All Chapters of A Broken Marriage: Chapter 41 - Chapter 50
90 Chapters
Part 40
"Jika kau menginginkan bukti, maka biarkanlah aku membuktikannya. Itu hanya sebuah cincin tak lebih dari apa yang telah mengikat hubungan diantara kita berdua selama ini."Jean bersandar pada kepala tempat tidur. Sepasang mata kelabunya terus memandangi wanita yang terlelap disampingnya. Napas wanita itu nampak teratur dan terdengar lelah. Setelah bercinta dengan wanita itu, Jean hanya bisa terdiam memandangi wajah lelap itu dalam ketenangan. Ia berhasil menjamah wanita itu berkali-kali hingga ia sendiri pun tak ingat sudah yang berapa kali pelepasan itu ia dapatkan.Odelia selalu mengimbanginya. Dulu maupun sekarang rasa wanita itu tetaplah sama. Odelia tak pernah menolak sentuhannya, meski dalam keadaan marah sekalipun. Seperti halnya yang baru saja mereka lakukan. Wanita itu berulang kali mengumpat, melempar
Read more
Part 41
"Aku ingin membawamu ke tempat dimana aku bisa mengatakan pada seisi dunia bahwa kau adalah milikku. Jadi, bisa kupastikan takkan ada satu pun yang akan merenggutmu dari sisiku."Odelia memperhatikan benda perak yang melingkar indah pada jari mungilnya. Sebuah cincin emas putih dengan batu kecil berwarna biru menjadi begitu menakjubkan berada ditangannya. Jari-jarinya terasa asing dengan benda yang mengganjal itu. Sebelumnya ia sama sekali tak pernah memakai perhiasan apapun pada tubuhnya. Jangankan perhiasan, untuk makan saja Odelia harus bekerja di tiga tempat sekaligus."Kau suka?"Jean dibelakang sana tak bisa menyembunyikan senyumannya kala melihat wajah Odelia yang terperangah saat ia membelikan sebuah cincin pasangan itu. Mata wanita itu berbinar cerah
Read more
Part 42
"Aku tak tahu jika masa itu adalah masa terpahit dalam hidupku. Jikalau aku mengetahuinya sejak awal, aku takkan mencari tahu apa itu dan berusaha menulikan telingaku sendiri dari kenyataan yang ada.""Kau sedang apa, sayang?"Suara berat itu langsung menyentak wanita itu hingga ia terpekik pelan. ketika memablikkan tubuhnya, dilihatnya Jean tengah menatapnya penuh tangan dengan tangan yang penuh dengan kantung belanjaan mereka. Ia sungguh tak sadar apa yang dilakukannya saat ini. Kalau mungkin bukan karena panggilan pria itu, ia masih terus berjalan menyusuri lorong itu. Tapi, yang masih ada dalam benaknya, sebenarnya tempat apa itu?"Aku sedang melihat-lihat." Jawabnya. "Tempat apa itu, Jean?" Tanyanya menunjuk sebuah pintu kayu kecil yang berada di ujung lo
Read more
Part 43
"Aku melakukan semuanya, semua yang ada hanya untukmu. Sekalipun kau menganggap ini adalah sebuah kebohongan, aku tak pernah menyesalinya. Karena, disaat itu aku menyadari bahwa aku pernah memilikimu. Sekali."BRAKSuara pintu terbuka dengan kasar memecahkan keheningan didalam ruangan sempit itu. Disana, laki-laki yang sejak tadi meneriakkan nama "Odelia" tersenyum menyeringai. Napasnya tersengal, namun tak menyembunyikan kemarahan yang terpendam pada wanita itu."Jadi, disini tempat kau bersembunyi, Jalang?"Odelia, wanita itu meringsut ketakutan. Dengan tangan lemah itu, Odelia berusaha meraih apapun agar menutupinya dari lelaki yang kini tengah berjalan ke a
Read more
Part 44
"Aku melakukannya, semua hanya untuk bersamamu. Jika aku berkata yang sebenarnya, bisakah dia tetap tinggal disisiku?"Odelia duduk gelisah ditempatnya. Keringat yang semula tak pernah ada, kini bercucuran tak hentinya membayangkan jika dirinya saat ini berada ditempat asing yang tak diketahui oleh siapapun, termasuk dirinya. Ditambah dengan sepasang mata yang memandanginya penuh selidik sembari menyandarkan tubuhnya pada sudut meja yang diyakininya sebagai meja kerja."Kau gugup?' Tanya Rea yang menyadari keadaan wanita itu. dari cara duduknya ia bisa menebak bahwa Odelia merasa tak nyaman dengan tatapannya.Odelia terhenyak pelan sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya cepat. "Aku baik-baik saja."Rea meng
Read more
Part 45
“Aku mohon ijinkan aku tetap bersamamu. Sebesar apapun kesalahanku, aku akan membuat diriku kembali berguna untukmu. Tolong maafkanlah aku.”     Jean disana, duduk gelisah menunggu istrinya yang sudah hampir satu jam belum juga menyelesaikan urusannya dengan Rea. Ia gelisah, khawatir Rea akan mengatakan hal yang tidak-tidak pada Odelia. Ia takut semua kemanisan ini akan berakhir, begitu cepat sebelum ia mampu menyadarinya.     Lelaki bermata kelabu itu begitu menikmati kehidupannya. Belum pernah rasanya ia ketakutan akan sebuah kematian. Ada sesuatu yang menahannya untuk tetap tinggal. Ketika ia mulai bertanya, maka wajah Odelia-lah yang muncul dibenaknya. Ia begitu takut meninggalkan wanita itu,
Read more
Part 46
 "Adela."Suara parau Odelia mmecah keheningan diantara mereka yang tak berlangsung lama. Ia mematung ditempatnya saat melihat kehadiran wanita yang tak pernah disangkanya itu secara mendadak. Siapa yang mampu memprediksikan jika Adela datang kembali ke tempat ini setelah sekian lama. Terakhir, Odelia menerima tatapan mematikan dan ancaman kematian dari wanita yang merupakan kakaknya itu. Hingga kini Odelia masih tak mengerti alasan dibalik kebencian kakaknya itu. Hanya saja, Adela selalu mengumpatinya dengan sebutan anak haram.Dengan segera Odelia kembali mengembalikan kesadarannya. Ia menegakkan bahunya. Ia tak bisa lagi terlihat lemah didepan wanita itu. Odelia kini memiliki keberanian. Keyakinan bahwa Jean akan ada disisinya, tentu membuatnya tak ragu membalas semua perkataan kakaknya. Dia tak sendiri lagi. Odelia memiliki Jea
Read more
Part 47
"Aku yang kotor, aku yang hina, aku yang hanya sampah. Biarkanlah aku menyimpan rasa ini. Biarkan aku tetap mencintaimu seperti dulu. Meskipun aku tahu bahwa memintamu untuk memaafkanmu adalah tindakan yang paling tak tahu malu.""Aku takut." Ucapnya parau. Jean tak berdusta.Sepasang mata kelabu milik pria itu berhasil membuat Odelia terperangah. Tak ada yang lebih kelam dari pada kedua mata milik lelaki itu. Odelia menatapnya lama lebih dari biasanya. Ia berusaha mencari titik kedustaan disana. Namun sungguh, hanya sebuah ketakutan yang ia sendiri tak tahu yang ada disana.Jean ketakutan. Seluruh tubuh pria itu bisa dirasakannya terguncang hebat. Ia tak tahu apa yang membuat pria itu begitu merasa ketakutan. Jean yang kini berada dihadapannya seperti bukanla
Read more
Part 48
apakah beribu maaf dapat menghapusnya segala kesalahanku. Aku hanya tak ingin kau terluka, karena itu adalah satu hal yang tak bisa kucegah.""Mama!""Kau tak pantas berteriak seperti itu pada ibumu, Jeanattan." Riska memelototi anak sulungnya itu. siapa sangka Jean-nya yang dulu begitu penurut kini berubah menjadi sangat keterlaluan saat dirinya mengatakan bahwa Martha adalah calon istrinya. bukankah mereka sebelumnya adalah sepasang kekasih?Martha menceritakan semuanya. Wanita itu memberitahukannya semua fakta yang sama, seperti yang pernah ia dapatkan dari seorang detektif sewaannya. Keduanya memang sepasang kekasih bahkan sampai Jean menikahi wanita jalang itu. Riska hanya memiliki peran untuk mempersatukan mereka disini. peran sesungguhnya yang ia lakoni
Read more
Part 49
"Bunga terakhir, kupersembahkan kepada yang terindah. Sebagai satu tanda cintaku untuknya..."Siang itu mungkin menjadi hari yang panas, penuh kepenantan dan kelelahan. Matahari yang terik membasahi bumi tanpa ampun. Tak membiarkan siapa pun lolos dari cengkramannya. Nampak beberapa orang yang berlalu lalang di jalanan sana tanpa pelindung, mengeluh kesah karena kekejaman sang cahaya.Namun tidak pada sosok yang saat ini masih senang berkeliaran disekitar area taman bermain. Dengan riang wanita itu berlari kesana kemari hingga membuat lelaki yang setia mengikutinya dari belakang berteriak kencang mengingatkannya. Wanita yang mengenakan dress kuning tanpa lengan itu tak hentinya bersorak gembira saat pertama kali menginjakkan kakinya ditempat ini. Tak peduli seberapa keras protes yang diarahkan Jean kepadanya.
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status