Semua Bab TRUE LOVE BEAST HUSBAND: Bab 51 - Bab 60
76 Bab
Pengalaman Pertama Yang Mengejutkan
Ketika itu Mira mandi, Leo terbangun dengan kepala yang berat. Perutnya ingin mengeluarkan sesuatu. Segera dia berlari mencari kamar mandi terdekat di luar kamarnya dengan sempoyongan. Tapi isi perutnya semakin mendesak ingin segera keluar. Leo sudah tidak dapat menahannya lagi. Akhirnya dia mengeluarkan semuanya pada tempat sampah yang ditemukannya di depan kamar. Setelah semuanya dikeluarkan, barulah Leo merasa lega. Dia terduduk bersandar pada tembok dengan lemas.  Tanpa menunggu terlalu lama, Leo kemudian berusaha berdiri sekuat tenaga yang masih dia punya. Berjalan lunglai menuju ke dalam kamarnya kembali. Bukan ingin istirahat, tapi mengganti pakaiannya dengan kemeja dan jas.  Langkah kakinya dibuat secepat mungkin untuk turun dari tangga. Padahal nyatanya masih berjalan sempoyongan dan lambat. Setelah sampai ke dalam mobilnya. Leo menyandarkan kepalanya sebentar. Kemudian dengan hitungan detik, mobilnya sudah melaju bersamanya. Di
Baca selengkapnya
Perlakuan Kasar Leo
Setelah kejadian makan malam yang kacau itu. Leo memilih tidur di ruang tamu. Mira ditinggal sendiri di lantai tiga kamarnya. Gadis manis itu termenung sendirian. “Kata orang, malam pertama itu, malam terindah. Buatku, itu malam terburukku,” ucap Mira diiringi isakan tangis yang pilu. Dia tidak mau menahan suaranya. Bahkan langit seolah ikut sedih bersamanya. Mira berteriak sekencang-kencangnya bersamaan dengan suara gemuruh guntur dan kilat yang sahut menyahut di langit. Saat itu hujan turun sangat deras. Leo mendengar suara teriakan itu samar-samar. Dia berusaha memperjelas pendengarannya, namun hasilnya nihil. Dia kemudian kembali memejamkan mata walau dengan perasaan jengkel dan emosi tinggi. Saat tidur dia bermimpi. Memimpikan istrinya berhubungan badan dengan Noval.  “Tidaaak!” teriaknya saat terbangun dari tidurnya. Wajahnya penuh dengan peluh. Itu mimpi terburuk yang pernah dialami seumur hidup. Leo segera berlari ke lantai tiga kamar
Baca selengkapnya
Telepon Dari Mantan
Mira segera menyalakan lampu duduk yang berada di sisinya. Setelah mengetahui sosok dari seseorang itu, matanya langsung melebar tajam. “Aapa yang kamu lakukan dengan teleponku?” tanyanya sambil terbata-bata, antara kaget dan ketakutan. Lelaki itu memandang Mira datar. Tak ada ketakutan di matanya. “Aku sedang mengecek isinya? Kenapa? Apa kamu takut ketahuan?” “Ketahuan, apa?” tanya Mira kebingungan. “Apa selama ini kamu berhubungan dengan seseorang di belakangku dan menghapus setelahnya?” tanya lelaki itu mulai emosi. “Seseorang? Sapa maksudmu Leo?” Nada bicara Mira mulai naik. “Seseorang di masa lalumu,” jelas Leo sambil mengangkat dagunya. Setiap kata dari bibirnya diberi penekanan.  “Masa lalu? Siapa maksudmu? Berkata yang jelas, jangan teka teki seperti itu ... oh maksudmu, Noval?”  “Hebat. Tanpa aku jelaskan, kamu sudah tau. Berarti benar, selama ini kamu dengannya,” ucap Leo dengan m
Baca selengkapnya
Munculnya Keberanian
"Iya, maaf aku tadi melamun,” jawab Mira “Oh, gak apa-apa, Mir. Sante saja,”  Noval menelepon Mira sekedar bertanya kabar. Memulai pembicaraan memancing tertawa kecil Mira. Itu membuat mereka cukup lama di telepon. Yang membuat Mira bisa menutup sedikit luka hatinya. Malamnya, Leo berulah lagi. Datang sekitar pukul dua belas. Ketika itu, Mira turun dari tangga. Dia ingin ke dapur mengambil minuman di kulkas. Tapi saat berada di lantai dua, dia melihat Leo baru datang dan langsung ke kamar tamunya. “Leo. Kenapa gak masuk ke kamar kita?” tanya Mira ingin tahu. “Aku sedang tidak ingin memandang wajahmu,” jawab Leo dingin dengan tatapan setajam es ke Mira saat di depan pintu. “Aku salah apa lagi, sih?” tanya Mira sambil menghela napas pelan. “Kamu. Sudah tidak jujur sama aku,” jawab Leo dengan nada tinggi. “Ini soal apa lagi?” “Coba kamu tanya dirimu sendiri!” ucap Leo dengan nada tinggi
Baca selengkapnya
Mira berubah
Tapi Leo tidak membalas tindakan Mira. Dia berdiri mengambil teleponnya dan mengirim pesan kepada Bibi Jum untuk dibuatkan sarapan, sesuai keinginannya. Setelah itu, menoleh sedikit ke arah Mira dan berjalan menuju ke kamar mandi dengan wajah kesal. Setengah jam kemudian, Leo keluar dari kamar mandi. Saat melihat ke arah tempat tidur. Dia tersentak kaget hingga menghentikan langkahnya. Kepalanya di gerakkan ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan sosok istrinya. Tapi tidak ketemu. “Apa kamu mencariku, Leo?” tanya Mira yang tiba-tiba bersuara di belakang Leo sambil mengunyah camilan dalam stoples yang dipegangnya. Membuat Leo hampir melompat karena kaget. “Tolong siapkan baju kerja untukku,” kata Leo dengan nada datar berusaha mengalihkan perhatian Mira. Mulut Mira sangat sibuk dengan suara kunyahan camilan yang masuk ke mulutnya. Dia hanya melihat Leo tanpa menjawab ucapannya. Lelaki gagah itu kembali tertegun. Dipandangnya istrinya, “
Baca selengkapnya
Kecurigaan Leo
“Dia mulai berani membentakku. Apa yang membuatnya berubah? Seperti bukan Mira yang kukenal.” Tumben sekali. Leo tidak emosi seperti biasanya. Padahal wajahnya baru disiram oleh Mira. Yang timbul di pikirannya hanyalah, rasa curiga kepada istrinya. Jadi, ketika mengelap wajahnya. Dia berencana melakukan sesuatu nanti malam setelah Mira terlelap. Mira naik ke lantai tiga kamarnya dengan perasaan kesal. Namun rasa kesal yang dirasakan tidak sebesar yang dia pikirkan. Mungkin karena kekesalan itu dilampiaskan dengan menyiram wajah suaminya. Jadi ada efek lega setelahnya.  Dia kemudian menyibukkan diri, berusaha mengalihkan perhatian dengan mengotak atik telepon selulernya. Entah mengapa, di pikirannya terbesit nama Noval. Saat itu dia berharap bisa menghubunginya dan menceritakan semua hal yang mengganjal di hati. “Kalau aku telpon. Bisa ketauan,” pikirnya ragu. “Kalau aku kirim pesan, mungkin gak akan jadi masalah. Apalagi bisa aku hapus setela
Baca selengkapnya
Perubahan Sikap
Tepat, ketika pintu dibuka. Mata Leo dan Mira saling melempar pandangan. Dawainya masih ada di genggaman. Bahkan layarnya masih menyala. Leo mengalihkan pandangannya dari mata Mira menuju ke dawainya. “Kamu baru menerima telepon dari siapa?” “Kenapa kamu mau tau? Kenapa tiba-tiba peduli?” tanya balik Mira dengan nada tajam. “Kamu sudah bersuami. Tidak baik menerima telepon dari lelaki lain,” jelas Leo dengan nada tinggi. “Dari mana kamu tau kalau lawan bicaraku laki-laki? Apa kedengaran dari balik pintu itu?” cerca Mira. “Kamu sekarang banyak bicara ya. Dipengaruhi oleh siapa? Hingga berani dengan suami seperti ini!” Nada bicara Leo semakin ikut menukik. “Yang jelas semua karena dirimu. Karena sikapmu selama ini.” “Apa tadi itu Noval?” tembak Leo membuat Mira membulatkan matanya karena terkejut. Mira membeku. Leo memberikan senyuman miringnya, ”Betul ‘kan? Ternyata selama ini aku benar. K
Baca selengkapnya
Pertemuan Dengan Noval
“Makan dulu buburnya, Mir. Baru minum obat. Badanmu sangat panas. Aku takut terjadi sesuatu sama kamu.” Nada bicara Leo memelas. Walaupun mendapat hinaan dari istrinya. Yang penting buatnya saat ini dia bisa memperbaiki kesalahannya dan berhubungan baik kembali. Prak!  Piring berisi bubur ayam buatan Leo ditumpahkan ke lantai oleh Mira. Leo segera membereskannya dan mengambilkannya bubur lagi di dapur lantai satu dengan sabar. “Tolong, Mir. Jangan hiraukan aku. Pikirkan dulu kondisimu.” Leo tetap berusaha agar Mira mau makan tapi percuma. Kepalanya sudah sekeras batu, sangat susah untuk diberitahu. Leo menyadari kalau itu juga karena dirinya yang sudah bersikap keterlaluan selama ini. Pukul lima pagi. Syukurlah, akhirnya Bibi Jum datang. Dia yang mengurusi dan menyuapi Mira agar mau makan dan meminum obatnya.  Selang dua jam kemudian. Panas di tubuh Mira telah turun. Suhu tubuhnya normal kembali. Leo bisa bernapas
Baca selengkapnya
Melarikan Diri
“Berhenti Leo aku tidak ingin melakukan ini.” “Kenapa harus menahan hasrat sekarang? Kamu adalah istriku.” Leo kembali melingkarkan tangannya di kedua pinggang Mira. “Hari ini, kamu sangat cantik. Aku sudah tidak tahan.” Kembali dia, melekatkan bibirnya. Tubuh Mira yang mungil didekap dalam tubuhnya yang kekar, hingga tidak bisa leluasa. Dengan segala sikap menolak yang kekuatannya tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan suaminya. Mira berusaha lepas dari dekapan Leo. Namun, bukannya melepaskan, malah membuatnya semakin ingin menguasai dan menikmati tubuh istrinya.  Tubuh Mira kemudian diangkat dan dihempaskan ke atas kasur dengan kasar. Dia mulai membuka kancing baju istrinya, saat tubuhnya menindih di atasnya. Menciumi tiap permukaan kulitnya dari wajah sampai Leher, hingga membuat napas Mira menderu-deru. Oksigennya berkurang karena tidak leluasa. Dadanya terasa pengap karena tindihan dan gerakan penuh hasrat dari sang  suami.
Baca selengkapnya
Mira terciduk
Leo membopong tubuh Mira yang sedang lemah tak berdaya hingga ke kamarnya. “Kamu mabuk, ya Mir?” tanyanya sambil membenahi posisinya di ranjang. Mira tidak menjawab, dia sedang tidak nyaman dengan tubuhnya. “Aku tidak mau meminum minuman itu lagi. Seluruh tubuhku menjadi kacau, tidak enak begini,” batinnya. Tiba-tiba dia merasa ingin mengeluarkan sesuatu dari mulutnya. Cepat-cepat dia memberi kode kepada Leo untuk memberinya wadah. Suaminya paham yang dimaksud. Diambilnya tempat sampah terdekat. Mira sudah tidak dapat menahan lagi dan keluarlah semuanya. Setelah itu badannya merasa lebih baik. “Istirahatlah, Mir. Nanti biar Bibi Jum yang membuatkan obat pengar,” pinta Leo sambil membenahi selimut istrinya. Mira bergeming dan langsung menutup kedua matanya. Leo mulai tidak suka dengan perubahan sikap Mira. Namun, dia tidak berani bertanya. Takut menyebabkan pertengkaran dan akhirnya Mira pergi lagi dari rumah. Dia memilih inisiatif lain. Ingin mencari tahu sen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status