All Chapters of Embrace Fate: Chapter 21 - Chapter 30
176 Chapters
21. Touch Me Again
Catherine merasa dadanya seakan hendak meledak setiap kali dia melihat Esme. Di benaknya terbayang-bayang pesan yang dituliskan Hale padanya kemarin. Hale mengatakan bahwa Esme dan Darren mendatangi apartemen yang baru mereka sewa siangnya. Dan kedatangan mereka sudah tentu bukan untuk bercakap ramah.Darren juga ternyata mengambil barang Hale, yang sangat mahal. Bahkan dia mengikat tangan Hale di jendela! Sedangkan Esme membawa dirinya pulang. Lancang sekali mereka berdua! Mereka pikir, mereka siapa?! Hah!Catherine kembali emosi. Rasanya dia ingin melemparkan semua barang yang ada ke wajah Esme, terlebih-lebih Darren. Akan tetapi, misteri terbesar bagi Catherine adalah bagaimana Esme dan Darren bisa mengetahui hunian baru Hale? Misteri ini juga yang membekap Hale hingga pemuda itu malah menuduh bahwa dia-lah yang membocorkannya pada Esme. Sudah tentu Catherine semakin marah. Karenanya, saat Esme masuk ke dapur, Catherine segera mengakhiri makann
Read more
22. How Is She now?
Esme terbangun dengan kedua tangannya terikat ke belakang. Dia didudukkan di sebuah kursi kayu dan tangannya diikat ke bagian belakang sandaran kursi. Sedangkan kakinya tidak terikat.Gadis itu berusaha menggerak-gerakkan tangannya, tapi tak berhasil. Ikatan simpulnya sangat kencang. Yang ada malahan tangannya terasa sakit."Tidak perlu berusaha." Sebuah suara menyita perhatian Esme. Suara itu milik Brandon, yang ternyata berada di belakangnya. Saat Esme menoleh dan melihatnya, pemuda itu sedang memegang pisau, mengupas mangga dan memakannya. Sembari mengunyah, dia menatap Esme lagi dan tersenyum keji. "Kau takkan bisa melepaskannya."Setelahnya, Brandon kembali mengunyah potongan mangganya dengan nikmat."Apa mau kalian? Kenapa mengikatku seperti ini?" Esme bertanya dengan suaranya yang bergetar antara takut, marah, dan bingung.Brandon bangun dari duduknya dan menghampiri Esme. Dia meletakkan pisau dan mangganya, dan mendekatkan wajahnya pada Esm
Read more
23. You Don't Know Her Father
Hari bahkan belum menyentuh sore saat Darren menyambar jaketnya dan berlari keluar dari unitnya. Saat tiba di depan lift, Darren berhenti dan teringat akan Catherine. Dia tidak melihat wanita itu di rekaman CCTV. Lagipula, Hale sempat terlambat keluar dari sana dan Catherine tidak bersama mereka. Lalu, di mana dia? Jangan-jangan ... Darren berbalik dan kembali ke unit Catherine. Dia mengetuk pintu dengan segala pikiran buruk menghantuinya. Dia takut Hale berbuat jauh lebih buruk, yaitu membunuh Catherine. Biar bagaimanapun, orang yang sudah gelap mata cenderung bertindak nekat.Sedetik kemudian, pintu unit itu terbuka dan wajah Catherine muncul di baliknya. Darren merasa lega di satu bagian. Tapi di benaknya, keadaan Esme masihlah mengkhawatirkan.Jadi, saat Catherine muncul dari balik pintu, Darren sudah menyemburkan kekhawatirannya. "Pacarmu itu menculik Esme!" katanya tajam, kering, dan sangat dingin. Catherine menelan ludahnya
Read more
24. Hurry Up!
“Kalian pulanglah dulu. Aku ingin menenangkan diriku dulu.” Sejujurnya, hati Catherine masih terpecah menjadi dua, antara membenci Hale atas apa yang terjadi barusan, juga menginginkan Hale dan siap memaafkannya. Untuk itu, dia ingin memikirkannya dengan duduk menyendiri di kafe. Lagipula, dia teringat akan motor Darren. Tidak mungkin pria itu memboncengnya dan Esme sekaligus, bukan? Kalaupun dia ikut pulang ke apartemen, sudah pasti dia akan naik taxi. Entah Esme akan mengikutinya atau Darren.“Lebih baik kau pulang saja, Cath.” Esme memandangnya dengan wajah memelas. Setelah apa yang terjadi, dia tidak ingin berpisah dari Catherine. Esme merasa perlu membicarakannya secara personal. Dan setelah rentetan kejadian yang terjadi selama di Hawaii, Esme pun merasa perlu membicarakan rencana pelarian mereka selanjutnya. Tetap di Hawaii-kah? Pindah ke tempat lain? Atau … pulang?“Aku tidak akan lama, Little Girl. Kau pulanglah dulu dengan Darren. Dan Darren, thanks a lot sud
Read more
25. The Forgotten
Darren kembali ke unit apartemennya dengan perasaan hati yang aneh. Ada keinginan yang kuat untuk memeluk Esme dan memberikannya rasa nyaman demi menghapus keterkejutan dan ketakutannya atas perlakuan Hale pada gadis itu. Dia ingin sekali bisa membisikkan kata yang menenangkan pada Esme, bahwa dia ada untuk gadis itu dan akan selalu ada untuk melindunginya. Nyatanya, lidahnya kelu. Bahkan otot tubuhnya seakan membeku tak mampu untuk sekadar memberikan pelukan menenangkan. Gadis itu terlihat begitu memesona dengan kepolosan dan kerentanannya. Seperti vas yang terbuat dari kaca, gadis itu berada di tepian tebing, sangat beresiko untuk jatuh dan pecah. Darren begitu ingin merengkuh vas itu, sekaligus begitu takut vasnya terpecah.Darren bergegas membasuh wajahnya dengan air untuk menghapus bayangan wajah Esme yang begitu rapuh. Entah apa yang akan dia kerjakan sekarang. Rasanya obsesinya untuk memburu Don Signoraz sudah menyurut. Yang dia inginkan adalah kembali ke unit di depann
Read more
26. Catherine!!
“Sambungkan aku dengan Martinez!” Suara Marco terdengar rendah tapi tetap menggelegar . Begitu panggilannya dijawab Martinez, Marco langsung menyembur, “Kapan jadwal pesawat kita ke Honolulu?” “Sore ini, Tuan.” “Lalu apa yang kau kerjakan sekarang?” “Aku hendak memberi pelajaran pada orang yang menjual identitas palsu pada Nona Esme dan Catherine, Bos.” “Kenapa baru sekarang?! Baiklah! Jangan sampai telat!!” “Baik, Tuan,” jawab Martinez lagi. Marco menutup teleponnya dan mendorong pintu kamarnya. Dia memandangi Margaritta yang terbaring di atas ranjangnya. Luka di tubuh istrinya terlihat semakin parah. Andai Marco mau mengakuinya, beberapa luka yang dia torehkan dengan sarung samurainya itu terlihat semakin terang dan melebar. Bau daging yang bernanah mulai tercium samar di ruangan itu. Akan tetapi, kemarahannya pada sang istri tidak membuat dia menyadari seberapa parah yang dia lihat, dan seberapa busuk yang tercium in
Read more
27. Handcuffs
“BAgaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?!” Esme panic dan dia benar-benar kehilangan akal sehatnya. Wajahnya pucat dan ketakutan. Teringat di benaknya ucapan Darren sebelumnya yang mengkhawatirkan pembalasan dari Hale. “Ap- apakah ini perbuatan Hale?” “Aku rasa iya,” jawab Darren sambil memandang sekelilingnya. “Ayo!” Darren berlari menuju toko penyewaan motor. Mereka menyewa motor dan gegas mengejar jejak mobil tadi. Sampai di persimpangan jalan raya, tidak ada lagi jejak mobil yang masih tersisa di sana. Esme merasa terhempas jatuh dari pohon tinggi. Bagaimana ini? “Kita kembalikan motor ini, kemudian pulang ke apartemen. Aku akan menghubungi temanku yang bisa melacak ponsel. Kau tenang saja, ya. Hale tidak akan berani macam-macam. Orang seperti dia hanya mampu mengancam. Dan yang dia butuhkan adalah uang. Jadi, dia tidak akan berani macam-macam.” Darren berusaha menenangkan Esme. Kemudian, laju motor itu kembali ke area pantai yang ramai. Sesam
Read more
28. Martinez
 Honolulu International Airport Marco Bandares turun dari pesawat pribadi mereka dengan menggunakan kacamata hitam. Di sampingnya adalah sang adik, Rodriguez Bandares, pun dengan mengenakan kacamata hitam. Martinez berjalan di depan mereka, memastikan situasi aman.Meskipun mereka landing di jalur tersendiri, tapi keadaan di bandara teramat ramai. Mereka tidak bisa mengambil resiko akan dikenali public atau pihak berwenang setempat. Dengan berjalan mantap, Marco dan Rodriguez dituntun Martinez hingga ke pintu keluar, yang tersembunyi dari khalayak umum.Limousin yang disiapkan Martinez lewat rekannya di Honolulu telah menunggu kedatangan mereka. Marco dan Rodriguez melesak masuk. Dan begitu Martinez masuk dan menutup pintu, Marco langsung memerintahkannya, “Cepatlah lacak nomor ponsel mereka!”“Baik, Tuan!”Martinez mengeluarkan laptop dan segala peralatannya. Setelah berkutat selama beberapa menit
Read more
29. Martinez Beraksi
Martinez melepas jasnya dan menutupi tubuh polos Catherine. Dia juga mengambil celana dalam gadis itu dan memakaikannya pada Catherine. Setelahnya, jantungnya kembali terjun bebas ke tanah karena dia juga menyadari denyut nadi gadis itu sangat lemah. “No! No! No! Bertahanlah! Kau harus hidup!” Martinez menggendong Catherine hingga tiba di limousine yang terparkir di dekat sana. Begitu dia masuk dan menutup pintu, dia segera berseru, “SEgera ke rumah sakit!” Suara hardikan Martinez lah yang membuat driver langsung injak gas dalam-dalam. Mereka tiba di rumah sakit. Martinez menggendong Catherine lagi dan berlari terseok-seok meminta pertolongan pertama dari tenaga kesehatan. Setelah tubuh Catherine dibaringkan di tempat tidur pasien dan dokter menanganinya langsung, Martinez terduduk letih. Dia menyeka keringat dan mengeluarkan rokok untuk meredakan kepanikannya yang hampir membuatnya lupa akan hal lainnya. Sekarang dia baru teringat unt
Read more
30. Ini Dosaku!
“Saya tidak mau tau! Putriku harus bisa ditolong!” Seruan Rodriguez memantul di dinding rumah sakit besar yang ada di kota itu. Kedua tangannya malahan telah kurang ajar menarik kerah baju sang dokter dan dia berdesis di depan wajah dokter itu. “Buat dia sadar!” “Rod, Rod! Tenanglah! Biarkan mereka bekerja semaksimal mungkin. Kau tenang dulu!” Marco Bandares menepuk punggung adiknya itu agar menenangkan dirinya. Biar bagaimanapun, kota ini bukanlah kandang mereka. Mereka tidak bisa seenaknya. Bisa mendapatkan perawatan intensif bagi Catherine di rumah sakit ternama ini saja sudah bagus, meskipun Marco harus mengeluarkan banyak kemampuan berbicaranya untuk mengarang jati diri mereka pada pihak rumah sakit. “Tuan tenanglah dulu. Kami para dokter pasti akan berusaha yang terbaik untuk setiap pasien kami. Jadi, tolong Anda berikan kami waktu untuk bekerja semaksimal mungkin. Silakan menunggu di ruang tunggu sebelah sana. Dan harap semuanya tenang karena di sini ada banya
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status