All Chapters of Hatimu Bukan Sebongkah Batu: Chapter 51 - Chapter 60
120 Chapters
51. Langkah Terakhir Nehan
Di dalam kamarnya, Mimi menangis tersedu-sedu. Dia menelungkupkan wajah pada bantal. Suara tangisnya tidak terdengar jelas, tetapi bahunya berguncang-guncang. Dayinta mendekati Mimi. Dia mengusap punggung Mimi, tapi tidak bicara apapun. Dia biarkan Mimi melepas marah dan sedihnya. Untuk kesekian kali gadis itu menangis. Padahal dia berusaha tegar. Namun kali ini, pertahanannya runtuh. Kedatangan kekasih Nehan membuat hati Mimi carut marut lagi. Apalagi di depan teman-teman kos yang lain. Entah apa pikiran mereka tentang Mimi. Mimi sangat malu. Orang tidak akan menahan pikirannya untuk bertanya lebih dulu yang mereka lihat benar atau salah. Sangat mudah mereka langsung menyimpulkan yang mereka lihat itulah kenyataannya. Mimi rasanya tidak bisa bertemu dengan siapapun. Dia ingat mamanya, dia juga ingat Velia. Tapi malu untuk menghubungi mereka. Mimi pun tidak ingin jadi beban orang-orang yang sayang padanya. Setelah sekian lama menangis, Mimi duduk. Dia bersandar di dinding, sibuk men
Read more
52. Lepaskan Aku!
Dayinta dengan cepat menemui Ricky. Setelah mendapat pesan dari Mimi, dia langsung merasa cemas. Apa yang Nehan mau? Kenapa dia membawa Mimi? Pasti ada yang tidak beres. "Ky, gimana? Kamu tahu daerah Songgoriti?" Dayinta bicara dengan rasa kuatir. "Aku ga paham la. Ke sana pernah ke tempat rekreasi doang. Kalau daerah villa kan cukup luas. Duh, tuh cowok mau apa, sih?" Ricky juga bingung. Mereka tidak tahu harus mencari Mimi ke mana. Keduanya ingin cepat menyusul, tapi juga bingung karena tidak paham tempat di mana Mimi sekarang. "Minta Mimi share loc di mana dia," pinta Ricky. "Iya, ini lagi aku chat." Dayinta masih sibuk dengan ponsel. "Day, Kak Allan." Ricky memandang Dayinta. "Ah, kamu benar. Kak Allan mungkin tahu daerah itu." Dayinta mulai jadi semangat. Dia mencari nomor kontak Allan. Tapi dia mikir juga mau bicara apa pada Allan. Sudah lama mereka tidak ada komunikasi karena Mimi berselisih dengan Allan. "Udah ayo, cepat." Ricky tidak sabar karena Dayinta hanya mematung
Read more
53. Pertolongan
Dayinta menunjuk sebuah villa bercat putih dengan pagar berwarna hitam. Dia minta Ricky menghentikan motor di depan gerbang. Allan juga menghentikan mobil dan segera turun menemui Ricky dan Dayinta. "Kalau sesuai lokasi yang Mimi kirim, benar, ini tempatnya. Ayo, masuk." Allan membuka pagar. Ternyata tidak terkunci. Dayinta dan Ricky pun mengekor di belakang Allan. "Sepi, Kak. Ga ada tanda-tanda manusia," kata Dayinta. Ricky memperhatikan sekeliling. Memang villa itu seperti kosong. Kalau misal mereka di sini, harusnya ada kendaraan Nehan, atau jendela terbuka. Semua tertutup, seperti ditinggalkan kosong. Allan mendekat ke pintu depan dan memencet bel. Tidak ada suara apapun di dalam. Allan mencoba mengintip dengan menempelkan wajahnya di jendela kaca. Tidak bisa terlihat jelas. Dayinta mencoba menelpon Mimi, tapi tidak ada jawaban. Masuk panggilannya, tapi tidak diangkat. "Ayo, Mi ... angkat telpon kamu," ujar Dayinta gusar. Ricky berjalan memutar ke sebelah samping. Ada pagar
Read more
54. Aku Mau Sama Kamu
Keluar dari rumah Allan, Ricky mengantar Dayinta kembali ke tempat kosnya. Tapi dia lebih dulu mengajak Dayinta makan malam. Sederhana saja. Mereka beli bakso yang mereka temui di pinggir jalan sambil lewat. Tapi ternyata lumayan enak juga. Sambil menikmati bakso panas, mereka masih bicara tentang kejadian yang dialami Mimi. Benar-benar mereka tidak menyangka, Nehan bisa segila itu kelakuannya. Dayinta dan Ricky selama ini cukup kagum dengan kakak tingkat mereka itu. Ternyata siapa yang menduga dia punya sisi lain yang mengerikan. "Kurasa, dia pasti biasa aneh-aneh sama ceweknya. Kalau nggak, mana mungkin dia tega sama Mimi." Dayinta masih kesal, bicaranya sedikit ketus. "Bisa jadi. Ingat yang aku lihat dia sama cewek di tempat kosnya? Itu juga entah cewek yang mana lagi. Serius, aku masih heran ternyata kating sekelas Nehan bisa kayak gitu." Ricky juga cuma bisa geleng kepala memikirkan Nehan. "Menurut kamu, Mimi akan lapor kejadian ini ga? Memproses buaya itu?" tanya Dayinta. "A
Read more
55. Kelegaan dan Rasa Bersalah
Tatapan Mimi belum beralih. Permintaan Allan rasanya seperti hadiah istimewa buat Mimi. Allan minta Mimi balik ke rumah ini lagi. Ada rasa lega yang meluap di hati Mimi. Mimi rindu rumah ini, rindu kamar depan ini yang biasa dia tempati, yang ternyata masih sama seperti saat Mimi keluar dari rumah ini. "Maafkan aku, Mi." Allan membuyarkan lamunan Mimi. "Kenapa minta maaf, Kak? Aku justru menjadii beban. Tante Velia dan Kak Allan ikut kepikiran karena aku jauh. Aku, aku seharusnya lebih sabar sama Kakak," kata Mimi. Dia tidak mau Allan merasa bersalah begitu. Pilihan Mimi sendirilah untuk keluar dan pindah kos. "Kamu sudah sabar, aku yang terlalu egois." Allan menatap mata Mimi yang masih sedikit bengkak. Yang Allan khawatirkan Mimi akan mengalami trauma karena kejadian di villa. Kekasih Mimi, orang yang dia cintai justru tega menyakitinya. "Aku, aku akan tinggal di sini lagi." Mimi menyetujui permintaan Allan. Allan tersenyum. Senang dan lega. Mimi akan dekat lagi dengannya. Setia
Read more
56. Terakhir Kalinya
Refleks, Mimi memegang lengan Dayinta erat. Tiba-tiba saja tangannya gemetar, dadanya berdegup kencang, kedua kaki Mimi terasa lemas. Dayinta dan Ricky pun sangat terkejut, Nehan berani datang ke rumah ini! "Mimi ...," panggil Nehan. "Papa ...," ucap Mimi. "Papa!" "Kita masuk, Mi." Dayinta membantu Mimi berdiri. "Mi, tolong, aku mau bicara sama kamu." Nehan maju beberapa langkah. Dia menatap Mimi yang mulai ketakutan. Mimi tidak mau melihat ke arah Nehan. "Aku mau masuk." Itu yang Mimi bisikkan pada Dayinta. "Oke, kita masuk." Dayinta merangkul Mimi dan membawa gadis itu ke ruang dalam. Hendra, Viviana, Allan, dan Velia muncul. Rasa terkejut juga mereka tunjukkan karena Mimi pucat sekali. "Kenapa?" tanya Allan. "Nehan. Dia di depan," jawab Dayinta. "Dia di sini?" Allan tak kalah terkejut mendengar itu. "Ayo, kita ke kamar saja." Viviana mengajak Mimi ke dalam. Dayinta ikut masuk ke kamar. Sedangkan Hendra, Allan, dan Velia menuju ruang depan. Nehan berdiri berharap Mimi akan
Read more
57. This is Real Good Bye
Suasana ruang tamu hening, meski ada beberapa orang di sana. Orang tua Mimi, Velia dan Allan, lalu Ricky dan Dayinta. Mereka diam, memandang pada Mimi yang duduk dengan wajah sendu, sesekali memandang pada Nehan. Mimi, menguatkan hatinya untuk bertemu Nehan. Sebenarnya dia belum siap. Tapi dia meyakinkan dirinya sendiri, dia harus menyelesaikan persoalan dengan Nehan. Viviana dan Hendra ada di kiri dan kanannya. Mereka mendampingi Mimi agar gadis itu bisa tetap tenang berhadapan dengan Nehan. "Ayo, kita ke dalam." Velia mengusap pundak Allan. Dia berpikir Mimi mungkin akan lebih nyaman jika tidak banyak orang yang ikut terlibat dengan pembicaraannya. Allan mengangguk. Lalu dia mengikuti Velia ke dalam. Begitu pula Ricky dan Dayinta akhirnya memilih meninggalkan ruang tamu. Tinggal Nehan berhadapan dengan Mimi dan orang tuanya. Dia melihat Mimi yang memandang lurus padanya, tapi tatapan Mimi tidak ke arahnya. Mimi memang tidak mau melihat Nehan. Rasa marah dan muak memenuhi rongga d
Read more
58. Senyum Itu Telah Kembali
Hari-hari berlalu. Mimi makin membaik. Kesedihannya perlahan menghilang. Apalagi dia fokus dengan studinya. Ujian sudah di depan mata. Hingga akhir bulan Mimi akan bergelut dengan berbagai ujian. Mimi tidak mau memikirkan yang lain. Setiap ingat Nehan, dia akan cepat alihkan dengan melakukan berbagai aktivitas. Viviana sudah balik ke Surabaya. Tapi setiap hari berulang kali Viviana akan menghubungi Mimi, memastikan jika putrinya itu baik-baik saja. Velia dan Allan juga sama. Mereka terus mendampingi Mimi agar dia cepat pulih. "Mi, kalau ujian selesai, kamu pulang?" tanya Allan. "Iya, Kak. Aku mau pulang." Mimi menjawab sambil tangannya menyirami bunga-bunga di taman depan. Sementara Allan merapikan sederetan tanaman di sisi yang lain. "Aku antar, ya? Jadi papa mama kamu ga usah jemput ke sini." Allan menawarkan diri. "Oh, oke ...." Mimi menoleh pada Allan. Lalu dia kembali memperhatikan tanaman yang dia siram. "Ada rencana ke mana gitu, liburan?" tanya Allan lagi. "Belum tahu, K
Read more
59. Aku Akan Memikirkannya
Mimi memandang Allan. Pria tampan di depannya itu menunggu jawaban Mimi. "Aku ... Beri aku waktu ... Aku akan memikirkannya." Mimi mengalihkan pandangan. Dia melihat keluar jendela mobil, lurus ke depan. Allan sedikit kecewa. Meskipun dia tahu sangat mungkin Mimi tidak akan segera menjawab, dia tetap berharap, ada peluang Mimi bisa menerima dia. "Oke. Aku akan menunggu. It is okay." Allan mengulum senyum tipis di bibirnya. Lalu kembali dia menjalankan mobilnya. Perjalanan mereka berlanjut. Dan suasana tidak seceria sebelumnya. Baik Allan maupun Mimi tidak banyak bicara. Senyum dan canda hanya sesekali saja terdengar. Hingga tiba di rumah keluarga Mimi, kekakuan belum juga mencair. Setelah mobil di parkir, segera Mimi turun. Sambil. Menenteng kopernya, Mimi bergegas masuk ke rumah. Dia mencari Viviana, sang ibu. Viviana memeluk Mimi erat. Dia sangat lega putrinya pulang dengan keadaan baik. Mimi bisa tersenyum lebar. Sangat melegakan. "Terima kasih sudah mengantar Mimi, Allan. Ka
Read more
60. Kakak Memang Cocok buat Aku
Mimi membuka pintu lebar-lebar dan membiarkan Allan masuk. Lalu dia mengantar Allan ke kamar tamu yang ada di sebelah kiri ruang tamu. "Kakak istirahat saja. Atau, Kakak mau makan?" Mimi bertanya pada Allan. "Aku sudah makan. Om dan Tante ....""Papa dan Mama sudah di kamar. Kalau ga perlu apa-apa, aku ke kamarku, Kak," sahut Mimi. "Oke. Makasih, Mi." Allan tersenyum. Ingin sekali dia bertanya, apakah Mimi siap menjawab permintaannya. Tapi Allan ragu-ragu. Mimi melangkah menjauh. Muncul tiba-tiba ide di kepala Allan. Dia memanggil gadis itu. "Mimi!" Mimi menghentikan langkah dan menoleh. "Ehh, besok mau jalan?" tanya Allan. "Kakak ga ada urusan sama Andini?" balas Mimi. Yang Mimi tahu Allan ke Surabaya untuk keperluan pekerjaan. "Ternyata tadi udah langsung kelar. Jadi besok aku free. Mau ya?" pinta Allan. "Oke. Kakak mau ke mana, aku antar," ucap Mimi. "Lihat besok, deh. Sekarang kamu pasti udah capek," kata Allan. "Iya. Selamat malam. Selamat istirahat, Kak." Mimi menerusk
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status