara sembari meng-klik folder berisi kumpulan video yang ia lihat semalam. Tanpa mengatakan sepatah katapun, Nathan menurutinya dan mulai duduk di kursi miliknya. Setelah itu, Klara mulai memutar videonya sesuai urutan dan mempersilahkan suaminya untuk menyimak terlebih dahulu isi dari video tersebut secara keseluruhan. . . . Usai melihat isi video tersebut, lagi-lagi Nathan terdiam seribu bahasa.  Tidak berkomentar apa-apa. Mungkin sekarang otaknya masih memproses makna dari isi video yang baru saja ia lihat. Ternyata video tersebut adalah rekaman cctv tentang kecelakaan maut yang menimpa kedua orang tua dan adik Klara yang terjadi tiga belas tahun yang lalu. Di video itu ditampilkan pula sosok penabraknya yang tak lain adalah ayah mertuanya sendiri—Mr. Jonathan.
Baca selengkapnya
CHAPTER 33: THE TRUTH - Part 2
Author POV Di Sabtu siang yang cerah, tampak sepasang muda mudi sedang jalan-jalan mengitari sebuah taman bunga. Pasangan tersebut tak lain adalah Alex dan Dorothy. "Hmm ... sejak minggu lalu kamu tampak murung. Ada apa?" tanya Dorothy penasaran. "Umm ... aku sedang memikirkan sesuatu," sahut Alex, tampak sedikit ragu. "Apa itu?" tanyanya lagi. "Well ... masalah kerjaan ... as always," jawab pria itu usai terdiam sejenak. "Hmmm  ...? I know you very well," sanggah wanita cantik itu. "Kamu lagi bohong, kan?." Seketika itu juga, langkahnya terhenti lalu menghela napas pelan. "Maaf ... tapi, aku sudah berjanji pada beliau untuk merahasiakannya ...." Mendengar hal itu, Dorothy hanya diam menatapnya. Sepertinya ia sedang mencoba untuk memahami kekasihnya itu. Kalau boleh terus terang, wanita itu tidak suka bila kekasihnya itu menyembunyikan s
Baca selengkapnya
CHAPTER 34: THE HOSTAGE
Author POV "Akhirnya Klara mengetahuinya semuanya ...," ucap Mr. Jonathan sembari membenamkan wajahnya di pundak istrinya. "A-apakah ... dia akan meninggalkan Nathan ...?" "Entahlah Jonathan ... untuk saat ini kita hanya bisa berdoa supaya Klara mau memaafkan perbuatan kita ...," balas Mrs. Emily dengan raut wajah sendu. Pria paruh baya itu hanya bisa menghela napas pasrah. Sejujurnya ia sudah pasrah apabila menantunya memutuskan untuk pergi meninggalkan anaknya. Karena bagaimanapun juga, semuanya memang salah dirinya. Dialah yang menyebakan semua ini terjadi. Oleh karena kebodohannya sendiri, semua orang menjadi menderita. . . . "Ma-mau apa Anda ke sini ...?" pekik Stefani. "Wah, baru saja berpisah selama dua bulan lebih, kamu sudah  berani kurang ajar pada ayahmu sendiri ...," sahut pria berjas hitam tersebut yang ternyata merupakan ayah dari wanita itu. "Mau ap
Baca selengkapnya
CHAPTER 35: THE TRUTH ABOUT STEFANI
Author POV Tok tok tok—cklek "Selamat pagi, Nona. Ini sarapan Anda," ucap Marcus dengan nada lugas, sembari membawa nampan yang berisi sepiring nasi goreng dan segelas air putih. "Untuk apa? Lebih baik aku mati saja ... aku lelah dengan semuanya ...," sahut Stefani dengan lirih. Wajahnya sudah pucat dan sedikit tirus. Badannya juga terlihat lebih kurus dan lesu, tak bertenaga. "Anda harus makan, Nona. Bukankah Anda mau keluar dari sini secepatnya?" tegur pria itu dengan sedikit menaikan suaranya. Stefani langsung menoleh ke arahnya. Kelopak matanya yang sudah lemas itu menatapnya dengan penuh tanda tanya. Pria itu berjalan mendekatinya, meletakan nampannya di atas meja lalu duduk di tepi kasurnya. "Saya terus memikirkan perkataan Anda. Dan saya akui, saya mulai berpikir kalau Anda selama ini benar. Jadi ... saya akan membantu Anda untuk kabur dari sini. Saya janji," ujarnya dengan raut wajah serius.
Baca selengkapnya
CHAPTER 36: RUNAWAY
Author POV Hampa ... sakit ... sedih ... kecewa ... marah ... Semua emosi itu bercampur aduk menjadi satu kesatuan yang utuh. Menghasilkan suatu emosi baru yang tidak diketahui namanya. Entah apa namanya. Mungkin memang tidak ada namanya. Meski tak memiliki nama,  emosi tersebut tetap terasa menyakitkan. Teramat menyakitkan. Rasanya seperti ingin menghilang saja dari dunia ini untuk selama-lamanya. Tidak ada gunanya ... sia-sia belaka ... Semua emosi itu hanya menggerogoti tubuhnya saja. Bagaikan sebuah lintah yang berjalan lambat namun mampu menghisap banyak darah manusia. Mematikan secara perlahan. Hal itulah yang dirasakan oleh Stefani selama hidupnya. Sejak ibunya meninggal, tidak ada lagi kebahagian yang tersisa dalam hidupnya. Semuanya terenggut darinya. Ia bahkan tidak memiliki satupun teman dekat. Ia hanya seorang diri. Bukan karena mereka jahat, hanya saja ia sendirilah
Baca selengkapnya
CHAPTER 37: RESCUED
Author POV "Sepertinya kita diikuti ...!" seru Stefani saat dirinya melihat sebuah mobil hitam mengikutinya dari belakang. "Baiklah, saya akan mengambil jalan pintas." Tanpa aba-aba, pria itu langsung membanting stir ke kiri dan masuk ke sebuah jalan komplek perumahan. Di situ terdapat banyak belokan. Pria itu ingin mengelabui mobil hitam tersebut. Setelah beberapa belokan, akhirnya mobil hitam tadi sudah tidak terlihat di belakang mereka lagi. Tampaknya sekarang mereka cukup aman. Akhirnya, mereka memutuskan keluar dari komplek perumahan itu dan kembali ke tujuan mereka. Namun, saat mereka baru keluar dari komplek perumahan itu. Tiba-tiba mobil hitam tadi muncul dan menghadang mobil mereka. Membuat Marcus menghentikan mobilnya secara mendadak. "Astaga ... mereka sedari tadi menunggu di sini ...?!" pekik Stefani dengan nada terkejut. Jantungnya berdegup dengan cepat ketika ia melihat pintu sebelah kanan mobil
Baca selengkapnya
CHAPTER 38: LIKE A FAMILY
Author POV Seminggu berlalu sejak hari itu ... Seperti sebelumnya, Mr. Jonathan datang menjenguk Stefani dan Marcus yang saat ini sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa. Ketika pria paruh baya itu membuka pintu kamar rawat inap milik Stefani. Ia melihat sosok wanita itu sedang duduk di kasurnya, sambil menatap ke jendela. "Stefani ...," panggilnya kemudian. Sosok yang dipanggil namanya langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan lesu. "Pak ... Jonathan ...," lirihnya. Pria paruh baya itu langsung menghampirinya dan berdiri di dekat tepi kasurnya. "Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanyanya. "Masih sama seperti sebelumnya ...," balas Stefani dengan suara pelan. "Istirahatlah. Kamu harus sembuh," pinta Mr. Jonathan. Tertawa miris, wanita bersurai merah muda itu membalasnya, "Untuk apa? Ayah saya sendiri bahkan menginginkan saya untuk mati. Kenapa Anda malah mengingin
Baca selengkapnya
CHAPTER 39: PREPARING FOR BIRTHDAY PARTY
Author POV "Kalian sepertinya begitu harmonis. Syukurlah ...," ujar Stefani sembari tersenyum tipis. "Eh ...? Hmm ... terima kasih," ucap Klara dengan ramah. "Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah lebih baik?" Kini giliran Nathan yang bertanya padanya. Wanita bersurai merah muda itu hanya mengangguk lemah tanpa mengeluarkan sepatah katapun. "Kalian pasti sudah tahu. Tapi, aku ingin bilang langsung pada kalian," ujarnya kemudian. "Tahu tentang apa?" tanya Klara merasa bingung. Sambil tersenyum tipis, Stefani berkata, "Ayah kalianlah yang telah menolongku. Beliau jugalah yang memberiku tempat tinggal untukku usai aku pulih. Kalian beruntung punya Ayah sebaik beliau." Nathan dan Klara sama-sama membelakakan kedua matanya. "Ka-kami berdua sama sekali tidak tahu-menahu soal itu," sanggah Nathan. "Hah? Lalu, kenapa kalian tahu kalau aku di sini?" tanya Stefani sembari mengerutkan dahiny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status