Semua Bab Hatimu Bukan Sebongkah Batu: Bab 41 - Bab 50
120 Bab
41. Kembali Merasa Curiga
Sementara makan, suasana antara Ricky dan Dayinta sedikit kaku. Sangat beda dari biasanya. Yang umum terjadi kalau mereka ketemu keributan muncul. Tapi kali ini seolah keduanya tenggelam dalam dunia masing-masing. "Enak banget. Kamu mau nambah, ga?" Ricky memecah kesunyian di antara mereka. "Oh? Eh, nggak, deh. Udah kenyang aku. Kamu kalau mau nambah ya silakan aja." Dayinta menyahut. Dia melanjutkan menghabiskan sisa makanannya yang tinggal tiga suap. "Baiklah. Kamu ga usah galau. Mimi pasti baik-baik. Kita akan jaga dia. Oke?" Ricky menenangkan Ricky. Itu yang Ricky pikirkan. Dayinta resah karena kabar yang Ricky sampaikan. Dayinta sedikit lega, Ricky tidak curiga kalau dia gelisah justru karena penyataan cinta Ricky beberapa hari lalu. Dayinta menunggu apakah Rikcy berniat akan mengatakan lagi, meyakinkan Dayinta tentang hatinya atau dia memilih mundur dan tetap bersahabat saja. Tidak lama setelah itu, mereka pun pulang. Sampai di tempat kos, Dayinta langsung mencari Mimi. Dia
Baca selengkapnya
42. Bertemu Lagi
Mata Mimi dan Allan bertemu. Mimi merasa sangat gugup. Terakhir mereka bersama di rumah, Allan sangat marah pada Mimi. Bahkan dia mulai masuk ke pertapaan lagi. Dia tidak mau memberi Mimi kesempatan bicara. Sampai sekarang komunikasi mereka putus. Dan, di pameran ini mereka baru bertemu lagi. "Fotonya sangat bagus, Kak. Aku suka." Sedikit bergetar suara Mimi. "Hm. Kamu apa kabar?" Allan berkata dengan nada datar. Tidak ada senyum di sana. "Aku, baik. Ya ..." Mimi merasa kikuk dan canggung. Jika diingat saat-saat bersama yang menyenangkan, kini mereka seperti tidak saling kenal begini, aneh sekali. "Oke," ujar Allan. Dia tetap terlihat tampan, meski dingin sikapnya. Allan memandang Mimi. Dia sangat rindu gadis itu. Dia ingin kembali bisa punya saat berdua lagi, seperti ketika Mimi masih di rumah. "Ehmm, kamu ga ingin ..." "Allan!" Seseorang menepuk bahu Allan. Allan menoleh pada pria itu. Pembicaraan mereka terputus. Pria itu datang dengan seorang wanita cantik, modis, dan anggun
Baca selengkapnya
43. Apa yang Terjadi?
Wajah Allan masih memandang lurus pada Velia. Dia menghela napasnya dan meneguk tiga kali isi cangkirnya. "Di mana kalian bertemu?" Tidak ada jawaban dari Allan membuat Velia bertanya lagi. "Di pameran, kemarin." Suara Allan pelan, tidak gembira sama sekali. "Bersama kekasihnya?" tanya Velia memastikan jika itu yang membuat Allan semakin galau. "Aku tidak tahu. Dia sedang berdiri memandang foto yang aku sertakan di lomba. Sendirian. Hanya say hello, lalu Dalton memanggilku bertemu Andini." Allan meletakkan cangkirnya. Velia memandang Allan. Tidak ada yang terjadi. Allan hanya terbawa perasaannya sendiri. Dia pasti sangat merindukan Mimi. Velia tahu, hati Allan mulai dalam menyayangi Mimi. Tetapi kenyataan tidak berpihak padanya. "Lan, tetap jadilah kakak buat Mimi. Tidak apa-apa jika dia tidak bisa bersama kamu sebagai ..." "Ga usah bicara, Ma. Aku tahu." Allan berdiri. Dia tidak menghabiskan sarapannya. Dengan sedikit kesal Allan berjalan kembali masuk ke kamarnya. Velia mende
Baca selengkapnya
44. Lakukan dengan Benar!
Ricky mengucek matanya. Itu kenapa pakai peluk dan cipika cipiki gitu? Setahu Ricky, sama Mimi juga Nehan nggak begitu. Ada yang aneh. Nehan dan cewek itu duduk berdua. Dekat, mata mereka saling pandang, tersenyum. Sesekali Nehan menepuk pipinya, lalu ci cewek juga memegang tangan Nehan. Ricky menoleh ke jam dinding, hampir jam delapan malam. Peraturan di kos ini kalau terima tamu cewek hanya sampai jam delapan. Ricky tiba-tiba ada ide. Apa reaksi Nehan kalau melihat Ricky muncul dan memergoki dia dengan cewek itu? "Man, aku balik, ya?" Cepat-cepat Ricky mengambil jaketnya yang tergantung di sandaran kursi di dekatnya. "Pulang? Udah selesai memata-matai?" ujar Diman heran. "Ada, deh. Aku cabut." Ricky keluar kamar Diman. Dia berjalan ke arah halaman rumah itu. Bagusnya dia parkir motornya di dekat teras. Mau tidak mau dia akan mendekat pada dua makhluk yang terlihat happy itu. Begitu sampai di dekat motornya, Ricky menoleh ke arah teras. Nehan duduk sedikit membelakangi Ricky. Cew
Baca selengkapnya
45. Di Rumah Allan
Angin terasa makin dingin karena hari sudah gelap. Cahaya lampu yang remang-remang memang membuat kesan romantis di sekitar Mimi dan Nehan. Tempat yang cantik dan indah, melengkapi manisnya kebersamaan dua sejoli itu. Nehan memandang Mimi. Dia ingat, hari itu dia menelpon Mimi dan gangguan datang. Dengan cepat dia memotong pembicaraan dan mengakhiri panggilan. Dia pikir Mimi tidak mendengar, ternyata dia bertanya juga. Yang Nehan takutkan adalah Ricky akan memberitahu Mimi kalau dia melihat Nehan dengan seorang wanita, ternyata tidak. Mimi justru menanyakan hal yang lain. Setidaknya Nehan sudah mengantisipasi apa yang akan dia katakan jika Mimi bertanya soal hubungannya dengan cewek lain. "Oh, itu ... sepupuku, Mi. Aku pernah bilang, kan?" Nehan meraih tangan Mimi. Dia tetap tenang dan tersenyum manis pada Mimi. "Sepupu? Apa dia tinggal serumah dengan kakak?" Mimi mencoba meminta penjelasan. Buat Mimi tidak masuk akal juga kalau dia dengan keponakannya ber-sayang ria begitu. Awalnya
Baca selengkapnya
46. Siapa Cewek Itu?
Kalimat yang Allan katakan membuat Mimi merasa ragu untuk bicara pada Allan. Beberapa saat dia tak bergerak, tak merespon apapun. "Kamu dengar yang aku katakan?" Allan membuyarkan lamunan Mimi. "Eh, iya, Kak. Aku dengar. Aku ingin kita baikan." Sedikit takut, Mimi bicara lalu menundukkan kepala. Allan terdiam. Ya, selama ini dia dan Mimi seolah bermusuhan. Gara-gara Nehan, bukan gara-gara Mimi tidak jujur kalau sudah pacaran dengan Nehan. Allan menepuk kursi di sisinya. Mimi melangkah mendekat, duduk di kursi itu. Hati Mimi makin dag dig dug. Dia takut salah bicara lalu Allan akan marah besar. "Oke. Kita baikan." Allan memandang Mimi. Ada rasa lega mengalir di hati Mimi. Meskipun tanpa ekspresi, kata-kata itu Allan ucapkan. Dan Mimi tahu Allan serius, dia tidak bohong. "Maafkan aku, Kak. Aku sudah menyakiti Kak Allan. Sama sekali aku ga ada maksud begitu." Mimi mengucapkan lagi maaf, yang sudah lama dia pernah ucapkan, dia tulis dalam surat, dan dia ulang lagi. "Aku akan baik-b
Baca selengkapnya
47. Pengakuan Nehan
Dengan kasar Mimi mengusap kedua pipinya yang basah. Dia tak menduga ternyata pria yang dia cintai, yang terlihat begitu baik, adalah seorang pendusta. Nehan punya kekasih selain Mimi. Betapa perih rasa hati Mimi. Dia dipermainkan. Selama ini Mimi sudah menemukan tanda-tanda, tetapi dia menyisihkan semua itu. Naif! Hanya karena dia cinta pada Nehan dan terperdaya sikap Nehan yang semanis itu. Ternyata semua sandiwara belaka. "Kamu yakin, Mi?" Dayinta memandang Mimi. Mimi mengangguk lalu menceritakan kejadian yang baru dia alami. Juga setidaknya dua kejadian yang sempat membuat Mimi curiga. Tapi semua itu dia buang jauh-jauh, tidak ingin berpikiran buruk pada Nehan. Dayinta cukup lega mendengar ini. Kemudian dia bisa juga bercerita tentang kecurigaan Ricky dan penyelidikan yang Ricky lakukan terhadap pacar Mimi. "Apa? Jadi kamu dan Ricky tahu kalau Kak Nehan sebenarnya ..." Mimi menatap Dayinta. "Mi, kami belum yakin. Belum ada bukti nyata. Sama seperti kamu, kami curiga. Itu saja.
Baca selengkapnya
48. Beri Aku Waktu
Nehan memandang Mimi. Kedua tangan Nehan memegang bahu Mimi. Dia sedikit memaksa Mimi melihat padanya. Nehan masih ingin meyakinkan Mimi bahwa hanya Mimi yang ada di dalam hatinya. "Mi, aku ga bohong soal perasaanku. Aku jatuh cinta sama kamu. Dan rasa sayangku terus berkembang buat kamu. Sherly memang masih di sekitarku. Tapi aku tahu tujuan hidupku ke depan seperti apa. Dan yang aku lihat ada kamu di sana, bukan Sherly." Nehan sepenuh hati mengucapkan ini. Mata Mimi masih basah. Marah dan kecewa tentu saja jelas menggelayut di wajahnya yang cantik itu. Dan Nehan merasa sangat bersalah telah membuat Mimi menangis. "Mi, kumohon, beri aku waktu. Aku hanya sayang sama kamu. Please ..." Mimi menunduk dalam-dalam. Dia juga sayang Nehan. Nehan pria pertama yang membuat Mimi merasakan getaran cinta, kasmaran, dan bagaimana rasanya menjadi seorang kekasih. Ternyata hanya beberapa saat, keindahan cinta yang dia rasakan harus berbalik menjadi sebuah kesalahan besar. Dan itu kenyataannya. Mi
Baca selengkapnya
49. Nehan Tak Mau Menyerah
Pesan yang Mimi terima dari Allan membuat Mimi tersenyum lebar. Allan sudah selesai skripsinya. Dia mengirim foto telah tuntas sidang di depan dosen. Ternyata Allan terus berjuang. Mimi sangat senang. Dengan cepat Mimi menjawab pesan dari Allan. - Kak, congrats. I am proud of you. You are great, my brother. Ah, hati Mimi sedikit membaik. Kabar dari Allan membuat Mimi terhibur. Dia tidak terlalu memikirkan rasa kecewanya karena Nehan. Pesan balasan masuk lagi dari Allan. - Thank you always support. Mimi terdiam. Allan mengatakan Mimi selalu support dia. Sedangkan sekian lama mereka tidak ada komunikasi, tidak ada saling memberi kabar. Baru beberapa hari terakhir saja. Tapi Allan merasa Mimi selalu support dia. Padahal justru Mimi melukai Allan karena tidak jujur soal Nehan. Mimi tidak tahu harus merespon apa dengan pesan terakhir Allan. Bingung memilih kata yang tepat untuk menjawab. Pesan Allan masuk lagi. - Aku akan menemui Yudha. Andai bisa bersama kamu. Pesan itu membuat Mim
Baca selengkapnya
50. Kamu Perebut Pacar Orang!
"Nehan ngapain kamu?" Ricky bicara setengah suara, tapi nadanya jelas sangat kesal. "Nanti saja, kuliah mau mulai." Dayinta mengingatkan. Ricky mengembuskan napas berat dan mengarahkan pandangan ke depan kelas. Dosen sudah berdiri di depan kelas siap mengajar hari itu. Mimi dan kedua sahabatnya pun tidak melanjutkan perbincangan. Mereka memfokuskan diri pada kelas yang mulai berjalan. Mimi sulit berkonsentrasi. Bagaimanapun situasi dia sangat mengganggu dia belajar. Mimi biasanya bisa mencatat dengan lengkap, tapi kali ini hanya beberapa baris kalimat saja yang bisa dia tuangkan dalam catatan. Kepalanya berpikir keras, bagaimana dia bisa bersikap tegas pada Nehan agar cowok itu tidak kembali lagi. Karena Mimi yakin, Nehan pasti akan terus mengejar dia. Setelah kuliah usai, Mimi berkeinginan cepat pulang. Dia tidak ingin keduluan Nehan datang dan memaksa bertemu. Hari ini seharusnya ada latihan paduan suara. Tetapi Mimi sudah sangat malas. Karena jika ingat paduan suara, maka yang m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status