All Chapters of Love Sugar Daddy: Chapter 161 - Chapter 170
198 Chapters
161.Siapa?
     Axelle tengah mengikuti rapat di kantornya, kebersamaan dengan sang istri dan bayangan Stela menari dalam pikiran. Ketika malam, Stela mengenakan lingerie hitam, beberapa kenangan masa lalu muncul, bergantian kejadian ketika Stela mencoba merayunya. Dia tersenyum, beberapa karyawan memandang heran. Namun, mereka bersyukur setidaknya sang atas lebih baik dari pada tatapan dingin angkuh di masa lalu. Axelle semakin memikirkan sang istri, hatinya gelisah. Dia meraih ponsel di atas meja, iseng menekan nomor Stela, menunggu beberapa detik, panggilan tidak terjawab. Senyum di bibir Axelle menghilang, wajahnya berubah masam, membuat beberapa karyawan yang melihatnya merasa terganggu.     “Iblis telah kembali menyelimuti CEO kita,” bisik salah seorang yang duduk bersebelahan dengan Axelle. Lelaki yang duduk di sampingnya diinjak kaki oleh wanita di samping kiri, lelaki yang berbisik tadi mendelik menoleh ke arah sang wanita.  &nbs
Read more
162. Kabur
    Stela membuka mata dengan perlahan dia menatap ke sekeliling, mata gadis cantik tersebut melebar. Jantung berdegup kencang, dia menoleh ke arah Lily, membenahi letak duduknya. Lily tersenyum nyengir, menatap ke arah majikan dengan wajah tanpa dosa.      “Lily, mobil kenapa berhenti?” tanya Stela mendelik.      Lily terkekeh dengan ekspresi tidak berdaya, “Bensin habis, Nyonya,” keluh Lily kembali nyengir.     “Serius?” tanya Stela mencoba menenangkan diri.     “Serius lahir batin, Nyonya,” jawab Lily menelan saliva.      “Ini gila, kalau habis kenapa masih disini, ayo turun,” pekik Stela membuka pintu mobil diikuti Lily. “Kabur!” teriak Stela kompak dengan Lily. “Joy, kalau kau tidak sampai di waktu yang tepat aku akan memecatmu menjadi adik ipar,” teriak Stela yang masih menggenggam ponsel dengan erat.     Keduan
Read more
163. Posesif
    Axelle mulai panik, dia mencengkeram rambutnya merasa frustrasi. Tidak pernah dia sangka, jika dia begitu mencintai Stela sedalam ini. Membuatnya terus berpikir seperti orang tidak waras. Marah secara tiba-tiba seperti yang baru saja dia lakukan hanya karena Stela tidak dapat dihubungi. Lelaki tersebut baru saja keluar dari lift, berjalan menuju lobi diikuti Roland. Pemuda tersebut menatap heran sang atasan, dia tersenyum melihat tingkah aneh Axelle, tuannya sedang cemburu buta tidak beralasan. Axelle melirik ke arah sang asisten tersebut, dia mengernyitkan kening. Tatapan tajam, dahinya berkerut membuat kedua alis menyatu.      “Aku tahu kau sedang menertawakanku Roland,” keluh Axelle, ekspresi menahan tawa itu, membuatku ingin mencekikmu,” lanjut Axelle berkeluh.      Kali ini Roland benar-benar terbahak tidak dapat menahannya lagi, “Astaga Tuan, Anda sedang cemburu,” ujar Roland masih terkekeh. &nb
Read more
164. Sebuah Rasa
     Stela menyeruput es cappuccino dalam kemasan hingga suaranya terdengar nyaring, baik Axelle maupun yang lain menatap ke arah wanita itu. Hah! Stela mendesah merasakan tenggorokan yang kini terasa segar, menikmati sensasi manis segar minuman yang masuk ke dalam tenggorokannya. Saat ini mereka tengah duduk di bawah pohon rindang, di mana seorang pedagang es kemasan cup menjajakan dagangannya di pinggir trotoar. Axelle langsung melotot ke arah ketiga lelaki yang memandang wajah sang istri, Joy, Mirza juga Roland langsung mengalihkan pandang.     “Si maung tengah tidak ingin pasangannya kita lirik,” sindir Joy.     “Kau benar, tatapan Matanya itu mengisyaratkan seperti, ‘akan aku cungkil matamu jika menatapnya’ bukankah begitu,” timpal Mirza menatap ke arah Joy.     “Benar sekali,” ujar Lily.      Ro
Read more
165. Ikatan yang Rumit
    Cinta itu juga telah tertanam di benak Stela, siapa sangka kebersamaan mampu membuatnya hanyut dalam pesona Axelle. Meski pada awalnya dia pernah jatuh cinta kepada Mirza. Yah, bukankah cinta pertama memang akan sangat sulit untuk bersatu. Masa lalu tinggal masa lalu, kini Stela hidup dengan penuh rasa syukur. Berdampingan dengan orang yang mencintai dirinya, terlebih lagi Stela pun mencintai sang suami.       Stela memeluk Freya, sedang Axelle menaruh bunga tersebut di teras rumah Zayn. Freya melirik sebentar lalu tersenyum. Memandang wajah lelaki yang dulu sempat membuatnya seperti orang bodoh. Melakukan hal yang terbilang cukup jahat, mengintimidasi wanita mungil yang kini menjadi anak tirinya. Ah, takdir yang unik bukan.      Sampai di kediaman Zayn, Axelle turun, berjalan sebentar menuju bagasi mobil yang dinaiki Roland juga Joy, untuk mengangkat dua pot bunga mawar warna kuning dan putih. Kedatangan d
Read more
166. Dia
    Freya tersenyum, nampaknya sang putri salah sangka terhadapnya, tentu Freya tahu seluk beluk tentang gadis manis yang dekat dengan putranya. Awal mengetahui kedekatan Mirza dan juga Lily, Freya sempat bingung. Berkat Zayn yang menawarkan bantuan untuk menyelidiki gadis tersebut, Freya lumayan lega. Lily salah satu anak buah Olivia, sedikit dia tahu dunia hitam yang digeluti sang suami maupun Olivia. Zayn meyakinkan jika wanita tersebut adalah hasil didikan Olivia, maka Mirza salah satu lelaki yang akan beruntung, mereka bisa memimpin perusahaan nantinya secara bersamaan.      “Kau khawatir aku akan menolaknya, Sayang?” tanya Freya menatap dalam iris mata Stela.      Stela mengangguk malu, “Ah, mama seperti dukun yang tahu apa saja,” kata Stela.      Freya menghela napas dalam, “Aku hanya butuh melihat wanita yang dekat dengan putraku, apa pun hasilnya nanti, tentu aku, Marvel juga
Read more
167. Sentuhan Axelle
     Stela masih berkutat dengan kertas, dan juga alat tulis lainnya, dia berada di balkon lantai dua kediaman Zeroun. Setelah siang tadi menghabiskan makan waktu di kediaman Zayn, papanya. Stela menutup mata, menerima angin yang berlalu menerpa wajah. Dia tersenyum, mengingat kembali tentang Lily siang tadi, ah, rasanya melegakan. Kedua orang tua Mirza tidak melarang maupun membatasi keinginan Mirza, hanya Zayn dan yang orang tua lain sepakat agar Mirza menuntaskan kuliahnya. Sekarang tinggal Lily apakah dia mau menunggu Mirza atau tidak.     Sebuah sentuhan lembut mendarat di pundak Stela, wanita muda yang mengenakan dress setinggi lutut itu tersenyum. Aroma parfum maskulin khas sang suami menyeruak. Kecupan lembut mendarat di pipi Stela. Axelle berjalan satu langkah ke hadapan Stela lalu duduk bersimpu di lantai, merebahkan kepala di paha mulus sang istri. Stela menaruh pensil di atas meja, lalu beralih mengelus rambut Axelle. &n
Read more
168. Melakukan Lagi
     “Mas!” pekik Stela ketika Axelle menarik lepas celana dalamnya. “Ah!” dia mulai mengerang ketika bibir Axelle menjelajah di area sensitifnya, membuat milik Stela benar-benar basah. “Kita kembali ….” Suara Stela tertahan ketika benda tumpul milik sang suami menyeruak masuk ke dalam miliknya.     “Aku sangat menyukai setiap inci tubuhmu, Sayang,” ujar Axelle mengecup bagian perut lalu ke atas dan berlabuh di bibir Stela, mencubit dengan bibir sensualnya. “Kau ingat Sayang,” ujar Axelle menyentakkan miliknya agar masuk semakin dalam. Stela membuka mulut, tubuhnya tersentak. “Pertama kali kita juga melakukan di tempat ini, bukan,” ujar Axelle mulai menggerakkan tubuhnya, mengukung Stela dalam kenikmatan luar biasa.      Stela pasrah saja dengan apa yang dilakukan Axelle, mereka menyatu dengan Stela menungging, sunyi sesaat ketika berganti posisi, kemudian terdengar kembali suara erangan menggema di lantai dua be
Read more
169. Pesta di Kapal Pesiar
    Lampu berkelap-kelip, kilauan bianglala memancar di bagian open deck terlihat menyala indah, memancar di antara pekatnya langit malam yang menyelimuti. Bintang berkelip malu di atas sana di mana sang candra menyembul, semburatnya, memancar, menghujani lautan, berkilat-kilat di antara desiran air yang nampak menghitam sebagian. Pesta mewah di sebuah kapal pesiar milik keluarga besar Andreas, tengah diselenggarakan, di mana, terdapat kolam renang, ubin kolam berwarna biru seperti laut, air beriak menyilaukan seperti kristal terpancar sorot lampu hias yang menerangi. Desau angin menyapa, dentuman musik, seirama teriakan Disk jockey yang mengumandangkan, sorak-sorai, berteriak lantang semakin menambah riuh lantai bagian atas kapal pesiar tersebut.     Stela dan Axelle berjalan menaiki tangga menuju dek terbuka bagian atas, menghampiri Arsen dan Andreas untuk bertegur sapa. Wanita itu nampak cantik dalam balutan dress sifon warna ungu, setinggi l
Read more
170. Menjaga Stela
      “Kalian masih semangat!” teriak sang D.J yang merupakan seorang lelaki gagah dengan gaya casual, kaos oblong, celana jeans yang robek bagian lutut. “Mari bersenang-senang!” teriaknya lagi lantang, tangannya terlihat lincah memutar piringan hitam yang berputar.     Dentuman musik masih bertalu-talu semakin semarak. Stela menatap ke arah pinggir kolam renang di mana para tamu undangan asik menari-nari seiring musik mengalun. Tua muda bersorak sorai tanpa mengenal usia, asik dalam menggerakkan badan. Stela tertegun, sempat berpikir apakah Axelle dan juga Zayn sang papa juga bertindak demikian ketika menghadiri sebuah pesta bangsawan. Wanita tersebut kembali menatap teman duduknya, melihat gelas yang mirip corong bening, yang dipegang Joy dengan sedikit menggoyangkan, hingga buah kecil yang berada di dalamnya ikut terguncang-guncang, Stela menatap binar.      “Joy, air putih itu buat aku,” ujar Stela.
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status