Semua Bab Love Sugar Daddy: Bab 171 - Bab 180
198 Bab
171. Membuat Bergairah
    Axelle dan Andreas berjalan beriringan menuruni tangga menuju tempat pesta berlangsung. Axelle berusaha profesional, Andreas juga telah meminta maaf dengan tulus atas hal tidak menyenangkan yang dia lakukan terhadap Joy. Bintang tamu undangan pada pesta yang diselenggarakan lelaki tua tersebut atas saran Arsen kali ini Joy. Sebagai permintaan maafnya. Axelle terlihat mengedarkan pandang, menatap bar yang berada di antara riuhnya pesta. Stela masih duduk manis terlihat kesal, mungkin Joy atau Arsen menjahilinya, begitu pikir Axelle. Bhum! Duar! Duar! Suara ledakan berbunyi sekali, semua orang menjerit, musik dj berhenti mendadak. Argh! Aaaah! Teriakan mereka bersaut-sautan.     “Tenang jangan panik, itu kembang api, pertanda acara inti akan segera dimulai.” Suara DJ menenangkan para tamu undangan, alunan musik berganti instrumen romantis. Para hadirin kompak, mereka melongok, menyaksikan kembang api menyala di atas langit hitam pekat.
Baca selengkapnya
172. Khawatir
     Axelle tergesa menarik tangan Stela melewati kerumunan orang-orang. Mereka berjalan memasuki dek bagian kamar penumpang. Brak! Axelle membuka pintu secara kasar lalu gegas menutup dan menguncinya. Stela mengedip-kedipkan mata melihat tingkah sang suami yang membuatnya berdebar. Axelle menatap dengan naps kembang kempis, dia meraup wajah Stela lalu mencium bibir itu kembali sebelum Stela membuka suara untuk bertanya. Yah, bagi Axelle pertanyaan Stela tidak terlalu penting, yang lebih penting saat ini adalah desakan junior yang menuntut. Tidak peduli pesta di luar sana masih berlangsung.      Axelle merapatkan tubuh, membuat milikinya di bawah sana yang menonjol terasa ketika bersentuhan dengan paha mulusnya. Ciuman Axelle terkesan lebih menuntut, yah si pencium yang handal, membuat Stela kepayahan mengikuti. Nampaknya Axelle begitu menikmati jika sang istri terlihat tidak berdaya dalam kungkungannya. Bibir Axelle menjauh dari bibir
Baca selengkapnya
173. Masih Mencintainya
      Zayn menyesap minumannya kemudian menoleh ke arah sang istri yang tengah asik menikmati asinan lelaki itu tersenyum kemudian menarik tubuh sang istri ke dalam pelukan. Freya membalas pelukan sang suami. Keduanya terhanyut dalam kemesraan. Wanita itu mendongak sedikit, mengecup puncak hidung Zayn yang mancung.      Zayn mengecup bibir Freya antara rasa asin, manis dan asam melekat di bibir wanitanya. Sesekali Zayn menelusupkan lidah, menelusuri bagian dari bibir dan saling memainkan lidah. Ciuman berakhir dengan beberapa kecupan setelahnya.       "Bayi kita benar-benar nakal," keluh Zayn terkekeh.      Lelaki itu mengelus perut sang istry yang mulai membuncit. Freya terkekeh, keduanya kemudian menautkan kening, embusan napas terasa hangat menyapa pipi. Aroman mint dari bibir sang suami, bau tubuh itu menguar, mengusik Freya.     “Kau sudah menghubungi anak buahmu
Baca selengkapnya
174. Rosalind di Kapal Pesiar
     Stela menghela napas, dia membaringkan tubuh telanjangnya di ranjang dengan tengkurap. Badanya lengket, berkeringat, tubuhnya kelelahan setelah di gempur habis-habisan oleh sang suami. Axelle beringsut naik ke atas ranjang, lelaki tersebut mengecup pundak sang istri kemudian mengelus rambut panjang Stela.     “Kau, baik-baik saja, Sayang?” tanya Axelle.     “Tubuh saya rasanya remuk, pinggang saya benar-benar pegal. Mas mempermainkan saya, lalu menggempur dengan kekuatan penuh, bagaimana saya tidak tumbang,” keluh Stela.      “Maaf, kau sangat menggoda, Sayang,” bisik Axelle, “bisa kita lakukan lagi?” pinta Axelle.      “Saya lelah, Mas, kita tidur,” kata Stela.       “Baiklah mari kita tidur.” Axelle mengecup pucuk kepala sang istri.       Wanita itu membalikkan badan telentang, tidak sengaja
Baca selengkapnya
175. Insiden di Kapal Pesiar
      Stela baru saja terlelap ketika pintu diketuk, wanita mungil itu memijit kening yang mendadak nyut-nyutan. Dia beringsut bangun bertepatan dengan, Axelle yang keluar dari kamar mandi, mengenakan handuk kimono. Keduanya saling pandan, Axelle tersenyum ramah lalu mengambil handuk kimono di dalam nakas, menyerahkan kepada Stela. Wanita tersebut tersenyum girang lalu mengenakannya. Rambut Axelle masih terlihat basah, sangat sexy bagi Stela, terutama bagian dada yang sedikit terbuka. Axelle berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Joy tanpa permisi masuk ke dalam, mereka saling menatap satu sama lain.      “Kalian tadi dengar?” tanya Joy.      “Dengar apa?” Axelle balik bertanya.      “Tembakan,” jawab Joy.       “Kau yakin, itu suara tembakan, mungkin saja hanya kembang api,” kata Stela dengan polosnya.      “Ini t
Baca selengkapnya
176.Kematian Andreas
    Kreat! Suara pintu berderit, dua orang lelaki masuk ke dalam ruangan mengedarkan pandang dengan berjalan mengendap-endap. Mereka celingukan, Axelle masih mengamati dengan mengintip lewat celah dari tumpukan barang-barang yang sebagian telah berserakan di lantai. Dia kemudian bernapas lega melihat kedua orang pemuda tersebut, Axelle menggandeng tangan sang istri berjalan mendekati mereka.     “Astaga, kalian mengagetkan kami,” suara bariton lelaki memekik.     “Kalian yang membuat kami jantungan, kami kira siapa,” keluh Stela menatap ke arah mereka dengan bibir mengerucut.     “Joy, kau sudah mendapatkan apa yang kau cari?” tanya Axelle.      Yah, kedua orang tersebut adalah Joy dan juga Roland. Mereka saling berpandangan satu sama lain sebelum menjawab pertanyaan Axelle. Axelle menyadari hasil nihil dari tatapan tanpa kata tersebut, namun dia ingin memastikan sendiri,
Baca selengkapnya
177. Axelle Tertembak
     Freya menggerakkan tubuhnya naik turun secara teratur, lebih lembut dari biasanya. Zayn membiarkan sang istri untuk memimpin permainan. Suasana begitu dingin, sudah hampir pagi. Tidur lelap Zayn terganggu dengan sentuhan hangat pada miliknya. Dia pun terbangun, tidak marah ataupun menolak service yang diberikan sang istri. Dia pun menginginkan hal tersebut hanya saja semalam Zayn mencoba mengontrol diri mengingat sang istri tengah hamil muda. Namun, sekarang sang istri tengah berolah raga di atasnya. Suara mendesah Freya benar-benar menggoda, Zayn masih bersikap tenang, dengan menggerakkan pinggulnya membantu sang istri bergerak.      “Kau sangat nakal, Sayang,” keluh Zayn.      “Aku tidak mampu menahan, kau sangat menggoda, Sayang,” gelak Freya yang lalu memekik, merasakan tubuh bagian bawah terasa bergetar.     Wanita tersebut ambruk di dada bidang sang suami. Satu kali gerakan,
Baca selengkapnya
178.Ternyata Dia
     Cukup lama kapal berlayar hingga berlabuh di sebuah pulau terpencil, Stela, Roland, Joy bahkan Rosalind menjadi tawanan yang digiring untuk masuk ke dalam sebuah pondok yang terbuat dari kayu, cukup besar bisa dikatakan sebagai rumah di pinggir hutan tersebut. Ah, hari masih hampir pagi ketika itu, angin terasa dingin menyentuh kulit, suara binatang malam memekik pendengaran, membuat bulu kuduk berdiri. Para tawanan tersebut masuk ke dalam sebuah ruangan yang cukup luar, berlantaikan kayu dengan lampu menyala di sudut atas, mungkin sebagai penerang dua ruangan.     “Kau gila Arsen,” teriak Rosalind ketika dua orang mendorong tubuhnya masuk ke dalam ruang.      Arsen terkekeh, “Kalian yang membuatku gila, Mama kau gila telah memperalat diriku, papa juga aku sangat benci, dia lebih mempercayai bocah tengik itu dibandingkan aku!” pekiknya mengacungkan tangan ke arah Joy. Yah, m
Baca selengkapnya
179. Social Engineering
     Arsen dan anak buahnya berjalan keluar ruangan meninggalkan para tawanan, Nyonya Andreas menggandeng putrinya yang masih terlihat syok. Rosalind bahkan tidak menyangka sang ibu yang terlihat berwibawa dengan sikapnya yang tenang itu. Mampu membunuh sang suami dengan tangannya sendiri, sungguh diluar dugaan. Nyonya Andreas menatap kesal putrinya, mengingat kembali masa lalu, dia pandai memanipulasi seseorang dan mengarahkan, menyetir perilaku seseorang atau sekelompok orang dengan menggunakan kekuatan hipnotik bahasa atau lebih dikenal dengan naman social engineering. Entah bagaimana pada awalnya namun Nyonya Andreas berhasil menggunakan teknik human engineering untuk menyetir Rosalind, hingga putrinya tersebut menjadi tersangka pembunuhan ibu kandung Stela dan orang kepercayaan Zayn. Kekecewaan seorang wanita, Nyonya Andreas, wanita elegan itu seperti malaikat maut bagi target yang dia inginkan. Tanpa mengotori tangan sendiri dengan darah, dia membunuh siapa
Baca selengkapnya
180. Target Nyonya Andreas
     Malam semakin terasa mencekam, suara binatang-binatang nokturnal melolong, bersuara sahut-menyahut. Di pinggir sebuah pantai, masuk lagi sedikit ke dalam hutan, ada sebuah pondok kayu beratap rumbia berdiri kokoh. Bangunan yang cukup luas, dan panjang. Di sebuah kamar nan sempit, di mana lampu menyala temaram, ada seorang pemuda duduk di sudut ranjang. Sedangkan seorang wanita tua, duduk dengan elegan menyilangkan kaki di kursi kayu berhadapan sang pemuda. Perbincangan mereka sangat serius, hingga di bagian pintu depan dijaga baik-baik oleh dua orang pengawal.      “Apa aku juga harus menghabisi Stela?” tanya pemuda tadi.      “Kenapa, kau ragu, Arsen?” tanya wanita tua yang merupakan neneknya tersebut. “Berhentilah lemah, jika kau tidak bisa mendapatkan aset Zayn, maka wanita itu pantas mati. Untuk apa kau memikirkan orang yang tidak pernah menyayangimu, dia mene
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status