All Chapters of Love Sugar Daddy: Chapter 181 - Chapter 190
198 Chapters
181. Pembunuhan Rosalind
     Joy lebih dahulu terbangun, derap langkah kaki terdengar nyaring di luar sana, pemuda tersebut segera membangunkan Roland. Roland mengerjab-ngerjabkan mata menatap ke arah Joy, dia langsung beringsut duduk. Rungunya menajam, mendengar bising di luar sana, dia bangkit mengintip dari lubang kancing. Suara nyaring terdengar.     “Bagaimana bisa?” tanya seorang lelaki yang Roland tidak tahu siapa.    “Nyonya Rosalind ditemukan tewas di dalam kamar,” lanjut yang lain.     Degh! Roland terkejut langsung berbalik arah beringsut di dekat Joy. Dia menelan salivanya, menggigit bibir bagian bawah dengan jari tangan kanan memijat kening. Joy menatap heran pada sahabatnya tersebut. Melihat Roland tampak begitu kacau, entah lantaran baru bangun tidur atau karena hal lain, begitu pikir Joy dalam benak.     “Bangunkan Stela!” ujar Ro
Read more
182. Kelainan Arsen
     Joy melihat raut wajah Roland memerah menahan amarah, dia menghela napas lalu menahan sahabatnya itu dengan tangan kanannya. Roland menoleh ke arah Joy yang menggelengkan kepala, dia menggumamkan kata untuk menahan. Roland menghela napas panjang berulang kali, kemudian kembali berjalan keluar ruangan. Mereka ikut masuk ke dalam sebuah mobil yang tengah menanti. Sebelumnya tangan ketiga sandera dari Arsen itu diikat ke belakang juga kakinya, sebelum mereka didorong masuk mobil box.    “Aw! Sakit” pekik Stela yang tersungkur ke lantai mobil.    “Sial, tidak bisakah kalian lembut pada wanita?” pekik Joy.    “Kurang ajar!” cebik Roland yang ikut terjerembab di antara kedua orang yang lebih dahulu masuk.     Wajah garang orang-orang suruhan Arsen itu terlihat tidak punya penyesalan. Mereka malah menatap Stela dengan tatapan mesum, t
Read more
183. Menyelamatkan Diri
    Puluhan orang masih berkerumun di tengah hutan tersebut, Joy dan Roland saling pandang. Mereka menggunakan kode dengan lirikan mata, Joy menelengkan kepala agar sementara mereka mengikuti ke mana mereka membawa pergi, masuk ke dalam hutan semakin ke dalam menjauh dari arah jalanan terjal itu. Terbersit rasa khawatir menggelayut mengingat Stela tengah berada dalam bahaya. Pergerakan mereka cukup kesusahan mengingat tangan masih terikat ke belakang. Namun, mereka masih memiliki kaki untuk menendang.     “Sepertinya kalian berharap akan memukuli kami hingga menjadi perkedel,” cibir Roland.     Tawa mereka menggelegar, “Minta ampun pada kami,” cibir salah seorang di antara mereka.      Joy menatap ke arah Roland, lalu saling mengangguk, Heh! Desis Joy, dia dan juga Roland kompak mundur ke belakang. Joy mendorong dengan kencang tubuh salah orang yang memegan
Read more
184. Villa Keluarga Andreas
    Stela baru saja keluar dari kamar mandi, beberapa saat yang lalu dia baru memasuki sebuah villa dengan diseret Arsen lebih tepatnya. Dengan kasar Arsen membawa menaiki tangga, lelaki tersebut menendang pintu sebuah ruangan. Stela benar-benar terkejut melihat perubahan pada diri Arsen. Lelaki sopan dan lembut kini perangainya beringas mirip setan. Dengan kasar dia mendorong tubuh Stela hingga terjerembab ke lantai.     “Aw! Sakit!” pekik Stela beringsut duduk, dia menoleh ke arah Arsen dengan mata melebar.      “Gegas mandi, setelah itu kita sarapan!” perintah Arsen. Pemuda tersebut kemudian berjalan meninggalkan tempat itu.     Brak! Suara pintu ditutup dengan kencang, Stela menutup mata kemudian menghela napas dengan pelan. Dia mengelus bagian dadanya, mencoba menenangkan diri. Wanita tersebut melepas seluruh pakaian, lalu membasuh tubuh lengket bercampur keringat tersebut. tidak butuh wakt
Read more
185. Axelle Kembali
     Mereka mengendap-endap masuk ke dalam ruangan seperti anak sekolah terlambat masuk, mereka melompati dinding pagar. Namun, ketika hendak melangkahkan kaki, sebuah pistol mengarah ke bagian kepala Joy yang baru saja berbalik badan. Terkejut, sudah pasti. Mereka seperti masuk ke dalam kandang macan tanpa persiapan. Gerakan cepat, menendang dengan memutar badan, membuat pistol di tangan lawan terpental. Sayangnya, mereka kalah jumlah ketika melawan dengan adu jotos maupun tendang, tembakan diarahkan ke udara oleh seseorang. Mereka semua berhenti, dengan kompak menoleh ke arah asal tembakan. Nyonya Andreas terlihat menatap mereka dengan tatapan yang, entahlah. Antara gahar, tajam, menguliti bercampur membentuk aura iblis.     “Astaga, aku tidak mengira kalian akan nekat, dasar bodoh, bawa mereka ke ruang bawah tanah. Biarkan mereka dimakan anjing-anjing liar. Dasar Zayn bodoh mengirim orang tidak berguna semacam kalian,” desis Nyonya Andre
Read more
186. Bergerak Menyusup
     Hari masih pagi ketika Axelle tersadar pasca penanganan pada luka tembak yang mengenai pundak bagian kanan. Entah bagaimana dia bisa sampai di rumah sakit, dengan selamat. Bersyukur, sudah pasti. Lelaki itu beringsut duduk di brankar. Axelle menarik selang infus yang terpasang di tangannya. Suster yang berjaga di sana melotot menatap Axelle. Wanita bertubuh gempal dengan seragam warna putih bersih itu berjalan ke arahnya.      “Astaga, apa yang Anda lakukan, Pak, kondisi Anda masih lemah,” ujar wanita itu, menatap lebih lama wajah pucat Axelle, ‘ya ampun wajah yang sangat tampan,’ bisiknya dalam benak.     “Kau berisik sekali, kepalaku pusing,” keluh Axelle memegangi kening. Dia menatap tubuhnya, pakaian telah berganti menjadi pakaian khusus pasien. “Dimana pakaianku?” tanya Axelle.      “Pakaian Anda terkoyak, d
Read more
187. Bukan Lawan Sebanding
     Bruak! Suara pintu ditendang keras, oleh salah satu anak buah Zayn. Nampak nyonya Andreas tengah duduk di kursi singgasananya. Olivia mencari kesempatan yang pas untuk menyerang nyonya Andreas. Sebelum masuk ke dalam ruangan wanita gila tersebut, mereka lebih dahulu melumpuhkan para kroco-kroconya. Entah anggota keamanan mereka yang kurang atau bagaimana, Olivia masuk tanpa kendala. Dia, wanita bertubuh gempal tersebut langsung berjalan cepat ke arah nyonya Andreas duduk. Terkejut, sudah pasti nyonya Andreas terkejut, wanita tersebut berteriak memanggil anak buahnya. Olivia tersenyum smirk, tatapan tajam menusuk, mengintimidasi.    “Hei, penjaga,” teriak nyonya Andreas. “Sial ke mana mereka semua?” gerutu wanita tersebut.    “Teriaklah lagi yang lantang,” kelakar Olivia, “tidak akan ada yang datang menyelamatkan dirimu, bodoh!” cibir Olivia melangkah sampai depan me
Read more
188. Tetrodotoxin (TTX)
     Suara teriakan di ruang bawah tanah memekik, yah teriakan dari Nyonya Andreas. Giliran wanita tersebut yang dilempar masuk ke dalam penjara tempat dua ekor serigala yang masih hidup oleh Olivia. Kemarahan wanita ketua dari mafia kota B memang tanpa ampun      Stela menggigit bibir bawahnya hingga berdarah, wanita tersebut berusaha agar dirinya tetap terjaga. Arsen masih berkutat mencumbu tubuh wanita di bawahnya. Bibirnya berkeliaran di area dada turun ke bawah. Tangan kanan Stela menggapai ke arah nakas, mengambil tusuk konde yang sejak awal digunakan untuk mengaitkan rambut. Klik! Stela menekan ujung bagian atas, sebuah jarum muncul dari dalam ujung tusuk konde tersebut. Crash! Stela menancapkan tusuk konde tersebut ke arah lengan Arsen. Pemuda tersebut menghentikan aksinya untuk. Stela mengambil kesempatan itu, dia menendang perut Arsen hingga lelaki tersebut tersungkur, jatuh ke lantai.      “Apa ya
Read more
189. Obat Perangsang
     Mobil yang dinaiki Joy dan Roland berhenti di sebuah kedai dhahar (makan), rumah makan sederhana, beratap rumbia dengan pagar dari anyaman bambu, suasana khas pedesaan, dengan pemandangan bunga-bunga dan kolam ikan di antara saung yang ada. Roland dan Joy memilih salah satu saung dibandingkan untuk masuk ke dalam ruangan. Suasana lebih terlihat indah dari luar. Seorang pelayan datang menghampiri, menyerahkan lembar daftar menu. Mengingat perut sudah sangat lapar, dia memutuskan untuk memesan apa saja yang terpenting cepat terhidang.     Joy menoleh ke arah samping, hamparan perkebunan teh nampak luas dengan dipadukan langit biru nan cerah. Angan Joy masih berkutat pada apa yang terjadi pada dirinya beberapa saat lalu. Bayangan Stela menari di pikirannya, wajah cantik dengan tubuh mungil yang menggoda. Bibir sexy yang mendesah karena pengaruh obat perangsang, mampu membuat naluri lelakinya bangkit. Harusnya Joy menolak, namun dia terlan
Read more
190. Joy dan Seorang Gadis
     Membantai para bawahan Arsen juga membakar ruang yang terhubung ke penjara bawah tanah, menghilangkan jejak. Menutup mulut para maid yang berada di sana dengan mengantongi identitas mereka, mengawasi keluarga masing-masing mereka tanpa terkecuali. Agar semua mulut bungkam, kejam yah satu kata itu yang dapat dikatakan kejam. Bahkan untuk seorang gadis berlesung pipit dengan rambut bergelombang. Iris mata terlihat hitam pekat, kulitnya kuning langsat khas orang pribumi dari kota tersebut. Menatap ke arah Joy dan Roland dengan senyum manis. Joy memandang ke arah Roland mencari jawaban, Roland mengedikkan bahu pertanda tidak tahu menahu. Manis, satu kata yang terlontar dalam pikiran Joy melihatnya.        “Ah, maaf, Tuan, bisa saya meminta ijin pulang?” tanya gadis tersebut menundukkan kepala.      “Hei, aku sudah katakan dari awal, selama seminggu ke depan kalian masih dalam pantauan kami!” ujar Rolan
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status