All Chapters of Pernikahan Nona Smith: Chapter 141 - Chapter 150
186 Chapters
Bab 141_ Meminta Bibir Ranum Smith
Janu mendekatkan wajahnya pada Smith. Kini jarak wajah pasangan suami istri itu hanya satu jengkal saja. Tentu saja hal itu membuat detak jantung Smith menjadi semakin tidak terkendali. Bahkan ia juga merasakan darahnya berdesir sangat cepat sehingga menimbulkan sensasi tertentu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Yang jelas ada perasaan yang membuat hatinya merasa lebih senang. "Terima kasih karena kau sudah memilihku untuk menjadi partner kebohonganmu. Aku sangat bersyukur karena kau berpikir untuk melakukan kebohongan besar itu." Janu sengaja mengambil jeda. Ia ingin mengamati wajah Smith dari jarak yang begitu dekat untuk beberapa saat. Janu tidak pernah membayangkan akan memiliki istri dengan paras yang sempurna seperti Smith. Ketika Janu melihat mata Smith yang indah kecoklatan ia bisa melihat kejernihan dari hati istrinya itu. Meskipun mungkin keadaan membuat Smith telah mengubahnya menjadi seseorang yang sanga
Read more
Bab 142_ Tamu Terlarang
Hari masih sangat pagi. Matahari belum terasa panas. Tapi tidak demikian dengan hati Hendry. Lelaki itu sudah merasa begitu panas hatinya karena tidak bisa berhenti memikirkan persoalan yang dibicarakan oleh Sinta tadi malam, yakni tentang kebohongan Smith dan juga tindakan Sheira kepada Sisil.Hendry sudah terlihat rapi dengan kemeja dan jas bermerek berwarna hitam yang ia kenakan. Ia sengaja bersiap lebih awal dan tidak membangunkan sang istri yang masih tertidur pulas.Hendry memang berencana untuk tidak mengajak istrinya karena kehadiran Sinta di rumah Sheira nanti, mungkin hanya akan menimbulkan keributan yang lebih besar. Sedangkan Hendry bertandang ke rumah sahabat almarhum istrinya itu dengan tujuan untuk membicarakan semua dengan baik-baik.Meskipun video yang ditunjukkan Sinta padanya sudah membuat lelaki itu begitu bernafsu ingin membalas dengan tindakan yang lebih kejam, Hendry masih berusaha untuk menangani masalah itu dengan kepala dingin. Walau ba
Read more
Bab 143_ Tamu Terlarang II
Sheira nyaris tersedak nasi yang ia kunyah. Laporan dari Pak Karsam mendatangkan amarah yang mendadak mencuat, merusak ketenangan pagi di kediamannya. Sudah dengan intonasi disabar-sabarkan, Sheira berkata, "Bapak ini bagaimana? Saya kan sudah bilang sejak dulu kan kalau ada Hendry datang ke rumah ini jangan pernah bukakan pintu gerbangnya walau apa pun yang ia katakan. Seharusnya Bapak melakukan tugas sesuai dengan yang saya katakan.""Iya Nyonya. Saya minta maaf. Maafkan saya karena sudah lalai dalam menjalankan tugas. Tapi Nyonya, saya tadi terpaksa membuka gerbang karena takut. Tuan Sasongko mengancam akan memenjarakan saya. Hal itu membuat saya langsung ingat pada istri dan anak-anak saya. Bagaimana nasib mereka kalau saya dipenjara?" tutur Pak Karsam yang masih tertunduk lesu.Sheira menghembuskan napas berat mendengar penjelasan dari satpamnya. Kedongkolannya pada Hendry menjadi berlipat-lipat. Sheira mengerti kalau Pak Karsam tidak sepenuhnya salah. Ia pun kemu
Read more
Bab 144_ Mulut Beracun
Hendry menelan ludah bersama semua kekesalannya. Ia sadar benar kalau apa pun yang ia ucapkan akan menjadi bumerang jika lawan bicaranya adalah Sheira. Entah bagaimana perempuan itu selalu bisa memelintir pernyataan Hendry hingga akhirnya menjadi senjata untuk menyerang."Aku akan langsung saja. Katakan padaku kenapa kau membuat putriku menangis? Kenapa kau membuat dia terlihat begitu menyedihkan dan memohon-mohon di kakimu seperti pengemis. Kau juga memiliki anak. Bagaimana perasaanmu jika aku melakukan hal yang sama kepada anakmu?" tanya Hendry yang menatap tajam sahabat almarhum istrinya."Hahaha ...." tawa Sheira menggema di ruang tamu. Perempuan itu berjalan perlahan dan duduk di sofa yang berbeda dari yang diduduki Hendry. Membuat Hendry memicingkan mata karena merasa Sheira telah mengolok-olok ucapannya. Sheira tertawa seolah apa yang dikatakan Hendry adalah banyolan yang sangat lucu."Itu tidak akan mungkin terjadi, Tuan Hendry Sasongko. Pertama, anakku
Read more
Bab 145_ Iblis vs Setan
"Bangs*t! Mulutmu itu memang tidak pernah berubah. Sekarang katakan padaku apa yang kau inginkan iblis gila? Kenapa kau selalu saja mengusik keluargaku? Kenapa kau mengatakan pada Sisil bahwa Smith sedang bercanda saat bilang dirinya hamil? Kenapa kau sengaja membuat Sisil berharap banyak untuk bisa mendapatkan Janu? Katakan! Apa kau sengaja ingin merusak hubungan Smith dan Sisil?" cerca Hendry tiada henti melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Napasnya sampai sesak. Jika saja Sheira itu laki-laki, sudah pasti Hendry akan melayangkan beberapa pukulan hingga babak belur.Sheira tersenyum miring. Ia kini juga beranjak dari sofa. Lalu berkata, "Aku tidak percaya ini. Sebagai pengusaha yang sukses logikamu itu tidak bekerja dengan baik. Dengar, sudah berapa lama kau memecatku dari pekerjaanku sebagai manajer di butik Lisa? Lalu apakah aku pernah menampakan diri di depanmu atau datang ke rumahmu untuk menemui Smith atau secara diam-diam bertemu dengannya?""Berhenti berputar-pu
Read more
Bab 146_ Wajah yang Menyita Mata
"Aku minta maaf," ucap Sisil masih dengan kepala tertunduk. Ia menderita malu yang luar biasa besar, apalagi jika harus mengakui dan membahas kebodohannya tadi malam.Tentu saja Janu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia tidak mengerti mengapa Sisil meminta maaf kepadanya karena ia memang tidak membaca pesan dari gadis itu sama sekali. Dan Smith sudah menghapus semuanya sebelum Janu menyentuh ponselnya pagi ini."Minta maaf? Untuk apa Sisil?"Kedua pipi Sisil menjadi semakin merah. Ia tidak menyangka jika Janu akan mengatakan hal itu. Apa itu artinya Janu sama sekali tidak menganggap pesan yang ia kirimkan tadi malam itu sebagai hal yang penting? Sehingga sudah melupakannya begitu saja.Sebetulnya jika Janu memang lupa akan hal itu, tentu sangat bagus karena Sisil akan terselamatkan dari rasa malu. Tapi entah mengapa, Sisil justru merasakan nyeri di sudut hatinya ketika tahu bahwa Janu sama sekali tidak menganggap pesan darinya itu cukup penting untuk
Read more
Bab 147_ Marah Itu Cantik!
Smith menelan ludah. Tidak mungkin ia menjawab kalau penyebab kelalaiannya adalah wajah Janu. Smith tidak mungkin mengatakan kalau wajah suaminya itu kelewatan tampannya sampai membuat Smith lupa kalau ia sedang menyetir di jalan umum."Apa perlu aku membeli jalan ini supaya bisa terus menyetir sambil menikmati wajahnya? Idiot! Berhenti menjadi orang dungu. Kau masih bisa memandangnya nanti malam saat dia sudah tidur," celoteh Smith dalam batin.Smith merasa heran pada dirinya sendiri. Entah bagaimana semakin hari wajah Janu terlihat semakin tampan. Ia tidak tahu apakah itu efek dari matanya yang mulai rusak, atau hatinya yang mulai terpikat."Smith? Kau melamun ya?" tegur Janu lantaran Smith tidak kunjung menjawab pertanyaannya."Siapa yang melamun? Aku hanya sedang berpikir!" bantah Smith menolak kebenaran.Janu menggeleng. Ia merasa sejak bangun tidur tadi, istrinya sudah bertingkah aneh. Semestinya perempuan itu mengoceh tanpa henti seperti bia
Read more
Bab 148_ Meminta Suami Orang
"Sisil menanyakan kabar Bibi Ipah. Dan mendoakan agar Bibi Ipah baik-baik saja. Juga meminta kita untuk berhati-hati," jawab Smith seperti sedang mengikuti pelajaran mengarang."Hanya itu?" tanya Janu tidak percaya."Memangnya kau ingin dia mengirim pesan apa? Kau ingin dia bilang cinta padamu?" sambar Smith dengan nada tinggi lagi. Sesungguhnya hatinya merasa cekit-cekit saat membaca pesan Sisil yang mengatakan sangat mencintai Janu."Bukan begitu, kan tadi ada banyak pesan yang masuk. Dia cuma ngomong begitu saja?" protes Janu lagi."Ya intinya cuma itu. Sudah, berhenti bertanya dan biarkan aku membalas pesan Sisil!"Bibi Ipah tersenyum. Ia senang melihat Nona Smith berselisih dengan suaminya. Dari perdebatan itu tergambar jelas bahwa Smith mulai jatuh hati pada Janu."Perempuan ini tidak ada putus asanya! Terus saja mengganggu. Sudah seperti setan. Apa aku perlu membalas sebagai aku ya? Ah tidak, tidak. Bodo amat kalau dia tahu aku yang m
Read more
Bab 149_ Pemakan Urat Kesabaran
"Uhuk ... uhuk ...!" Hendry tersedak. Padahal ia belum menelan sebutir nasi pun.Sinta memberikan segelas air putih pada suaminya. Dan menepuk-nepuk pelan punggung Hendry."Sisil, apa kau ingin membunuh ayahmu dengan mengatakan hal menjijikan seperti itu?" bentak Sinta langsung dengan suara sekeras mungkin. Hingga terdengar menggelegar memenuhi ruang makan. Padahal ia sudah sedikit menahan suaranya. Jika tidak ada Hendry di antara mereka, tentu suara Sinta bisa lebih nyaring lagi.Baru saja Sinta senang atas sikap putrinya yang tampaknya sudah bisa melupakan Janu, sekarang Sisil malah meminta ayahnya untuk melamar Janu. Baru kali ini Sinta merasa putrinya sudah gila.Sinta benar-benar sudah habis urat kesabarannya dalam menghadapi putrinya sendiri. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Sisil. Sangat-sangat tidak masuk akal dan tidak realistis sama sekali.Memangnya apa istimewanya Janu? Mungkin lelaki itu memang tampan dan sedikit pintar, tapi
Read more
Bab 150_ Bakat Menjadi Orang Jahat
Dalam batinnya Sisil tersenyum. Ia baru mengerti bahwa menjadi orang jahat tidaklah sulit. Ia hanya perlu pandai melihat situasi dan menekan rasa kepedulian terhadap orang lain. Sesudahnya, semua akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan.Sisil beruntung karena ia terbiasa menangis dan ayahnya tidak pernah tega melihatnya mengeluarkan air mata. Kali ini ia harus bisa meyakinkan sang ayah untuk membalaskan sakit hatinya pada Smith."Tidak Ayah. Aku tidak menangis karena Tante Sheira. Beliau tidak bersalah. Aku memang yang salah karena menanyakan hal yang tidak diketahui oleh Tante Sheira. Bahkan juga memaksa beliau untuk menjawab. Padahal Tante Sheira sudah menjawab pertanyaanku," ucap Sisil yang bertingkah sok bijak."Lalu kenapa?" tanya Hendry sambil duduk kembali. "Aku sudah tahu semua Ayah. Tadi malam saat aku menghampiri Ayah dengan wajah memar dan bibir berdarah, ada hal penting yang ingin aku katakan pada Ayah. Tapi ... ""Tapi apa?"
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status