All Chapters of The Undying Tales of AGORA BEAK: Chapter 11 - Chapter 20
84 Chapters
Under Siege [2]
Malam menunjukkan pukul 22.40, artinya sudah 40 menit Shabnock berada di dunia manusia. Strategi pertempuran melawan terak secara umum dibagi menjadi 3. Pertama mengalahkan di dunia manusia secepat mungkin. Kedua, menahan Terak selama mungkin hingga bulan terbenam."Taktik terakhir adalah meninggalkan portal dan menguburnya dalam-dalam," ucap Herman sambil membungkus jari telunjuk dan tengahnya dengan perban elastis."Me, memang bisa kita meninggalkan sekolah ini, bang?" Inge masih menahan serangan tombak Shabnock yang terus dilempar bertubi. Suara lolongan Shabnock terdengar memprovokasi mereka berdua."Jelas enggak mungkin. Tapi itu perintah terakhir yang diberikan kepada seluruh kapten jika kondisinya memungkinkan," balas Herman. Sesekali Herman mengusap-usap jari yang sudah dibungkus tersebut."Inge, tunggu aba-aba gue. Jika telat, serangan gue bakal menabrak tameng pelindungmu dan berbalik mengenai kita. Jadi perhatikan baik-baik," ujar Herman yang d
Read more
Under Siege [3]
Hantaman di gedung sekolah akhirnya mengagetkan seluruh orang yang berada di lapangan. Mereka yang berdiri terjatuh dan yang berlari akan tersungkur ke depan. Semua mata mencari sumber dentuman tersebut apalagi setelahnya jilatan api membumbung tinggi. Beberapa orang yang mendampingi Damar terbelalak dan saling bertatapan, mereke kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Damar."Kapten tiga orang yang bersembunyi di dalam ruang kelas saat Shabnock keluar portal," bisik salah satu penambang."Astaga! lo serius!?" Damar terkejut seraya melihat ke arah gedung yang sebagian besar dindingnya sudah retak besar."Dona pasti sudah mengaktifkan kemampuan turunannya. Kita tidak bisa sembarangan keluar dari kastil ini. Cek di ruang evakusasi, apa ada Pras di sana." Damar memberikan instruksi yang langsung dipatuhi kedua orang penambang tersebut, mereka segera beranjak menuju ruang bawah tanah.Damar begitu cemas mendengar laporan kedua orang tersebut, bertambahnya kor
Read more
Otchayaniye
Kekuatan Gita adalah binding. Kemampuan turunan yang membuatnya dapat membuat rangkaian rantai untuk menahan sesuatu. Ia dibekali delapan cincin shrapnel, namun hanya dua yang ia kenakan di masing-masing telunjuk. Saat ia mengaktifkan kemampuannya, keenam sisa cincin sharpel akan membebntuk ratus mata rantai yang memanjang, masuk ke tanah, keluar dari tanah di dekat lokasi target dan mengikatnya. "Arghh!!" Gita menahan tekanan yang kuat akibat Afif dan Inge yang menerjang kuat Donni dan Nora. Puluhan rantai muncul dari tanah dan menangkap mereka berempat. Gita menahan kuda-kuda agar lengannya kuat menahan tarikan tersebut. Begitu mereka berempat jatuh akibat rantai Gita. sebuah lembing menabrak medan tameng, menancap sekitar 5 centimeter dan berhenti total. Medan tameng tersebut kemudian menghancur lembing tersebut berkeping-keping. "Dona! kerja bagus!" teriak Danti kepada Dona yang masih duduk di dalam lingkaran. Tatapannya yang awalnya mengantuk me
Read more
Pride That Bind Us
"Nama saya Regita Widyanata, panggil saja Gita!" Seru Gita saat memperkenalkan dirinya pertama kali di depan pertemuan pertama Agora Beak bagi murid baru. Gita kembali mengingat masa lalunya hingga bagaimana harga diri menjadi bagian hidup si Silver Chain mangata.***Selesai memperkenalkan diri, kami, anak kelas 1 diminta ikut ke ruangan yang berisi loker, di ujungnya ada sebuah ruang rapat yang rupanya dapat diatur kapasitas pesertanya. Saat itu, Aku dan 12 anak lain yang memilih menjadi mangata akan menjadi tes kecocokan shrapnel. Namaku selalu dipanggil lebih dahulu karena bertubuh kecil dan berwajah manis, orang selalu melakukan itu sejak aku kecil dulu, hal itu sungguh mengganggu.Di depan sebuah meja berdiri seorang laki-laki, matanya berwarna coklat, tinggi dan berambut pendek bergelombang. Sambil tersenyum ia terus memberikan arahan akan pentingnya penggunaan shrapnel bagi seorang mangata. Aku yang sedari tadi merasa diistimewakan tidak begitu
Read more
That Peculiar Circumstance
Malam itu, berkat Mas Hendra tidak ada satupun korban jiwa kecuali dirinya. Mba Danti yang membantu pindah, kembali ke sekolah terus memberiku semangat, namun kata-katanya seolah tidak memiliki arti. Selang dua hari sejak aku dirawat di bangsal perawatan Agora Beak, petugas administrasi menghampiriku untuk membuat laporan. "Siang mba, rapat pimpinan memintamu untuk membuat laporan dan melaporkan di depan rapat" ujar perempuan muda itu, sepertinya dia angkatan baru. "Kapan rapatnya?" tanyaku ketus. "Besok malam." jawabnya singkat. "Baik, akan saya kerjakan." memang aku punya pilihan apa. "Saya bisa membantumu untuk membuat laporan karena it.." ucapannya tiba-tiba membuat darahku mendidih. "Diam! Saya bisa mengerjakannya sendiri, buat apa bantuan orang lain yang tidak mengerti kerasnya berhadapan dengan Terak!" Aku membentaknya, meluapkan amarah yang selang berganti dengan rasa kehilangan. Perempuan itu terdiam sambil menunduk. "
Read more
Mea Culpa
Gita seakan kembali ke realita, kenangannya dua tahun kebelakang awalnya ia pikir sebagai sebuah akhir. Namun, rasa percaya dirinya bangkit. Rasa sakit akibat kemampuan binding terus merekah dan memanjang mendorongnya untuk memutar otak. "Damar. Terima kasih. Gue sudah baikkan. Mungkin Terak ini masih bisa bertahan cukup lama hingga bulan terbenam, tapi gue aakan serahkan jiwa ini agar kalian selamat." Gita mengucapkannya dengan mantap, pandangan mata yang awalnya dipenuhi keraguan mendadak sirna, Gita siap menjadikan dirinya martir. "Gita jangan bicara omong kosong! Jalan kita masih panjang, tolong bekerjasamalah!" Seru Damar berusaha mengubah pikiran Gita. Senyum Gita menjadi jawaban yang tidak lagi dapat dinterupsi Damar. "Jimi! mundur!" Perintah Gita. Jimi mendengar jelas teriakan tersebut dan dan menghentikan runtutan serangannya. "Gita!" Damar sekali lagi memanggil nama Gita. Kedua tangannya masih erat menahan gerigi yang digunakan untuk membant
Read more
Mereka yang Memuncak
Beberapa sebelum serangan Gita kepada Shabnock, Gani masih berusaha membangunkan Marzuki yang pingsan di lapangan belakang. beralaskan ladang mineral berwarna kehitaman, ia berupaya menarik tubuh Marzuki ke pinggir agar menghindari serangan yang membabi buta datang. Namun, itu bukan pekerjaan mudah. "Gila! Bang Marzuki kok berat banget!?" Keluh Gani melihat tubuh Marzuki yang sedari tadi baru berpindah beberapa jengkal meski Gani sudah menyeretnya sekuat tenaga. "Lo ga apa?" tiba-tiba terdengar suara laki-laki yang menyapa Gani. Dengan sigap Gani mengambil kuda-kuda dan membuka lengannya, ia siap menepuk tangan. "Terlihat seorang penambang yang melepas topengnya. Dari wajahnya dipenuhi darah yang sedikit mengering, sepertinya kepalanya terluka hingga darahnya mengalir. Di kedua tangannya ia menenteng dua penambang lain, tanpa topeng dan darah masih menetes segerah dari arah wajah. "Lo penambang?" Gani kemudian melonggarkan kuda-kudanya setelah mengeta
Read more
Blowing the Mercury!
Herman merasakan puncak rasa sakitnya, energi photon yang dikumpulkan ditangannya memiliki konsekuensi yang ditanggung. Energi tersebut akan ditampung di ujung telunjuknya, fungsinya sebagai inang sebelum energi tersebut ditembakkan. Namun menahan kekuatan sebesar itu sama dengan menahan sebuah Unicorn [1]!. Herman menyadari konsekuensi tersebut dan menggandakan kemampuan shrapnel hingga empat kali. Caranya? dia mengenakan emapt buat cincin shrapnel di telunjuknya. Dengan metode tersebut mengurangi beban angkat dan peluncuran tembak photon, namun tidak dengan rasa sakitnya. Tembakan pertama dilesatkan ke kepala Shabnock yang terbuka karena sedang menyambut pukulan Jimi. Keras dan kuat, itu kesan pertama dari tembakan Herman. Seluruh orang terkejut, bahkan Herman sendiri yang tidak menyangka tembakannya akan menembak tembus salah satu mata Shabnock. "Bagus bang! Tapi sepertinya tadi hanya keberuntungan semata, gue harus mencari cara memberi tahu Kapte
Read more
Taking First Down
Herman tersadar, tubuhnya terbaring bersama reruntuhan dinding sekolah. Karena bagain belakang sekolah dipenuhi kebun, maka tidak ada kerusakan lain yang timbul. Mata Herman sempat merasakan perih, namun sepertinya dikarenakan darah yang keluar dari kepalanya mengalir ke wajahnya. "Gue terlalu meremehkan Terak tersebut. Tapi sekarang gue dimana? Bagaimana gue bisa disini.." Herman berusaha bangkit, tangan kirinya yang digunakan sebagai inang photon kini sudah sepenuhnya lumpuh, menggantung di samping Herman. "Kap..ten, Herman.." terdengar suara pelang yang berusaha memanggil nama Herman. Ia langsung mengenali suara itu sebagai suara Gani. "Gani! Gani! lo dimana?" sahut Herman sambil mencar-cari di antara reruntuhan dinding sekolah. Di tengah gelap kebun itu, Herman melihat sebuah lengan mengacung, seolah memberi tanda. "Gani!" tanpa pikir panjang, Herman segera berjalan cepat dengan tertatih mengejar lengan tersebut. Namun, belum jauh melangkah, perge
Read more
At The Death's Door
Melihat salah satu tanduknya yang terpotong rapi, membuat Shabnock naik pitam. Di detik yang sama, mereka yang bertarung di garis depan sudah siap melakukan serangan mati-matian. Target mereka hanya satu, mata Shabnock yang terus ditutupi oleh tangan. Listu juga menaikkan tensi melodi sehingga adrenalin para mangata meningkat hingga empat kali lipat. "Cukup! Beri saya waktu! Ludensia jahanaaamm!!" Shabnock meronta, seluruh orang kaget. Donni yang masih berpegangan dengan salah satu tanduknya ikut terlempar. Saat tangan yang digunakan untuk menutup matanya dibuka, Shabnock berusaha mencakar Nora yang berada dalam jangkauannya. Nora melihat jelas mata Shabnock, kuning bercahaya dan memberikan aura begitu kelam, hati Nora begitu gusar hingga gerakannya menjadi kian ragu. Kini, nyawanya berada di ujung tanduk. "Nora!" Jimi mengubah haluannya, ia ingin sesegera mungkin mencapai Nora. melihat gerakan yang tidak lincah, Hilman mengambil inisiatif untuk membuat tanah
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status